Loading... 9,7%

60 28 0
                                    

9-day before Surgery

Anetra terdiam di atas ranjang tak berkutik, buah segar yang sudah diiris kecil-kecil belum diambil satu pun. Anetra sibuk memikirkan 9 hari yang akan datang nanti, juga menahan rasa sakit di kepalanya yang luar biasa itu. Pagi hari yang biasa dia lewati dengan kata kata lebaynya itu kini terasa hampa, seolah sudah tak ada lagi sajak sajak di memori Anetra.

Anetra benar benar lelah dengan kehidupan dramanya ini, kalau memang pada akhirnya Anetra mati kenapa tidak sekarang saja?

"Jangan melamun, habiskan saja buahmu lalu akan kuceritakan sebuah kisah." Tutur Defan membuat Anetra kembali sadar.

Seperti yang dilihat, Anetra dan Defan memang belum berbaikan sejak semalam mereka perang mulut dengan kata-kata yang intinya tentang kematian.

Anetra mulai menggigit potongan melon, mengunyahnya sampai lembut. Tiga potongan buah berhasil Anetra makan namun setelahnya Anetra meletakkan garpunya lalu menghela nafas panjang. "Kenyang!" serunya lalu menutup setengah tubuhnya dengan selimut putih hangat.

"Makan lagi An, perutmu bisa kelaparan kalau seperti ini! Kenyangmu itu cuma kenyang mata!" Omel Defan menyingkirkan piring Anetra.

"Engga, udah kenyang, terserah. Anetra ga mau makan."

Geram mendengarnya Defan melayangkan cubitan kecil ke lengan Anetra. "Sakit!" Seru Anetra mengelus lengannya.

"Mau diceritain cerita engga!?"

Anetra menggeleng, "Ga perlu, Anetra mau tidur, Anetra capek, nanti kalau Anetra engga bangun lagi jangan nangis, bye."

Sekali lagi Defan melayangkan cubitan kecil, kali ini bukan di lengan melainkan di pipi membuat teriakan Anetra 2× lebih keras dari sebelumnya.

"Katanya mau minta tolong buat kasih memori indah sebelum pergi!?"

"Nanti habis Anetra tidur siang, Anetra ngantuk! Lagian, harusnya Mas Defan Shift siangkan hari ini!"

Defan menggeleng, "Engga, Mas Defan libur hari ini, trus--"

"Udah udah, Anetra mau tidur!" Anetra menutup kedua telinganya. Soal ingin tidur itu Anetra hanya berbohong, dia hanya butuh waktu untuk memikirkan soal penyakitnya dan persiapan sebelum Operasi.

" Oke, padahal Mas Defan mau bilang kalau Mas Dendra sama Papa bakalan datang, bye, Mas Defan mau jemput mereka dulu."

Anetra hampir terlonjak dari kasur mendengar nama Mas Dendra juga Papanya. Sebuah kejutan yang benar benar mengejutkan Anetra.

Anetra tak mengubris Defan, berusaha tenang walaupun nyatanya tak bisa. Begitu Defan keluar dan menutup pintu ruangan Anetra langsung duduk seperti semula, berteriak bahagia yang akhirnya menyiksa otaknya dan terpaksa untuk tidur lagi.

Kanker otak benar-benar menyiksa, Antara tak boleh terlalu bahagia dan sedih, ditambah lagi ini sudah stadium 4. Sikap diampun tetap membuat kepala Anetra SANGAT sakit.

.

.

.

"Palingan juga Mas Defan cuma bercanda!" Seru Anetra begitu tersadar bahwa Defan tak kembali selama 30 menit lebih.

Anetra kesal, dia pikir Defan akan membuat memori indah dengan mengundang Mas Dendra dan Papa, tapi nyatanya itu cuma bohongan.

Anetra berniat mengunjungi dunia mimpi sebentar, hanya sebentar..

Kumohon.. hanya sebentar.. hanya sebentar.., beri aku waktu lagi untuk membuat kenangan indah.. kumohon sebentar saja... Tuhan.

★☆☆

Until 100% Memory✔Where stories live. Discover now