Extra Part

7.9K 784 51
                                    

Author POV

Dua tahun kemudian...

Suasana putih abu-abu kini berganti menjadi suasana jas almamater kampus. Mahasiswa dan Mahasiswi pagi ini berhamburan masuk ke sekitaran kampus begitupun dengan calon mahasiswa dan mahasiswi yang berpakaian putih-hitam khas ospek beserta papan nama yang menggantung lucu di leher mereka.

"Norak banget deh aku begini."

Cowok tampan itu terus menggerutu sesaat setelah keluar dari area basement menuju gedung kampus bersama gadisnya yang terlihat sumringah sekali. Sangat berbanding terbalik dengan cowok disampingnya yang terlihat begitu bawel.

"Emang gue lagi kena hukum make beginian?" Lagi, ia menggerutu.

Merasa gemas, cewek disebelahnya itu merampas paksa papan nama yang sedari tadi cowok itu enggan pakai, memakaikannya paksa.

"Ngomel-ngomel mulu si? Nih, udah ya, jangan di lepas lagi?" Ucapnya lembut.

"Tap..." buru-buru gadis itu menempelkan jari telunjuknya di bibir Ali, "Sssttt! Gak ada tapi-tapian! Ayo ah!" Dengan paksa Prilly menarik lengan tunangannya menuju lapangan.

"Ntar dulu, Fi, ah, aku mau telepon Papi."

"Ngapain?"

"Minta Papi beli kampus ini lah, biar kita berdua gak perlu ikut-ikut ospek gini. Apaan norak banget!" Ali sudah akan mengeluarkan ponselnya.

"Ide bagus."

"Iyalah aku gitu. Kita nggak perlu panas-panasan dan kena marah." Sambil mengotak-atik ponselnya, sebelah tangan cowok itu mengusap puncak kepala Prilly sayang.

"Bagus-bagus kamu, aku gorok, aku cincang-cincang MAU?!" Teriak Prilly yang membuat Ali kaget sekaligus meringis ngilu karena teriakannya membuat sekitaran telinga hingga rumah siputnya sakit.

"AYO MASUK KALO NGGAK AKU MARAH SAMA KAMU!"

"Iya iyaaa..."

Pun, Ali ikut mengekor dibelakang Prilly. Sementara Ali menjadi pusat perhatian begitu melewati beberapa mahasiswi yang sebagian besar sudah berkumpul membentuk barisan.

"Kamu ngapain berdiri dibelakang aku?" Tanya Prilly.

"Ya kali, Fi aku berdiri di atas kamu. Melayang gitu?"

"Ali, nggak lucu, ya! Buruan gabung ke jurusan kamu!" Suruh Prilly.

"Lho jurusan aku sama kamu kan sama," ucap Ali yang membuat Prilly menatapnya tajam.

"Gak usah aneh-aneh! Kamu, aku, beda jurusan!"

"Ih sama tau."

"Beda!"

"Sama, sayang."

"Beda!"

"Sama, Fi, jurusan kita kan sama-sama mau ke masa depan. Cieee hahaha," balas Ali dengan gombalan recehnya. Gemas, ia mencolek pipi gembil Prilly yang tak berekspresi apapun sambil tertawa ngakak. Tapi tak berlangsung lama, tawanya itu seperti menular, buktinya Prilly ikut tertawa juga walau sedikit sebal dengan tingkah konyol Ali yang mengesalkan.

"Cie ketawa. Gemas nyaaaa," geram Ali sambil mengunyel-unyel pipi Prilly yang kian hari kian chubby itu.

"Yang di sana, baris yang benar!" Salah seorang senior yang menjadi panitia ospek menginstruksi membuat Ali menghentikan kegiatannya, menatap datar senior dengan gaya pongahnya itu. Ya, Ali tahu ia hanya junior disini, tapi Ali tak terlalu suka dengan gaya mereka yang terkesan menempelkan label kesenioritasan agar di hormati.

Powerpoint in Love (END)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt