Cinta Subuh Part 20

4K 163 3
                                    


Hai! Assalamualaikum wa rahmah! teman-teman daring yang setia membaca novel Cinta Subuh! Alhamdulillah, Novel Cinta Subuh sudah berhasil terbit cetak. untuk teman-teman yang nggak sabar membaca Cinta Subuh sampai selesai, bisa langsung memesan di toko daring semacam Shopee, Tokped, dan kawan-kawan. atau kalau sedang jalan-jalan, bisa mampir ke toko buku kesayangan teman-teman untuk mendapatkan Novel Cinta Subuh!!

Oh iya, saya sedang menulis judul baru, "Mengejar Halal" dan "Terlambat" InsyaAllah akan saya tulis di Wattpad juga, mohon dukungannya.

sapa saya di akun instagram : @aliifarighi

Selamat membaca!!!

RATIH

"lama nunggu, Ra?" Tanya Kak Arya agak mengagetkanku

"eh, gak kok, Ra juga baru sampai," jawabku sambil melakukan scanning singkat ke parkiran di balik punggungnya demi menemukan siapapun yang akan berangkat bersama kami. Kan, dia menjanjikan untuk tidak pergi berdua saja?

"sebentar Ra, Lubna lagi nyari parkiran," jawabnya seakan tahu isi kepalaku, aku hanya tersenyum menanggapi, 'Lubna itu siapa?' pikirku.

Kemudian Kakak kelas berjilbab yang kemarin dulu kulihat bersama Kak Arya berjalan anggun ke arah kami. Wajahnya cantik, putih bersih dengan pipi merona kemerahan, dan bibir berwarna pink meski agak pucat. Aku menebak-nebak, mungkin Kakak tingkat yang anggun ini "teman istimewa" Kak Arya, pacarnya, atau calon istrinya. Ada sedikit perasaan bersaing yang tidak bisa kujelaskan.

"Ratih, Kak," aku menyodorkan tangan demi berkenalan

"Lubna," jawabnya sambil tersenyum dan meraih tanganku. Dan melihat Kak Lubna membuatku paham tentang seloroh populer Internet : Smile is my ultimate make-up, beneran, senyum Kak Lubna cantik luar biasa.

"kita langsung jalan?" tanya Kakak Kelas Cantik yang baru masuk ke daftar kenalanku

"eh, Kakak sama Kak Arya nggak ada urusan di kampus?" tanyaku

"nggak ada, sih," jawab Kak Lubna, "kenapa?"

"kupikir ada urusan, soalnya sampai dua-duanya turun dari mobil ke sini, kan bisa satu orang aja yang jemput aku?"

"oooh, itu, si Arya mau kamu yakin dulu bahwa kalian nggak pergi berduaan, jadi aku diminta ikut turun."

Aku menengok Kak Arya, "kalau gitu, kenapa ketemunya nggak di depan kampus aja, jadi kan gak perlu parkir?"

Kak Lubna memandang Kak Arya, dan Kak Arya tersenyum mirip orang salah tingkah.

"iya, salah gua, IYAA!" katanya ke Kak Lubna, "yowes, kita jalan sekarang?"

"yuk!"

Kemudian Kak Arya memimpin jalan beberapa langkah di depanku dan Kak Lubna, sementara kami saling bertukar tanya demi mengenal satu sama lainnya.

*****

Kursi-kursi berlapis kain putih bersih berjejer di aula. Sebagian besar diisi oleh mahasiswa dengan jaket almamater masing-masing kampus, sebagian lagi peserta umum ( dan mungkin mahasiswa tanpa almamater ). Kami duduk bertiga, aku, Kak Lubna, dan Kak Arya.

Pemateri memaparkan hasil penelitiannya tentang sekolah-sekolah yang dinilai terpapar pemikiran radikal. Berkali-kali dia mengingatkan agar semua elemen masyarakat, terutama Mahasiswa, agar selalu waspada dan menjaga orang-orang terdekat dari paham radikal yang dinilainya mengancam keutuhan NKRI.

"pengen nanya, deh gue," kata Kak Lubna berbisik kepadaku yang duduk di sebelah kirinya.

"nanya apa, kak?" jawabku

Cinta SubuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang