"Yaudah, kita kebengkel sekarang," ucap Ajeng lagi, ia melihat lampu hijau mulai menyala.

"Oke,"

Laki-laki itu lalu berjalan masuk ke dalam mobilnya kembali. Ajeng meneruskan perjalanannya mengikuti mobil SUV, mengikuti mobil itu menuju bengkel terdekat.

********


Ajeng memijit kepala, ia pastikan perbaikkan mobil itu tidaklah murah. Mobil itu masuk ke salah satu bengkel yang penuh penghuninya. Tidakkah laki-laki itu mencari bengkel yang sepi, lihatlah melihatnya saja sumpek. Ajeng melirik jam melingkar ditangannya menunjukan pukul 09.12 menit. Ajeng keluar dari mobil, ia memarkir mobilnya diparkiran depan, dan mencari keberadaan laki-laki berambut gondrong yang telah menghilang masuk ke dalam.

Sebenarnya ia tidak terlalu suka masuk ke dalam bengkel, karena rata-rata penghuni semuanya laki-laki. Terlebih berbagai macam bau yang membuat tidak betah. Jika service mobil seperti ini ia selalu minta bantuan Tatang. Ah, lagi-lagi ia memikirkan sahabatnya itu, jelas jelas laki-laki itu akan menikah. Ajeng mendapati apa yang ia cari, ia memandang laki-laki berambut gondrong berbicara dengan seorang. Laki-laki itu membalas pandangannya, menyuruhnya mendekat. Ia juga ingin tahu apa yang mesti diperbaiki, dan seberapa parah kerusakkannya.

Aru lebih memilih bengkel Raja service, karena bengkel ini memiliki bengkel mobil terbaik dan pelayanannya luar biasa terhadap pelanggan. Pantas saja bengkel ini selalu ramai dan di tangani oleh tenaga ahli bersertifikat. Aru melihat Jo berjalan mendakatinya dan laki-laki itu tersenyum simpul.

"Hey men, apa kabar?" Ucap Jo.

"Baik, makin ramai nih bengkel," ucap Aru,

"Biasalah memang seperti ini setiap hari,"

"Kenapa men," ucap Jo, karena tidak biasanya Aru ke bengkel seperti ini, kecuali mobilnya bermasalah.

"Mobil gue ditabrak dari belakang,"

"Serius," Jo seakan tidak percaya.

"Serius lah, ngapan gue kesini kalau enggak rusak," ucap Aru.

"Mana?"

"Itu," Aru menunjuk mobil Suv miliknya. Ada beberapa mekanik berseragam merah berjalan mendekati mobil, sepertinya sudah siap untuk diperbaiki. Aru melempar kunci pada mekanik itu.

"Enggak rusak parah sih, hanya kap belakang penyok dan stoplamp pecah," ucap Aru.

"Owh gitu," ucap Jo mulai paham.

"Tau sendirilah gimana, itu mobil kesayangan gue men,"

"Siapa sih yang nabrak?,"tanya Jo penasaran.

"Cewek, kalau cowok udah babak belur kali,"

Jo lalu tertawa, "Gila parah tuh cewek, cantik enggak,"

"Lumayan," ucap Aru menahan tawa, ia memandang lurus kedepan.

"Itu dia orangnya," Aru memandang wanita berjas hitam berjalan mendekatinya.

"Gimana?" Tanya Ajeng, kepada laki-laki berambut gondrong itu. Ia di sini akan bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan.

Jo menarik nafas, memandang wanita itu cukup serius dengan penuh keyakinan.

"Begini, ini tidak bisa langsung beres hari ini juga. Mungkin besok selesai atau lusa. Karena kita juga perlu pengecatan ulang, karena goresan itu lumayan banyak," Jo mencoba menjelaskan kepada wanita cantik di hadapannya, sebenarnya ia belum melihat kondisi mobil Aru. Ia hanya mengulur waktu agar Aru berhubungan dengan wanita cantik ini lebih lama. Entah lah kebetulan atau takdir, mereka terlihat cocok jika bersama.

"Owh gitu," ucap Ajeng.

"Emangnya enggak bisa cepat men?" Ucap Aru menatap Jo yang tersenyum licik kepadanya. Ia tahu itu hanya akal-akalan laki-laki brengsek itu saja. Nanti sore sebenarnya sudah selesai, lagi pula hanya lecet biasa.

"Ya enggak bisa sekarang men, lo tau sendiri antrian service banyak banget,"

Seketika suara ponsel berdering, Ajeng lalu dengan cepat merogoh ponsel di saku jas nya. Kedua laki-laki ituberalih memandangnya. Ajeng menatap layar persegi,

"Titin Calling,"

"Saya angkat dulu ya, ini dari kantor," ucap Ajeng, karena merasa tidak sopan memotong pembicaraan kedua laki-laki itu.

Ajeng lalu menggeser tombol hijau pada layar, dan meletakkan ponsel itu ditelinga kiri. Titin adalah salah satu temannya di kantor, yang menggantikan posisi Hanum.

"Ia Titin,"

"Lo ada di mana sih? Kok jam segini belum datang, pak Erwin nyariin lo. Lo kan tau hari ini tutup laporan," ucap Titin.

Ajeng melirik ke dua laki-laki itu yang hanya diam, mendengar percakapanya.

"Gue datang telat, lagi di bengkel nih. Gure nabrak mobil orang dari belakang,"

"Yang bener !,"

"Iya bener, ini lagi di bengkel. Mungkin sejam lagi lah gue ke kantor," ucap Ajeng sambil melirik jam yang melingkar di tangan, satu jam cukuplah untuk mengurus ini semua.

"Tapi lo enggak apa-apa kan?" Ucap Titin mencoba memastikan keadaan Ajeng.

"Gue enggak apa-apa kok,"

"Tin, udah dulu ya, gue ngurus ini dulu," ucap Ajeng mengakhiri percakapannya.

"Oke,"

Sambunganpun terputus, Ajeng menyimpan lagi ponselnya di saku jas. Ia kembali menatap dua orang laki-laki itu, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan selain tersenyum.

"Maaf," ucap Ajeng.

"Iya enggak apa-apa," sahut Jo.

"Jadi bagaimana, apa saya harus bayar sekarang. Soalnya saya harus kembali ke kantor," Ajeng mencoba berdamai dengan keadaan.

Aru menarik nafas, ia memandang Jo. Alis sahabatnya itu terangkat mempersilahkan dirinya berbicara. Mereka laki-laki dewasa, tahu apa yang harus di lakukan jika berhadapan dengan wanita cantik. Sangat di sayangkan jika hanya berakhir begini saja.

*******

MY LOVE MY CEO (SELESAI)Where stories live. Discover now