Mahesa Ranu 2

518 20 1
                                    


" Mahesa ranu, ada apa dengan semuanya ini ? "

" sudah tidak ada lagi yang perlu dijelaskan Panji, hari ini kau harus mati "

Bukannya Panji tidak mampu untuk mengalahkan Mahesa ranu, tapi rasa sungkan pada ayahnya, yang membuat Panji setengah hati menghadapi Mahesa Ranu.

" ayo...Panji, mana ajian ajian yang kau miliki selama ini ? "

" kita perlu bicara Mahesa ranu "

" sudah berulang kali aku katakan, tidak ada yang perlu kita bicarakan "

" kalau memang itu keinginanmu, dengan terpaksa aku akan menghadapimu "

Ada yang berubah dari Mahesa ranu saat ini, apalagi kalau bukan jurus jurus silat yang dia kuasai.

Dia tidak seperti Mahesa ranu yang Panji kenal dahulu, kini jurus jurus silatnya sudah mulai banyak kemajuan.

" sekarang kau akan melihat jurus silat andalanku "

Sesaat Panji melihat kaki Mahesa ranu bergerak keatas, dia sadar jika lawannya ini akan melakukan tendangan.

Apa yang Panji pikirkan memang benar, karena kedua kaki Mahesa ranu sudah bergerak berputar cepat kearah Panji.

" gerakannya cepat sekali, aku harus berhati hati "

Gerakan kaki Mahesa ranu sangat cepat, Panji mulai pasang kuda-kuda untuk menangkis serangan itu.

" rasakan jurus tendangan maut milikku Panji.."

Panji langsung bergerak menghindar, dan untuk sesaat dia lolos, tapi tidak untuk berikutnya.

Karena sebuah tendangan dari Mahesa ranu menghantam keras tepat pada wajah Panji.

Panji langsung tersungkur, dan dia merasakan ada tetesan dari dari bibirnya.

" bagaimana Panji ? "

Panji terdiam, karena tangannya masih membekap mulutnya yang mengeluarkan darah.

Dengan senyum penuh kemenangan, Mahesa ranu kembali melancarkan serangan.

" tapi tidak untuk yang ini Mahesa ranu "

Dengan cepat dia berusaha mengatur irama napasnya untuk mengeluarkan ajian yang kini menjadi jurus pamungkas.

Namun gerakan Mahesa ranu lebih cepat, saat aliran tenaga dalam tubuh Panji baru bergerak, sebuah tendangan kembali mendarat di kepalanya.

Untuk kali kedua tubuhnya harus terjungkal akibat terjangan kaki Mahesa ranu.

Seolah tidak lagi memperdulikan rasa sakit yang mendera tubuhnya, Panji kembali bangkit.

Saat tubuh Mahesa ranu kembali menerjang kearah dirinya, dengan cepat pukulan naga dia lepaskan.

Pukulan itu tepat menghantam Mahesa ranu, dan tubuhnya seketika itu juga langsung terdorong kebelakang.

Mahesa ranu langsung bangkit, walau ada yang terasa sakit pada dadanya, namun dia mencoba untuk bersikap seolah olah tidak terjadi sesuatu pada dirinya.

" kali ini kau mati Panji..."

Seolah tidak terjadi apa apa pada dirinya, Mahesa ranu langsung menerjang Panji.

Tapi kali ini Panji lebih siap dalam menghadapi serangan Mahesa ranu, dan dengan cepat dia kembali melepaskan pukulan naga.

Seketika itu juga tubuh Mahesa ranu kembali terdorong kebelakang, saat tubuhnya jatuh ketanah, dia mencoba untuk langsung bangkit, tapi Panji telah bergerak lebih dulu.

" menyerahlah, atau keris yang aku genggam ini akan menusuk perutmu "

Mahesa ranu terdiam, namun dari sorot matanya terlihat dia sangat benci kepada Panji.

" biarkan dia aku yang urus, kamu lanjutkan misimu Panji "

Tiba tiba Panji dikejutkan suara yang terdengar dari arah belakang.

" tuan Danang wirtana "

Ksatria Majapahit 3 Tahta SuhitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang