FAMILY DAY

408 9 1
                                    

Bagaimana rasanya perpisahan tanpa pertemuan? Berat memang. Sebulan sudah Adin menjalani hidup diperantauan. Tak ada satu pun orang yang menjenguknya. Untuk pulang ke rumah neneknya pun Adin belum terbiasa. Adin masih harus menunggu jemputan dan bingung jika naik angkutan umum. Bayangkan saja jika ingin pulang harus jalan kaki, naik 3 kali angkot dan ojeg. Sedangkan ojeg online masih belum hadir di daerahnya.

Kerinduan tak bisa lagi di pendam, telepon dan video call pun tak lagi bisa memenuhi rasa rindu pada keluarga, dan juga Jhon. semakin hari rindu makin menumpuk.

Dan bayangkan pula, selama sebulan ini tidak punya setrikaan, dispenser dan juga magicom . Bagi sebagian orang itu memang tidak penting. Tapi ini sangat penting bagi Adin.

Seperti hari-hari Jumat biasanya. Adin pergi ke kampus di pagi hari, istirahat disaat jumatan dan kuliah kembali sampai petang. Malam pun berlalu begitu saja bersama media sosial yang selalu ada dua puluh empat jam menemaninya.

Dingin, sepi dan sunyi. Tiap kali weekend datang, semua para penghuni pulang menuju rumahnya masing-masing. Berbeda dengan Adin yang masih setia menunggu orang yangma menjeputnya. Entah itu pamannya atau pun kakeknya.

Kamar sebelah masih kosong,  belum ada penghuni. Dan memang kamar Adin berada di satu gang yang hanya ada 4 kamar.di bagian bawah 2 dan atas 2. Sedangkan lorong lain berderet panjang berjejer belasan kamar yang sama kosong karrna di tinggal pemiliknya. Penghuninya dari dua kampus berbeda. Namun masih sama sama di kesehatan. Yang satunya adalah swasta dan satunya adalah negeri.

[Mamah memanggil]

Baru saja Adin mengambil gawainya, telpon langsung mati. Adin mencoba menelpon kembali namun tak dapat dihubungi.

Tok ... tok ... tok ...

Terdengar ketukan pelan yang menyadarkan Adin dari lamunannya. Alunan musik yang sedang di putar pun Adin hentikan, memastikan jika itu memang ketukan kekamarnya.

Adin menunggu ketukan berikutnya. Namun, tak kunjung ada. Adin bangun dari kasur dan membuka gordeng di samping pintu kamarnya. Sekilas seorang perempuan dengan rambut panjang di tutupi selendang di kepalanya menampakan diri di balik jendela.

Senyum Adin mengembang, segera Adin membuka pintu.

"Auuulll .... Humaiii ..." teriak Adin.

Aul dan Humai adalah adiknya. Senang bukan kepalang melihat beberapa saat kemudian ibunya datang dari balik lorong bersama ayahnya dan adik kecilnya.

Kamar yang tadinya terlalu luas bagi seorang Adin kini penuh sesak. Tanpa kabar, keluarganya datang untuk menjenguk Adin.

Di pojok kamar Adin kini mulai banyak menumpuk oleh-oleh, juga seperangkat alat kosan yang sangat Adin nantikan.

"Din, udah makan?" tanya Mama.

"Belum mah, tadi sore males keluar lagi nyari makan. Hehe," sambut Adin.

Mama segera mengeluarkan bungkusan makanan yang berisi nasi dan berbagai lauk kesukaan Adin.

"Makan dulu ya, Din" ujar mama

Adin langsung menyerbu makanan yang dibawakan. Kedua adiknya pun turut menyerbu semua makanan yang di bawa. Sedangkan adik kecilnya Kamila sudah tertidur pulas di kasur Adin.

Adin begitu senang dengan kedatangan keluarganya, seuasai makan ayahnya mengajak adin berbincang di teras luar kamarnya.

"Besok libur Din?" tanya ayah.

"Libur pah. Hehe ga ada jadwal ganti kuliah sih," sambut Adin.

"Yasudah, nanti kamu ikut ya. Mamamu sama adikmu mau ke pantai" perintah ayah Adin.

"Serius paahhh????" Adin merasa tidak percaya dengan yang diucapkan ayahnya.

Adin akhirnya bergegas membereskan pakaian dan barang apa saja yang perlu di bawa. Seusai semuanya selesai, Adin berangkan menuju pantai bersama keluarganya.

Perjalanan malam tidak seramai perjalanan di siang hari. Jalanan berkelok dan sepi menemani malam mereka. Pantai yang sebuah hal yang belum pernah Adin rasakan. Adin pernah pergi ke pantai, hanya saja saat itu usianya baru lima tahun. Hanya sedikit kenangan mengenai pantai yang ia ingat. Itu lun krnangan buruk saat dirinya terbawa arus pantai.

Perjalanan dipenuhi dengan canda dan tawa antara Adin dan Adiknya. Mobil tak pernah sepi daei canda, tawa dan juga radio yang terus menemani.

Bukan hotel mewah, atau bintang lima yang mereka cari. Asalkan cukup untuk mereka metebahlan diri di malam ini dan siap untuk membilas diri saat esok hari.

Setelah menemukan tempat yang sesuai, Adin dan keluarga tertidur pulas menunggu mentari yang akan terbit esok hari.

Bagai mana keseruan di pantai bersama keluarga Adin? Tunggu cerita selanjutnya ya.. 😍

LIKA LIKU CALON BIDANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang