Prolog

61.5K 4.2K 482
                                    

Lalisa Hwang berjalan cepat, mengetuk high heels setinggi sepuluh senti sembari menggenggam tas tangannya. Bola matanya bergulir, meniti pintu demi pintu disalah satu gedung sekolah menengah atas yang berada di Rothenbelle.

Wajahnya tampak cemas. Beberapa siswa-siswi disana sukses memberikan atensi penuh pada wanita berusia tiga puluh dua tahunan itu.

Jika diperhatikan dari penampilannya, Lisa memang tidak terlihat seperti seorang ibu rumah tangga. Pahatan wajahnya masih tampak cantik bersinar, sementara tubuhnya kencang dan ramping. Ia seolah dapat menutupi identitasnya sebagai seorang ibu kendati ia tak bermaksud seperti itu sama sekali.

Setelah menemukan papan kecil bertuliskan 'Ruang Bimbingan Konseling', wanita itu segera masuk ke dalam ruangan tersebut setelah sebelumnya mengetuk dan mendapat jawaban lebih dulu.

Seorang guru perempuan tersenyum lembut dan menyambut hangat. "Eoh, Nyonya Hwang.. Silakan duduk.."

Lisa membungkuk hormat. Ia melangkah dan menduduki kursi yang telah disediakan, tepatnya disisi salah satu orang tua murid yang lain. Ekor matanya kemudian melirik ke sebelah kanan, tepatnya pada presensi Hwang Somi--putri semata wayangnya, yang tengah berdiri didekat dinding, lengkap dengan wajah tertekuk.

"Ekhm.. Jadi, begini. Nyonya Hwang, putri anda terlibat perkelahian dengan teman sekelasnya yang bernama Lee Eunbin. Dia--"

"Dia menjambak rambut anakku dan membenturkan kepalanya pada dinding! Sekarang putriku dirawat dirumah sakit!" sahut seorang wanita disisi Lisa yang tak lain adalah orang tua Eunbin. Perempuan itu terlihat marah.

Lisa terkesiap, tak percaya sama sekali. Oh, tentu saja. Meski ia tahu putrinya ini sedikit bar-bar dan gemar berkelahi, tapi agaknya wanita itu tetap yakin kalau Somi takkan membuat korbannya sampai harus dikirim ke rumah sakit begitu.

Lisa lantas menoleh pada Somi, memerhatikan anak gadisnya lamat-lamat. "Somi.. Apa benar kau melakukan itu semua pada Eunbin?"

Somi hanya membuang wajahnya ke arah lain dan menolak untuk memberikan jawaban.

Sang guru menghela napas panjang. "Somi sudah beberapa kali berkelahi dengan teman-temannya, Nyonya. Saya sangat berharap anda dapat memberikan pengertian dan pengajaran pada putri anda agar tidak mengulangi kesalahan yang sama."

Lagi dan lagi. Apa kali ini Lisa harus memindahkan Somi ke sekolah yang baru? Lagi? Tapi, oh, ya ampun! Anak itu bahkan baru beberapa bulan bersekolah ditempat ini.

"Baiklah, kalau begitu saya minta maaf. Saya akan menjamin bahwa putri saya takkan membuat keributan seperti ini lagi." Lisa lantas merogoh tasnya dan mengeluarkan sebuah amplop cokelat dari sana. "Ini ada sejumlah uang. Semoga cukup untuk membayar biaya rumah sakit Eunbin."

Nyonya Lee menerima amplop itu meski wajahnya masih tampak masam. Ia membalas singkat, "Terima kasih."

Setelah berpamitan, Lisa dan Somi langsung melangkah menuju area parkir. Keduanya bahkan saling berdiam diri selama berada didalam mobil hingga kendaraan tersebut melaju.

Lisa menghela napas lelah. "Sayang.. Sampai kapan kau akan begini terus? Berhentilah berkelahi dan mulai menjadi anak gadis yang baik."

Somi melempar pandang ke arah jalan raya. Ekspresinya masih tak berubah sejak berada diruangan tadi. "Kau takkan pernah mengerti, Ma."

"Memangnya apa yang tak Mama mengerti? Kau baru saja memasuki tahun kedua disekolah menengah atas dan sudah tiga kali pindah sekolah. Mama--"

"Aku tidak masalah kalau mereka mengataiku sebagai seorang anak yang tak punya Ayah!" Somi menoleh pada Lisa seketika. Wajahnya memerah, sementara matanya mulai berair. Jantungnya bahkan berdegub tak karuan.

Mendengar kalimat Somi membuat Lisa terkejut ditempatnya. Apakah selama ini sang putri menerima pembullyan dari teman-temannya?

Disatu sisi, Somi memang sudah lama memendam semua ini sendirian. Ia hanya tak ingin membuat sang ibu menjadi khawatir. Kemudian gadis berusia enam belas tahun itu melanjutkan dengan sedikit seruan kendati nada bicaranya bergetar rapuh, menahan tangis. "Tapi aku tak terima jika mereka menyebut Mama sebagai pelacur! Mama hanya seorang model majalah dewasa! Memang apa yang salah dengan itu?!"

°°







Pemeran utamanya masih Lizkook (semoga kalian gak bosen) dan pastinya ada Somi + Soobin.

Jadi, lanjut atau enggak?

Jadi, lanjut atau enggak?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
hot mama | lizkook✔Where stories live. Discover now