BAB 10

3.8K 208 1
                                    


"Loh kok mbak sendiri,"

Ajeng lalu menoleh ke belakang, memandang Rama. Laki-laki muda itu mengenakan celana pendek adidas berwarna hitan dan singlet berwarna senada.

"Mas Aru mana?" Tanyanya lagi.

"Lagi mandi,"

"Owh gitu,"

"Mbak sibuk enggak?" Tanya Rama.

"Enggak sih,"

"Susunin baju aku dong, tadi aku udah susun, kok kayaknya kurang rapi gitu,"

"Yaudah kalau gitu,"

Ajeng mengikuti langkah Rama masuk ke dalam kamar. Ajeng mengedarkan pandangan kesegala penjuru ruangan. Ruangan yang cukup simpel hanya terdapat tempat tidur, meja dan lemari. Ajeng menatap lemari pakaian yang setengah terbuka. Sementara Rama duduk bersila di lantai menatap ponsel yang sedang di charger itu.

Ajeng memandang isi lemari, ternyata penyusunan baju memang benar kurang rapi. Ternyata Rama tidak memisahkan bagian celana dan baju. Dia malah menyusunya secara menumpuk seperti ini.

"Sebenarnya aku bingung mbak, biasa di rumah baju aku rapi gitu. Sekali aku susun kok kayak kurang enak dilihat,"

"Gimana enggak rapi, numpuk kayak gini. Di bawah masih banyak yang kosong, kamu harus nyusunnya secara terpisah antara baju dan celana," Ajeng mencoba menjelaskan, dan ia menyusun baju Rama. Baju Rama memang tidak terlalu banyak, sepertinya dia membawa seperlunya saja.

"Pantesan, maklum lah mbak, kalau di rumah enggak pernah ngurus ginian," ucap Rama sambil terkekeh.

Ajeng bisa menduga itu, karena Aru mengatakan Rama sudah terlalu manja. Seharusnya seumuran Rama bisa lebih mandiri. Ini hanya masalah pakaian aja, merupakan hal yang sepele.

"Mbak kapan mau nikah sama mas Aru?" Tanya Rama.

Ajeng menoleh ke arah Rama, "Nikah?,"

"Ya iyalah nikah? Mbak sama mas Aru nunggu apalagi, sama-sama udah tua juga. Secara aku lebih suka mbak dari pada mbak Tania,"

"Tania," Ajeng memggantungkan kalimatnya.

"Iya mbak Tania, pacarnya mas Aru sebelum mbak. Emang mbak enggak tau? atau mas Aru enggak cerita,"

Ajeng tersenyum dan kembali menyusun baju Rama, sepertinya Rama masih menganggap dirinya adalah pacar Aru. Oh Tuhan, bocah kecil itu memang sok tahu,

"Tau sih, yang cantik itu kan," ucapa Ajeng.

"Cantik sih, tapi aku enggak suka mbak,"

"Kenapa kamu enggak suka?" Tanya Ajeng penasaran.

"Entahlah, aku enggak suka aja liatnya. Kayak enggak pantes aja sama mas Aru,"

Ajeng menarik nafas, kahirnya selesai juga ia menyusun baju bocah sok tahu itu. Ia menutup pintu lemari dan kini memilih duduk di sisi tempat tidur.

"Tadi kamu malah nyuruh mbak putusin mas kamu, tapi sekarang malah dukung. Kamu gimana sih," ucap Ajeng, ia mengikuti alur cerita Rama. Ia ingin tahu isi pikiran bocah kecil itu.

"Becanda aja mbak, aku sama mas Aru emang gitu dari dulu. Tapi mas Aru orangnya baik kok, ya walaupun tampangnya nyeremin,"

"Aku sih setuju kalau mbak sama mas Aru, adem gitu liat mbak sama mas," ucap Rama lagi.

"Mbak udah ketemu mama belum?"

"Belum tuh,"

"Mas Aru gimana sih, masa' mbak belum di kenalin sama mama, keterlaluan bener !,"

MY LOVE MY CEO (SELESAI)Where stories live. Discover now