Loading... 2,0%

137 40 6
                                    

Semilir angin menyapa Surabaya sore ini. Seorang gadis dengan kedua mata yang tertutup, kini berdiri menghadap senja yang mulai mendatang. Gadis itu tak sendiri, seorang laki laki seumurannya menemani gadis dengan raut wajah yang tak lain sedang kecewa.

"Lulus SMP mau masuk SMA mana?"

Gadis itu.. ah, ralat maksudnya Anetra, mengendikkan bahunya tanda tak tau.

"Mau satu SMA denganku? aku bisa menemanimu setiap hari.. kalau kau mau.."

Meski dengan kedua mata yang tertutup, Anetra tau letak Rehan——Lelaki berambut cokelat gelap, itu berada. Anetra menghadapnya.

"Belum tentu aku bisa hidup hingga saat itu,ya, aku memang benar benar ingin bisa merasakan masa remaja SMA yang begitu indah, tapi apa kata takdir? Seolah Tuhan sudah merencanakan bahwa esok aku tlah tiada." Anetra mengerucutkan bibirnya kesal.

Rehan tertawa singkat, "Dari mana kau belajar kata kata emosional seperti itu? Juan?? atau saudarinya??"

Mendengar hal itu Anetra menggeleng cepat, "Kau pikir aku tak bisa membuat kata kata emosional seperti itu?"

"Iya."

Mengesalkan, itu batin Anetra. Gadis berumur 15 tahun yang tercatat sebagai siswi akhir dan terkenal sakit-sakitan di sekolahnya. Bahkan Anetra pernah izin selama 2 minggu untuk istirahat dirumah karena Tumornya itu.

"Gimana kabar Mas Defan?"

"Semakin hari makin bikin orang stress, bukannya bantuin adiknya, eh, malah mainan PUBG sendiri, teriak teriak cem orang kesurupan."Anetra terlihat sebal menceritakan kisah singkat Kakak laki lakinya nomor dua itu.

"Gitu gitu Mas Defan tuh sayang sama kau!"

Anetra menggeleng tak setuju dengan ucapan Rehan.

"Rehan mau balik ke Jakarta?" Tanya Anetra.

"Iya.. Aku bakalan ngelanjutin sekolah disana, kalau mau mampir silahkan aja.."

"Ya, kalau bisa! Eh, kudengar kamu pake nama lahirmu lagi ya?"

Rehan mengangguk, kedua manik matanya menatap Anetra yang menunggu jawaban lisan darinya. "Iya, Athan.. Engga beda jauhkan sama nama Rehan?"

"Seenggaknya.. Rehan--eh maksudku Athan.. mau gunain nama yang Tante Neyyan kasih, pasti Tante Neyyan seneng banget!"

Bibir Rehan membentuk bulan sabit, andaikan Anetra, gadis yang pernah menyukainya selama satu semester itu bisa melihatnya, dipastikan 80% akan jatuh cinta lagi. Lalu? kemana yang 20% nya?? Tentu saja dia akan pingsan di tempat.

"Ya, Mama pasti bakal seneng.. pasti."

Hening sejenak, keduanya sibuk menghirup udara sore diatas gedung rumah sakit itu.

"Balik yuk? udah jam enam, takutnya kalau lampunya mati lagi."

Anetra mengangguk, tangannya mengenggam erat jaket milik Rehan, "Pegangin aku."

"Iya iya bawel. Untung sayang~"

"Sorry, aku engga baper." Anetra menjulurkan lidahnya.

Dan sore itu, Anetra menghabiskan waktunya berdua, diatas gedung rumah sakit, menghirup udara segar, juga senja yang indah. Berharap, Anetra takkan melupakan sore ini.. dimanapun dia berada.

Ya, aku takkan pernah lupa.. Maka dari itu, ambil aku jika tugas diduniaku sudah selesai, Tuhan.
-Anetra

★★☆

Until 100% Memory✔Where stories live. Discover now