❣4

28.7K 3.5K 483
                                    

Lisa berusaha menghembuskan napas secara normal demi menutupi kegugupannya tatkala Somi menampakkan diri dari balik tubuhnya. Kebohongannya terasa sia-sia, namun Lisa tetap tak ingin menyerah begitu saja.

Somi terlihat mengerutkan dahi saat mendapati presensi Jungkook yang memasang ekspresi serupa seperti dirinya. "Siapa paman ini, Ma?"

"Sahabat kecil Mama. Paman Jeon Jungkook. Cepat beri hormat padanya." kata Lisa, yang segera disuguhkan bungkukan hormat oleh Somi. Perempuan berusia tiga puluh dua tahunan itu cukup pandai bersandiwara sekarang.

Jungkook menatap Somi lamat-lamat, memerhatikan pahatan wajah gadis remaja itu. Dan, apa tadi katanya? Mama?

"Lisa.. Dia.."

"Putriku." Lisa menyahut tanpa ragu. "Ini Hwang Somi, putriku satu-satunya."

Jungkook seolah dihantam keras dengan balok kayu secara tiba-tiba, merasa terkejut bukan main, apalagi ketika dadanya mendadak terasa begitu sesak. Ia tertawa kering, setengah tak percaya. "Putrimu? Jadi kau sudah pernah menikah sebelumnya?"

Jungkook sama sekali tak pernah membayangkan bagaimana rasanya ketika kalimat itu terucap dari bibir Lisa. Ia juga tak pernah mengira bahwa kini Lisa benar-benar telah berbeda, telah menjelma menjadi seorang ibu.

"Mama belum pernah menikah." kali ini Somi yang menjawab. "Tapi tolong jangan bahas perihal Papaku, ya. Ia sudah mati ditelan waktu."

"Sayang.." Lisa berujar dengan nada lembut, mengingatkan Somi untuk tidak berbicara seperti itu pada tamu mereka kali ini.

Somi mendengus pelan. "Iya, Ma. Aku mengerti." ia lantas memasang sekelumit senyum pada Jungkook. "Baiklah, Paman. Silakan masuk. Mengobrol dengan Mama saja, ya. Aku akan membuatkan pie apel untuk kalian."

Lisa membuka pintu apartemennya lebih lebar, mengizinkan Jungkook yang masih diliputi oleh kebingungan dan shock berat itu untuk masuk ke dalamnya.

Jika diperhatikan baik-baik, ruangan apartemen Lisa tidak terlalu berantakan. Hanya ada sebuah majalah yang tergeletak diatas sofa dan juga tiga gelas bekas jus melon yang terletak diatas meja.

Kalau yang seperti ini Lisa sebut sebagai 'sangat berantakan', lantas bagaimana definisi rapih untuk perempuan itu?

Jungkook mulai menerka-nerka, sibuk bergulat dengan isi kepalanya sendiri. Perlahan ia mulai menduga kalau Lisa memang tengah menutupi banyak hal dari dirinya.

"Lisa.. Kau harus menjelaskan semuanya padaku.."

"Tentang Somi? Okay, suatu saat nanti aku akan menjelaskannya padamu."

"Nanti?" Jungkook menatap Lisa, tak habis pikir. Kini keduanya telah sama-sama mendudukkan diri disofa, namun dengan atmosfir yang kurang menyenangkan. "Kupikir kau harus menjelaskannya sekarang."

"Jung.."

"Apa gadis itu benar-benar putri kandungmu? Bagaimana bisa itu terjadi? Mengapa kau tak pernah mengabariku? Aku selalu berusaha untuk menghubungimu, namun kau mengganti nomor ponselmu berkali-kali dan, argh! Apa saja yang telah aku lewatkan?!" Jungkook mengerang frustasi, mengacak surainya sendiri.

Pria itu seperti tengah terjebak dalam suatu keadaan yang tak pernah ia duga sebelumnya. Sebab pada kenyataannya, ia benar-benar tidak tahu apa-apa, seperti mendadak ada jarak yang terbentang jauh diantara dirinya dan Lisa.

Mengingat bagaimana hubungan persahabatan mereka yang pernah terjalin nyaris sedekat nadi. Namun kini Jungkook malah seolah tak mengenali Lisa lagi.

Kalau tahu akan berakhir seperti ini, seharusnya Jungkook tidak memutuskan untuk pergi kendati untuk mengejar cita-citanya.

hot mama | lizkook✔Where stories live. Discover now