❛ one ❜

57 5 0
                                    


Seminggu semenjak kejadian penutupan acara ulang tahun sekolahku. Setelah acara usai, anggotaku tidak ada yang mengatakan sesuatu pun tentang kekacauan penampilan kami akibat ulahku lagi. Bahkan Taemin juga tak berkutik, melirikku pun tidak. Kami semua langsung pulang ke rumah masing-masing. Esoknya, aku jatuh demam selama empat hari lamanya dan setiap malam aku tak bisa berhenti menangis. Malam itu adalah kegagalan penampilanku yang paling fatal. Lukanya membekas sangat lebar di hatiku. Bahkan Ibuku pun ikut menangis, dan keluargaku berusaha keras menghiburku. Aku menghargai usaha mereka.

Aku berjalan melewati mading sekolah dan berhenti sejenak untuk melihat. Di sana masih ada berita kekacauan penampilan STATION X ONE dengan aku yang menjadi fokus utamanya. Wendy sahabatku sudah menelponku waktu itu ketika berita itu dipajang di sekolah. Mungkin hari itu banyak murid yang membacanya dan menertawakanku. Dan mungkin sekarang mereka sudah bosan dengan berita itu untuk mencari berita yang lebih hangat—seperti Lisa yang baru-baru ini berpacaran dengan salah satu laki-laki populer di sekolah, Jungkook.

Ketika aku sampai di depan kelas, ruangan itu ternyata sudah ramai karena aku datang sedikit terlambat. Sudah hampir seminggu aku tak masuk sekolah, tapi mereka semua tidak ada yang terkejut dengan kehadiranku ataupun ingin menanyakan perihal malam itu. Begitulah kehidupan seorang introvert. Tapi baguslah, aku tak perlu repot-repot berbicara.

"Kang Seulgi! Kupikir kau sudah pindah sekolah," Satu-satunya laki-laki yang mau berbicara denganku di kelas, Ten namanya. Aku tidak akan menyebutkan nama aslinya karena dia berasal dari Thailand. Yang jelas, kami satu tim di grup dance.

"Maaf harapanmu tidak dikabulkan." sindirku datar sebagai balasan.

"Aku tak bermaksud seperti itu, dasar kucing." jawab Ten dengan putaran bola mata malasnya padaku. "Kau tidak asik. Aku ingin memberitahu, bahwa aku akan ikut SIC 5 dan timku pasti akan menang. Doakan aku Kang Seulgi!"

Ucapan Ten sukses membuat tubuhku membeku. Aku menatap kepergian lelaki tukang pamer itu tak percaya.

Kulihat jam tangan yang melingkar di tangan kananku—waktu masih menunjuk sepuluh menit lagi sebelum bel masuk berbunyi. Dengan cepat aku segera berdiri dari kursiku dan berlari sekencang mungkin keluar dari kelas, tanpa memperdulikan tatapan bingung teman-teman sekelasku.

Kakiku berlari menuju mading yang kulihat tadi pagi. Aku masih ingat, tadi pagi aku hanya melihat mading masih ditempeli beritaku, Lisa dan Jungkook, dan pemberitahuan tak penting lainnya. Dan benar saja, ketika aku baru sampai di sana, dua anggota OSIS tengah mencabut semua berita lama dan menggantikannya dengan satu poster raksasa tepat di tengah-tengah mading.

SEOUL IDOLS CHAMPIONSHIP

THE 5TH

Begitulah judul besar di poster itu. Ini dia, tahun yang kutunggu-tunggu sepanjang hidupku. Ajang bakat terbesar di kota Seoul yang diadakan dua tahun sekali. Setiap sekolah darimana pun boleh ikut, dengan syarat mengirimkan dua tim perwakilan sekolah. Aku selalu ingin mengikutinya sejak SMP, hanya saja waktu itu aku belum sepenuhnya berani sejak kejadian trauma kala itu. Tapi sekarang aku sudah berumur 17 tahun, dan aku ingin megikuti ajang bakat itu.

Tidak, ini bukan sebuah keinginantapi sebuah kewajiban!


-:-:-:-


Ketika jam istirahat aku langsung pergi ke ruangan dance, tempat biasanya kami berkumpul untuk latihan maupun rapat. Selama jam pelajaran berlangsung aku sama sekali tidak dapat fokus mendengarkan penjelasan Guru Shin tentang pelajaran Sejarah. Tak ada tempat untuk otakku saat ini karena Seoul Idols Championship sudah memenuhi seluruhnya.

WOW ThingWhere stories live. Discover now