Cinta Subuh Part 25

3.5K 164 33
                                    


Assalamualaikum sahabat daring yang paling keren se-duniah!!!! Alhamdulillah, Novel Cinta Subuh akan diangkat menjadi film layar lebar oleh Falcon Pictures. yang diberi amanah menulis naskah filmnya saya sendiri, hehehe ( bangga ).

Ceritanya akan sedikit banyak berbeda dengan Novelnya, banyak kejutan di dalamnya, terutama untuk teman-teman yang suka sama karakter Arya!!!

Untuk teman-teman yang berniat membaca duluan novelnya, atas izin Allah, berkat doa teman-teman semua, Novel Cinta Subuh sudah terbit sejak tahun lalu versi cetaknya. bisa dipesan di toko online kesayangan teman-teman, terimakasih!


Bismillah, selamat melanjutkan membaca. Ah, hampir lupa, sapa saya di instagram : Aliifarighi, terimakasih!!!

RATIH

Hari yang dibenci hampir seluruh pekerja konvensional tiba, senin. Aku menyiapkan beberapa lembar roti bakar untukku, Bang Sapta, dan Kak Septi.

Roti-roti yang dibakar kering di atas frying pan mulai berwarna coklat keemasan, beberapa kali kucoba menekan-nekan untuk memastikan tingkat kegaringannya. Empat lembar roti bakar lain yang sudah tuntas dan siap disajikan kususun bertumpuk di atas piring putih tanpa corak, di atasnya kusiram madu, salah satu makanan kesukaan Sang Baginda Penutup Kenabian.

"Cie, rajin!" celetuk Bang Sapta melihatku aktif di dapur.

"hemat, Bang uang jajan Ratih udah tipis, tambahin makanya!" jawabku agak bercanda, padahal serius.

"mau?"

"serius?" aku langsung melepas celemek, mematikan kompor, dan berbalik menghadap Abangku yang sedang baik itu.

"tapi bukan Abang yang tambahin,"

"jadi?"

"kerja sambilan, Ra," sahut Kak Septi yang baru memasuki ruang makan, hari ini dia bertugas menyirami tanaman.

"kerja sambilan?"

"iya, kamu kan kuliahnya tinggal sedikit, ada temen Abang, baru buka tempat bimbel, ngajar gitu, mau?"

Aku berpikir sebentar, mengajar bukan sesuatu yang aku amat kuasai, tapi juga bukan hal yang kubenci.

"mau, nggak?" tanya Bang Sapta lagi, "lumayan uangnya, uang jajan dari Abang gak Abang kurangin, tapi Ratih dapet tambahan, banyak"

Aku tersenyum lebar, mengiyakan.

"tapi jangan malu-maluin!"

"Abang kali malu-maluin," aku menjawab pura-pura ketus, masih terlalu senang untuk bisa tersinggung dengan celetukan asal Bang Sapta.

Bang Sapta tersenyum, "yaudah, Mi, Abi siap-siap berangkat nih ya," katanya sambil menjulurkan tangan untuk merangkul dan mengecup kening istri tercintanya.

"Ratih bareng, ga?"

"iya!"

Kemudian aku ikut mencium tangan Kak Septi, keningku dikecup olehnya, dan aku berangkat menuju kampus. Bareng Bang Sapta, lumayan bisa sarapan di mobil dan hemat ongkos serta energi.

*****

"lu kemaren sama Arya ya?" tiba-tiba Tari mengeluarkan pertanyaan bernada introgasi.

"he, bener, Ra?" timpal Harsi ikut-ikutan

"bertiga gak berdua doang," jawabku membela diri, lagipula kekagumanku terhadap Arya memang bertambah. Tapi rasa-rasanya nggak ada yang cukup menarik untuk kuceritakan.

"bertiga berangkatnya, sama Kak Lubna, kan?"

"iya," aku mulai heran, dari mana informasi Tari dia dapat.

Cinta SubuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang