3

92 15 2
                                    

Kwonjoo sudah berdiri tepat di hadapan ruang kepala Yoo Jae-chun, berharap pengajuannya untuk membentuk tim khusus dikabulkan. Ia merapikan sedikit dasinya sebelum mengetuk pintu besar di hadapannya lalu mendorong knop pintunya.

"Ada apa?" tanya Kepala Unit Yoo.

"Aku ingin mengajukan pembuatan tim khusus, Pak" ujar Kwonjoo menyerahkan amplop coklat yang sedari tadi berada di tangannya.

"Masih terkait kasus Do Timjang?" Intonasi Kepala Unit Yoo terdengar sinis. "Apa yang mau kau lakukan! Apa begitu sulit untukmu memahami situasinya?"

"Pak Kepala-"

"Aku tidak akan memberikanmu izin!"

Nada suara Kepala Unit Yoo meninggi, hampir terdengar membentak. Kwonjoo pun mencoba menahan dirinya untuk sama-sama tidak 'meledak'. Seketika itu pun suasana menjadi hening. Kekecewaan bergemuruh dalam hatinya. Lembaga Kepolisian yang seharusnya menjamin keamanan rakyatnya justru bersikap pengecut seperti ini. Kwonjoo semakin ingin tahu apa alasan di balik sikap keras atasannya ini.

"Sangat mengecewakan. Ini kah wajah asli Kepolisian Republik Korea?" ujar Kwonjoo memecah keheningan dengan nada ketus. Ia sudah tidak peduli bagaimana harus bersikap di depan atasannya. Dirinya merasa begitu muak. 

"Kang Kwonjoo!"

"Kepala unit Yoo, saya minta maaf. Tapi saya tidak pernah mendaftarkan diri untuk menjadi polisi yang pengecut seperti ini. Sebagai seorang polisi, saya masih punya harga diri. Mengapa begitu takut mengungkap kebenaran dari kasus Do Timjang? Apa Kepolisian begitu takut mengakui adanya kesalahan prosedur?"

"Kang Center!"

"Kepala Unit Yoo! Coba anda bayangkan, jika anda berada di posisi Do Timjang, tidak kah anda merasa ini sangat tidak adil? Do Timjang selalu memberikan performa kerja terbaiknya meskipun dengan kondisi dan segala keterbatasannya. Jika memang dia bersalah karena telah bertindak terlalu jauh dengan membunuh Kaneki, setidaknya kepolisian harus tau kenapa dia memutuskan demikian. Saya butuh investigasi lebih lanjut. Apa pun yang bapak katakan, saya akan mengungkapnya. Pasti. "

"Kang Center, kenapa kau jadi seperti ini? Apa yang sebenarnya terjadi padamu?"

"Saya minta maaf atas kelancangan ini. Saya seorang polisi, dan saya juga rekan kerja Do Timjang, Pak. Ayah saya, Chief Jang, Chief Na, Do Timjang. Sudah cukup orang-orang terdekat saya yang menjadi korban. Saya merasa bertanggung jawab."

Kepala unit Yoo bungkam mendengar nama-nama para anggota kepolisian yang tewas. Ia menolehkan pandangannya, tak bisa  menatap wajah Kang Center yang terasa seperti sorot laser. Ia tidak tahu apa, tapi wanita itu telah banyak berubah.

"Saya tidak akan meminta pembatalan pembubaran Golden Time Team jika itu memang sudah menjadi keputusan final, tapi saya hanya ingin mencari tahu kebenarannya sebelum tim kami benar-benar dibubarkan."

Kepala unit Yoo mempertimbangkan ucapan Kang Kwonjoo yang intonasi suaranya mulai turun. Ia bisa saja mengizinkan Kwonjoo untuk menyelidikinya, tetapi ia tahu, banyak konsekuensi dan tekanan yang akan didapatkannya.

"Hanya tiga hari. Jika lebih dari itu kau masih membuat kegaduhan, aku tunggu surat pengunduran dirimu."

Kwonjoo mengangguk tanpa ragu. Meskipun waktu yang diberikan jauh lebih cepat dari perkiraannya, namun ini lebih baik daripada tidak sama sekali. Apa yang ada di kepalanya saat ini hanyalah mencari kebenaran yang masih tersisa.

***

Matahari telah tenggelam saat Kwonjoo kembali ke meja kerjanya. Kwonjoo terduduk di depan meja kerjanya sambil memijat pelan tengkuk lehernya yang terasa kaku. Beberapa karyawannya pun sudah meninggalkan mejanya masing-masing, dan diisi oleh beberapa karyawan yang bekerja pada shift malam.

SEEKINGWhere stories live. Discover now