SATU

89.8K 1.3K 10
                                    

        Sejak ia memberikan ijin suaminya menikahi Adel, Irene Budi Winata harus merasa siap untuk melewati hari-hari yang dulu indah menjadi sepi yang panjang. Bahkan karena kesibukannya dalam bekerja, ia hanya memberi ijin suaminya datang ke rumah pribadinya yang mirip sebuah istana itu dua hari dalam seminggu, yaitu pada hari Sabtu dan Minggu. Sementara di hari-hari lain ia relakan Pras tidur di rumah istri mudanya, yaitu Adel. 

        Pras juga cukup adil dan cukup tanggap. Pada Sabtu dan Minggu ia pasti menemani Irene di rumah. Karena wanita karier seperti Irene itu libur dan selalu di rumah, menemani Rafael Joo Pradipta dan Yuna Joo Pradipta yang tumbuh menjadi putra-putri kecil mereka yang manis. Sementara dari rahim Adel, suaminya mendapat seorang putri yang diberi nama Putri Indita.  

        Hubungan antara Irene dan Adel juga baik. Itu karena sifat Irene yang akomodatif dan mudah memaafkan. 

        Yang paling gembira dengan kenyataan itu adalah mertua Irene Sendiri. Ia tak menyangka menantu kesayangannya itu bisa menerima kehadiran Adel. Bagaimana pun Adel juga menantunya. Sehingga ia sendiri tak bisa membeda-bedakan. Karena dari rahim Adel juga lahir seorang anak. 

        Sementara keluarga Irene merasa sangat marah dengan keputusan Irene. Pada awalnya, lebih baik Irene cerai dengan Pras daripada harus di madu dan harus berbagi apa yang dari pertama ia miliki. Irene pun meyakinkan keluarganya bahwa ia baik-baik saja dan menerimanya dengan hati yang lapang. Tapi sebagai orang tua tidak dapat menerima anaknya itu perlakukan seperti itu. 

        Maka seperti Irene, Adel pun mendapatkan sebuah rumah yang cukup bagus di bilangan Jakarta Timur.  

        Tapi sebetulnya di dasar hati Irene sendiri merasa hampa. Hanya wanita itu tak mau mengatakannya kepada suami. Takut mengurangi kebahagiaan yang sudah terbina dengan baik. Suaminya yang kini telah lulus, dan telah memimpin perusahaan. Sementara Adel masih melanjutkan kuliahnya, sambil menunggu pekerjaan yang tepat untuknya. 

        Hanya sania yang tahu kehampaan di hati Irene. Sahabat dekat Irene yang kini menduduki jabatan sebagai Direktur Utama sebuah Bank itu, selalu memperhatikan sahabatnya. Mereka sudah seperti kakak dan adik yang saling berbagi suka dan duka. 

        Sania, yang telah lulus sarjana Ekonomi, kini menduduki jabatan Manager Kredit. Kehidupan Sania pun kini telah berubah menjadi wanita karier yang sukses. Sementara Yoga, suaminya, menjadi Wakil Direktur, dimana ayahnya memimpin perusahaan.

***

        "San...," Sapa Irene, suatu siang, di Kantin. Sementara Ika yang kini menempati jabatan Manager Keuangan, makan satu meja dengan Sania. 

        "Ya...?" 

        Irene duduk bergabung dengan mereka. Tiga singa betina yang menduduki jabatan tertinggi Bank itu terkenal disiplin, teliti, dan memiliki ide-ide yang cemerlang. Sehingga Bank itu maju pesat dibawah kepemimpinan mereka. Apalagi mereka terkenal jujur, tak bisa disuap. Sehingga Dewan Komisaris, yang nota bene mertua Irene sendiri tak segan-segan menggaji tinggi mereka bertiga. Sementara Kepala Personalia, mereka serahkan pada pendatang baru, yang selama dua tahun terakhir ini juga menunjukkan prestasi kerjanya juga, yaitu mampu memberdayakan sumber daya manusia yang dipunyai Bank tersebut. 

        Kepala Personalia yang baru juga dipegang oleh wanita yang bernama Andra Saraswati. Orangnya cantik, pendiam, dan pekerja keras. Irene suka pada jajaran terasnya. Sehingga ia bisa memajukan Bank yang dipimpinnya tanpa banyak menanggung resiko. 

        "Bagaimana kalau aku mengambil cuti Minggu depan?" pikir Irene. 

        "Hari apa?" tanya Sania. 

        "Selasa sampai Kamis," kata Irene. 

        "Terserah kau. Tapi kurasa kau perlu berlibur...!" jawab Sania disela kegiatan makannya. 

     "Ya, tapi tolong rahasiakan liburanku ini. Hanya kau dan Ika yang tahu. Rasanya ingin aku menikmati kebebasanku..." dengan wajah berseri ia berkata. 

         "Tanpa anak?" tanya Sania lagi. 

    "Ya, mereka sudah besar. Dan Baby sitter sudah memahami tugasnya dalam merawat anak-anakku!" dengan mantap sambil berpikir tentang anak-anaknya Irene menjawab. 

        "Kalau begitu, buat saja laporan rapat kerja di Bali...!" pikir Ika memberi saran. 

        "Ah, kalau seperti itu kita berarti harus tahu alamat Irene disana bukan..." 

        "Jangan!" dengan lantang Irene berkata.  

    Sontak seluruh isi kantin pun mencari siapa yang berteriak tersebut. Dengan kikuk Irene meminta maaf kepada semua yang berada di Kantin. Kemudian kembali fokus kepada dua wanita yang berada di depannya. 

        "Jangan, aku tak ingin alamatku diketahui!" 

        "Ya sudah, ngambil cuti saja tiga hari Irene..." jawab Ika. 

        Sania pun setuju dengan apa yang diucapkan oleh Ika. Dengan begitu Irene dapat berlibur sesuai dengan keinginannya tersebut. 

     "Baik, kebijakan harian akan aku serahkan kepada kalian berdua". ucap Irene dengan senyuman yang manis disana. 

        "Oke. Jangan kuatir, percayakan kepada kita berdua" ucap Sania.  

       Sementara Ika pun menganggukkan kepalanya dengan tanda ia juga setuju dan mengedipkan matanya kepada Sania. Mereka seakan mengerti akan gejolak dan gairah Irene. Ia tahu, atasannya memang menghadapi problem kehampaan dalam rumah tangganya. Itu rahasia mereka bertiga. Yang lain tak ada yang tahu. Bahkan hanya Ika dan Sania saja yang tahu persoalan pribadi rumah tangga Irene. 

        Dan memang Irene sudah mem-booking sebuah kamar untuk tiga hari. Cukup di Jakarta saja. Hanya saja ia tak memberitahu kedua sahabatnya itu. Pokoknya ia tak ingin jauh menikmati kebebasannya. Sebuah Hotel berbintang empat telah menantinya selama hari Selasa sampai Kamis.

***

Vote & Coment :)

Gairah... Istri PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang