7. Juan

151 21 3
                                    

ola! Selamat karena kalian sudah sampai sejauh ini membaca ceritaku yang membosankan. Aku sangat mengapresiasi, btw mungkin sebagian kalian ada pembaca overdose? Tenang guys, overdose aman... Aku udh buat kerangka menuju end, yang insyaallah bakal di buat Ebook, atau diterbitkan.

Aku melangkahkan kaki ke luar, menjauh dari kawasan tidak sehat. Perasaan terasa campur aduk saat mengingat kembali kejadian tadi. Dimana aku bertemu dengan Juan, pria yang membuat rasa penasaranku semakin memuncak. Tapi, rasa lain juga terus berlomba untuk muncul ke permukaan. Rasa ingin menjauh karena takut.

Dan aku mengepalkan tangan dengan kuat, mencoba untuk tidak berteriak. Sungguh, perasaan marah tiba-tiba muncul. Aku tidak paham kenapa kejadian ini terjadi padaku, kenapa aku kembali bertemu dengan Juan. Apalagi bertemu pada waktu yang sangat tidak tepat. Semua kegiatanku bersama teman-teman terpaksa batal, dan ini semua gara-gara pesta sialan dan Juan sialan.

Jika Juan benar-benar Rigel, apa yang harus aku lakukan untuk menjauh dari pria itu? Rasanya seperti hidupku sudah tidak tenang saat Juan datang. Aku akui bahwa pria itu tidak melakukan apapun terhadapku, tapi entah kenapa rasa waspada terus terasa membuat hati menjadi gelisah.

Bahkan saking sialannya, aku tidak tahu harus naik apa untuk pulang dari wilayah ini. Tapi, aku ingat bahwa seratus meter dari tempat bermain boling ada sebuah halte bus. Dan tanpa menunggu apapun lagi, langsung saja berjalan lurus ke depan. Berharap masih ada bus yang lewat.

Suasana malam ini terasa sangat sunyi, lagi aku katakan bahwa kota kecil Groningen ini memang sangat jarang menemukan kendaraan bermotor atau mobil. Mereka selalu menggunakan sepeda jika pergi. Suasana sunyi ini membuat buku kuduku berdiri, bukan karena takut, mungkin sedikit. Tapi perasaanku lebih ke arah tidak tentu. Seperti ada sesuatu yang sangat menjanggal dalam hati. Juga angin yang berhembus membuat perasaanku semakin menjadi.

Aku mempercepat langkah, karena melihat halte yang sudah terlihat dekat. Dan aku merasakan bahwa hujan mulai turun, tidak besar tapi cukup membuat rambut dan jalanan menjadi semakin basah. Tapi beruntung aku bisa langsung meneduh di bawah halte bus, sembari menunggu bus datang.

Oke, ini menakutkan. Aku jujur suasana di halte terasa menakutkan. Apalagi hujan menambah suasana horor. Aku tidak pernah membaca cerita horor, tapi aku tahu suasana seperti ini sangat cocok untuk sesuatu yang horor terjadi. Misal, pembunuh dengan gergaji mesin yang tengah memantauku, atau... Oke pikiran tentang pembunuh tadi membuat aku mengalihkan perhatian ke sekeliling.

Berharap mataku tidak menemukan sesuatu, tapi ternyata aku melihat sesuatu. Seorang pria bertopi dengan hoodie hitam tengah berdiri tidak jauh dari tempat dudukku. Oke, jantungku berdebar, berharap pria itu hanya bayangan saja atau aku akan bersyukur jika dia hanya khayalanku. Tapi ternyata tidak, aku mencium bau seperti asap roko dari pria itu.

Aku memutuskan untuk membuang perhatianku dari pria menyeramkan itu, berharap sosoknya hilang, tapi... Rasa penasaran kembali menghantuiku. Dengan terpaksa, kualihkan perhatian ke arah pria tadi dan alangkah terkejutnya pria itu tengah memperhatikan aku. Disana Juan, pria yang selalu aku hindari berdiri dan memperhatikanku dengan rokoknya yang menyala di tangan. Asap rokok pun mengelilinginya.

Jantungku mulai berdebar, apa yang aku rasakan lebih dari melihat seorang pembunuh berantai. Aku mungkin memilih bertemu dengan pembunuh dari pada bertemu Juan, dia seperti Rigel yang mungkin akan membawaku ke dunianya yang tidak keren itu. Apa yang bisa aku lakukan sekarang? Jika berlari dari sini, aku tidak tahu lari ke arah mana. Dan jika terus berada di tempat ini, maka aku takut Juan... Mungkin ini berlebihan. Tapi sungguh, aku merasa takut berada di sekitaran Juan.

"Kamu menyinggungku." Juan berkata sembari membuang puntung rokoknya, lalu aku membuang perhatian ke arah lain. Apa maksudnya? Menyinggung dia? Aku menyinggung dia? Sebenarnya aku tidak berpikir bahwa aku menyinggung Juan, hanya pikiranku terus berkata bahwa harus menjauhi Juan sejauh-jauhnya.

The Diskrit (The Tail)Where stories live. Discover now