Duka Dan Bahagia

649 24 0
                                    


Sudah cukup lama wabah penyakit ini melanda Majapahit,namun hingga saat ini belum juga sirna.

Gusti prabhu Wikrama Wardhana sebenarnya tidak tinggal diam, dia sudah berusaha dengan menghadirkan tabib tabib dari seluruh pelosok Majapahit.

Tidak ketinggalan dukun dukun yang konon terkenal kesaktiannya untuk mengusir wabah ini, meski wabah sedikit bisa diatasi, tapi tidak sepenuhnya hilang.

Berbagai masalah yang melanda, dia kesampingkan lebih dahulu, kini dia mencurahkan segala pemikiran pada masalah wabah yang belum hilang sepenuhnya.

Tapi tiba tiba datang berita yang membuat jiwanya berguncang, bhre Tumapel jatuh sakit.

Pada satu sisi, gusti prabhu juga sedang bahagia menanti kelahiran anak kedua dari bhre Tumapel, namun pada sisi yang lain dia sangat terpukul dengan sakit yang diderita oleh bhre Tumapel.

" berusahalah semampu kalian, aku tidak ingin kehilangan putra lagi "

Ucapan tersebut dia lontarkan kepada para tabib istana yang kini sedang mengobati bhre Tumapel.

Apa yang dimakan, ataupun yang diminum oleh bhre Tumapel, semuanya harus dalam pengawasan para tabib istana.

Namun kian hari sakit yang dialami oleh bhre Tumapel kian parah, para tabib mulai panik melihat kondisi ini.

Usaha yang keras telah dilakukan oleh para tabib, namun yang memiliki hidup seseorang telah berkehendak, bhre Tumapel akhirnya tutup usia.

Ini pukulan keempat secara beruntun yang menimpa Gusti prabhu Wikrama Wardhana.

Diawali dari kepergian sang putra mahkota Rajasa Kusuma, kemudian disusul sang permaisuri Kusuma Wardhani, dan ibu dari bhre Tumapel, yaitu bhre Mataram, kini sang putra bhre Tumapel atau Manggala Wardhana ikut menyusul mereka.

" dosa apa yang aku perbuat, sehingga sang hyang Widhi memanggil orang orang yang aku sayangi ? "

Cuma ratapan itu yang keluar dari bibir gusti prabhu Wikrama Wardhana, kesedihan yang teramat dalam.

Dibalik kesedihan ada setitik kebahagian yang menyembul diantara duka Majapahit.

Bhre Daha memberikan bisa memberikan senyum pada gusti prabhu Wikrama Wardhana dengan kelahiran putra keduanya.

" setelah duka yang menyelimuti hatiku, kini ada secercah kebahagian hadir di istana "

Seolah lupa akan segala permasalahan yang dihadapi, gusti prabhu menggendong bayinya mengelilingi pendopo istana.

" aku anugerah kan nama untuk putraku ini Karta Wijaya "

Hidup terus berjalan, begitu pula dengan kesedihan gusti prabhu Wikrama Wardhana.

Kepergian sang putra mahkota harus segera dicari penggantinya untuk kelangsungan kerajaan Majapahit.

Para pejabat kerajaan, serta para pemuka agama kembali berkumpul di pendopo istana.

Pada hari ini gusti prabhu akan mengumumkan sang putra mahkota baru, menggantikan sang putra mahkota bhre Tumapel yang telah tutup usia.

Bhre Daha sangat berharap agar stri Suhita bisa diangkat menjadi putri mahkota, dengan demikian dendam kepada bhra Narapati bisa terlaksana.

Semua orang terdiam, mereka pasang telinga lebar lebar, dan tidak ingin melewatkan satu katapun dari raja mereka.

" pada hari ini aku akan mengangkat seorang putra mahkota, yang kelak akan menggantikan diriku menjadi raja Majapahit "

Gusti prabhu kembali terdiam, dia menatap semua yang hadir, termasuk juga kerabat, anak, dan cucu cucunya.

" maka pada hari ini, aku Wikrama Wardhana selaku raja Majapahit akan mengangkat cucuku putra dari Rajasa Kusuma, yaitu bhre Wengker untuk menjadi putra mahkota "

Ksatria Majapahit 3 Tahta SuhitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang