BeHa | Empatbelas

3.9K 410 15
                                    

"Masih perang dingin Lo?" Tanya Mili begitu melihat Gifta menapakkan kaki di kamar kos nya.

"Perang dingin apaan?" Kening Gifta mengernyit tanda tak mengerti dengan pertanyaan sahabatnya. Ia mengikuti langkah Mili, duduk di ujung spring bed Mili.

"Lo sama laki Lo?" Tanya Mili. Ia sedikit tahu perihal masalah yang tengah dihadapi sahabatnya itu setelah ditelpon Gifta beberapa hari lalu.

Gifta merebahkan tubuhnya di ranjang, capek karena baru pulang dari kampus. "Nggak ada ah gue perang dingin."

Hubungannya dan Febe memang sedikit dingin setalah hari di mana ia bereaksi terlalu berlebihan akibat nafsu makannya yang meningkat, yang ia sangka karena perubahan hormon pada tubuhnya karena adanya janin yang bertumbuh.

"Berarti tidurnya nggak butuh selimut dong?" Pertanyaan ambigu Mili disertai alisnya yang dinaik dan turunkan menggodanya membuat Mili mendapat lemparan bantal dari Gifta.

"Otak Lo ya!" Gifta beranjak dari ranjang, melangkah ke sudut kamar tempat di mana rak makanan Mili berada.

"Potato mana?" Gifta membalik tubuhnya menghadap Mili yang berselonjoran di karpet bulu.

"Ada itu. Cari yang bener."

Setelah menemukan apa yang dicarinya Gifta kembali duduk di pinggiran spring bed.

"Pusing pala gue." Ucapnya ditengah kegiatannya mengunyah keripik kentang berbumbu barbeque kesukaannya itu.

"Pusing kenapa?"

"Ya, mikirin kuliah sama si Febe yang ngambek."

"Nah itu namanya perang dingin dodol!" Mili gemas dengan sahabatnya yang satu ini. Masa begitu nggak ngaku perang dingin.

"Tapi gue nggak perang dingin. Dia cuma nggak sebawel biasanya aja." Aneh saja rasanya ketika orang yang biasanya banyak bicara padamu tiba-tiba hanya berkata satu dua kata saat bersama.

"Ohh, cuma nggak bawel aja. Yang lain masih sama kan?"

Gifta berpikir sejenak kemudian menjawab, "Iya,"

"Lagi talk less do more aja kali."

"Maksudnya?" Gifta bertanya tak mengerti.

"Yang penting kalian tidurnya masih punggung-punggungan."

"Kok Lo malah doain gitu sih." Bibir Gifta mengerucut kesal.

"Nggak doain. Cuma mastiin aja. Kalo Lo masih munggungin kasur dan laki Lo masih munggungin loteng." Ucap Mili santai.

"Yee, otak Lo." Kesal, Gifta melempar keripik kentang yang hendak masuk kedalam mulutnya ke hadapan Mili.

"Lah, emang enggak?"

Gifta mengambil lagi keripik kentang yang ada di pangkuannya, kemudian memasukkan ke dalam mulut. "Ya enggak lah. Ngomong aja dia males masa begituan gercep, nggak Febe banget gue rasa. Gengsinya setinggi Himalaya tuh orang."

"Jadi Lo kangen dong?" Goda Mili.

"Ih apaan sih. Gue itu lagi stres ini, gimana mau ngajak ngomong tuh orang."

"Ajak olahraga biar suasana kembali cair."

"Olahraga apaan, dia aja pulangnya malem terus, bener bener ngindarin gue banget.

"Ada kok olahraga yang bisa dilakuin tengah malam sekalipun."

Gifta terdiam mencerna usulan Mili. Olahraga apa, pikirnya. Lalu dia melihat sudut bibir Mili berkedut menahan tawa, "Olahraga apa sih? Gue nggak tau. Otak gue jadi menciut gara-gara masalah ini. Lo kasih saran tapi nggak jelas banget sih, Mil." Sunggut Gifta.

Being Happy ...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang