The End

51.3K 1.1K 129
                                    


        Sania pulang dengan letih, ia kecewa, karena anaknya yang biasa menyambutnya, tak ada. Ia langsung mencari pembantunya di belakang.

        "Bik..."

        Ia langsung menegur pembantunya. Biasanya Ardhy akan menyambutnya dan memberi ciuman kepadanya. Tapi sekarang itu tak ada. Bahkan teriakannya juga tak terdengar. Itu membuat perasaan Sania menjadi kosong. Ia menatap pembantunya.

        "Ya, Nya?"

        "Ardhy mana...."

        "Tadi bersama Tuan!"

        "Tuan siapa?"

        "Ya Tuan Yoga, Nya...."

        "Kapan kesininya?"

        "Tadi, satu jam yang lalu. Lalu Ardhy dibawanya. Saya bilang jangan, tapi Tuan bilang sebentar, hanya kangen saja. Putar-putar kota. Saya tak bisa mencegahnya Nya, saya hanya pembantu disini...."

        "Kan bibik saya titipin!"

        "Tapi Nya...."

        "Ya sudah, biar aku susul mereka. Kemana tadi....!"

        "Katanya sih cuman sebentar Nya. Mungkin hanya ke toko saja membeikan Ardhy mainan. Tadi cuman bilang begitu kok...."

         Sania meninggalkan pembantunya. Ia menunggu dengan cemas. Mengganti pakaiannya dengan pakaian rumah. Celana jeans dan kaos putih. Begitu lama tak ada mobil masuk, Sania mengeluarkan mobilnya lagi. Dengan gemas ia membawa mobilnya ke kota Legenda. Pasti Ardhy dibawa ke rumah itu. Satu jam perjalanan. Tol macet lagi. Membuat sania makin stress. Ia tak akan merelakan Ardhy di bawa Yoga ke rumahnya, meski Ardhy adalah anaknya. Mereka sudah berpisah. Dan pengadilan memutuskan Ardhy ikut dirinya, bukan ikut ayahnya.

          Begitu sampai, Sania yang sedang marah, melihat Ardhy sedang bermain dengan mertuanya. Mungkinkah mereka yang menyuruh?

          Sania langsung memasukkan mobilnya di halaman rumah itu. Dan ia langsung memeluk anaknya, ketika ardhy menyongsongnya.

          "Ma...."

          "Ardhy...!"

          Sania meneteskan air mata. Yoga dan kedua orang tuanya berdiri menatapnya. Sania bangkit, dan menatap mereka dengan tajam.

          "Mulai sekarang, kalau mau mengambil Ardhy harus bilang dulu padaku. Aku paha, kalian merindukannya. Tapi ini sudah tanggung jawabku. Semenjak putusan pengadilan, semuanya sudah selesai...!"

          "San, kami hanya kangen saja....!'

          "Ardhy bukan sudah anakmu lagi. Membawa tanpa ijin, bisa kulaporkan penculikan. Ia permata hidupku, penghibur laraku. Kalian sengaja ingin membuatku sakit...?'' Sania keras menentang mata mantan suaminya. Ia juga menatap mertuanya, dan juga ia tahu di balik jendela, istri Yoga melihatnya secara sembunyi-sembunyi.

           "Sampai sebegitu jauhkah sikapmu memutuskan persaudaraan ini?"

          "Kau yang memulai..."

          "Aku kan udah minta maaf. Lalu tadi, karena kangen, aku mampir kesana, dan kebetulan aku lihat Ardhy juga sendirian. Maka kucari bibik, dan aku minta ijin untuk membawanya..!"

          "Lain kali kalau mau ambil harus ada aku, beberapa lama, dan untuk apa. Kalau tidak ada aku, tak akan kuijinkan Ardhy pergi dari rumah...!"

Gairah... Istri PertamaHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin