Extra Part(3)

16.9K 1K 81
                                    

Rena berbaring menyamping di atas kasur. Kepalanya terasa pening, suhu tubuhnya juga menghangat. Yang bisa dilakukan Rena hanya mengusap lembut perut buncitnya.

Sudah beberapa kali pembantu suruhan Arga memintanya untuk makan. Namun, Rena tetap tidak mau. Ia hanya butuh Arga.

Tapi suaminya masih dikantor, butuh waktu beberapa jam lagi hingga ia pulang.

Rena menutup matanya, mencoba meminimalisir rasa pening di kepalanya dengan cara tidur sambil menunggu Arga hingga pulang.

Tak lama, seseorang mengusap pipinya lembut. Rena membuka matanya pelan, mata itu seketika memanas dengan sendirinya. Ini karena efek demam.

Mata bulat sayu nya kini menatap pria yang sedari tadi ia tunggu. Arga, Suaminya itu terlihat khawatir, beberapa kali Rena mendengar pria itu menggumamkan namanya.

"Makan dulu, yuk," ajak Arga.

Setelah mendapat telepon dari pembantu suruhannya, Arga segera pulang menemui istrinya. Bagaimana tidak khawatir, pembantu itu bilang bahwa Rena sedang demam tinggi dan tidak mau makan. Kondisi seperti ini tidak baik untuk Rena yang sedang hamil dan hanya tinggal menunggu hitungan hari hingga ia melahirkan.

Rena pun bangun dibantu oleh Arga. Ia duduk bersandar di kepala ranjang dengan kedua tangan yang memeluk perut besarnya.

"Kenapa bisa sakit, hmm? Tadi pagi masih baik-baik aja." Sambil bertanya Arga menyuapkan sesendok bubur pada istrinya.

Rena menggeleng dengan wajah ditekuk. "Rena gak tau, tapi tadi Rena sempat kehujanan gara-gara keasikan nongkrong dihalaman belakang."

Arga menghela nafas pelan, ia tak bisa menyalahkan Rena sebab istrinya ini memang tak bersalah. Namun, tetap saja itu berbahaya bagi kesehatan istri dan anaknya.

Setelah menghabiskan makanannya, Arga segera membantu Rena untuk berbaring lagi. Tangannya mengusap lembut rambut istrinya dan menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuh Rena.

Arga mengecup kening Rena yang mulai terlelap. Setelah itu ia melangkah untuk membereskan sisa bekas makan Rena, ke dapur.

Jujur ia tidak tega melihat istrinya seperti itu. Gadis mungilnya yang dulu hiperaktif kini menjadi lebih pendiam dan menjaga sikap.

Arga yakin Rena memaksakan diri untuk berubah demi anak pertama mereka. Ia pun sebagai suami hanya mendukung saja.

Arga kembali ke kamar, mengecek keadaan Rena, membenahi selimut yang merosot dari tubuh Rena nya. Setelah itu Arga memilih kekamar mandi untuk membersihkan diri.

Tak butuh waktu yang lama, Arga sudah kembali segar dengan balutan kaos rumah berwarna putih dengan celana jeans selutut.

Inilah penampilan Arga yang selalu disukai Rena. Setiap ia memakai pakaian seperti ini, pasti gadis itu akan selalu memujinya, terus mengoceh tentang bagaimana berbedanya penampilan Arga saat dikantor dan dirumah.

Ia berjalan kearah dimana Rena tidur. Tangannya terulur untuk merapikan rambut panjang yang menutupi wajah istrinya.

Arga seketika panik saat melihat keringat dingin mengucur didahi Rena, beberapa kali juga Arga mendengar ringisan dari bibir pucat itu. Arga segera menelpon orangtuanya untuk datang.

"Hei, Rena? Are you okay? Sayang, bangun," ucap Arga penuh kekhawatiran.

Mata Rena terbuka, tapi gadis itu malah menangis. "Arga, sakit hiks."

"Ssstt, jangan nangis, aku disini jagain kamu, sebentar lagi kita kerumah sakit ya," ucap Arga memeluk istrinya.

Firasat Arga, Rena akan melahirkan. Lebih cepat dari yang ia duga.

Remember You (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang