Loading... 4,3%

82 35 3
                                    

○28-day before Surgery

"Mas, semalam Anetra mimpi... mimpi ketemu sama laki laki!"

Pagi ini mood Anetra sedang baik, entah karena apa. Defan tersenyum mendengarnya, mulai tertarik dengan cerita adiknya.

"Anetra kenal sama laki-laki itu?" Tanya Defan.

Anetra menggeleng, tangannya sibuk melipat kain kain putih. "Engga, Anetra belum pernah liat sebelumnya.."

Defan mengangguk mengerti, "Terus, teruus??"

Anetra yang awalnya sudah menutup mulutnya itu kini tersenyum lebar, melanjutkan cerita di mimpinya semalam yang menurutnya sangat indah itu.

"Lelaki itu menggenggam tanganku erat! senyumnya maniss banget!! Kayak Oppa Oppa! pokoknya Netra pengen ketemu sama laki-laki kayak dia!"

"Andaiii aja Netra bisa liat Mas Defan, buat mastiin kalau itu Mas Defan atau bukan.. hehe sayangnya engga bisa ya.."

"Tapi, engga apa-apa! Netra udah seneng bisa denger Mas Defan ketawa! hehe! Mas..., Netra pengen es krim.. boleh ya?"

"Cuman sekaliii ajaaa!!"

Defan tersenyum tipis, menggeleng tegas lalu menyentil dahi adiknya. "Enggak, udah kebanyakan minum Es, engga baik buat otak kamu."

Anetra berdecih, "Cih, Anetra-kan engga punya otak! otak Anetra udah kemakan tumor kalii!" Seru Anetra bermaksud bercanda, namun candaannya itu membuat Defan terdiam memandanginya lewat pantulan kaca.

"Belum sepenuhnya kemakan, makannya harus tetap jaga kesehatan, ya?"

Mau tak mau Anetra hanya bisa mengangguk, padahal Defan juga tau kalau hari ini hawanya sangat panas, AC kamar disini sedang ada masalah.

"Mama, Papa sama Mas Dendra kapan mau ngunjungin Anetra??"

"Eh?? kenapa? Kangen Mama??" Tanya Defan.

Memang Tak biasa Anetra menanyakan Mama. "Cuman.. hehe, kangen dikit. Anetra pengen meluk Mama erat erat sambil main main ihh.. sebelum operasi."

"Mau Mas Defan telponin?? Biar Mama kesini." Tawar Defan mengeluarkan Smartphone-nya.

Anetra mengangguk antusias. Memang sudah lama Anetra takbertemu dengan Mamanya itu, satu satunya teman yang menurut Anetra paling pengertian, ya, Anetra tak tau yang sebenarnya.

"Sebentar ya.."

"Iyaaaa!"

Defan mulai mengutak-atik hpnya. Mencari nomor Mamanya, mulai menghubunginya, sesekali tersenyum melihat tingkah adiknya yang sudah semangat sekali.

"Nomor yang anda tuju sedang sibuk. Silahkan..--"

Defan menegakkan punggungnya, netranya mencari kertas tanggalan yang tertempel di dinding kamar.

"Maaf An, Mama sedang sibuk. Hari ini ada rapat, mungkin nanti sore bisa langsung datang kesini. Maaf ya??"

Anetra kecewa, iya. Namun senyum di bibirnya tak luntur begitu saja. Anetra tau dia terlalu banyak membuat Defan merasa tak enak dan sedih. "Hehe, iya engga apa apa, Mas!"

Defan tersenyum tipis. Rasanya ada yang aneh, tak enak.. dan mengganjal.

"Mas Defan.. keluar dulu ya?" Defan berjalan keluar dari kamar Anetra, bahkan sebelum Anetra mengangguk mengiyakan.

Pagi itu Defan tak kembali ke dalam kamar 77 alias kamar yang Anetra tempati. Anetra menghabiskan waktu paginya dengan tidur, Sangat berbeda dengan mereka yang punya tubuh dan raga yang sehat, yang kini sedang tertawa di koridor kelas, belajar dengan fokus agar bisa masuk ke SMA yang diidam-idamkan, saling mengusili satu sama lain, berlari dilapangan karena hukuman.. atau menangis karena tamparan keras dari kakak kelas.

Tidak dengan Anetra..

★★☆

Until 100% Memory✔Where stories live. Discover now