4

79 15 0
                                    


"Hanya itukah yang bisa kamu katakan saat kolegamu tewas?"

Kwonjoo kembali tersungkur di lantai, bersandar di samping kaki sofanya. Itu hanyalah suara Do Timjang yang terus berada dalam kepalanya. Kata-kata yang pernah diucapkan Do Kangwoo saat pertama kali bertemu dengannya di TKP kecelakaan Chief Jang, beberapa bulan lalu.

"Do Timjang-nim, maafkan aku.." batinnya.

Kwonjoo membenamkan wajahnya ke dalam kedua telapak tangannya. Suara seperti itu bukan yang pertama kalinya. Sejak seminggu pasca peristiwa penembakan, Kwonjoo terus merasakan kehadiran kolega terdekatnya itu. Hal itu begitu mengganggunya hingga ia harus diresepkan beberapa obat untuk kejiwaannya.

Jika ia boleh merasa egois, sejujurnya Kwonjoo juga merasa sangat tidak nyaman dengan terus dibayangi kematian rekan kerjanya. Ia sangat lelah. Dia yakin Do Kangwoo adalah korban, dan begitu pun dengan dirinya. Trauma akan kehilangan ayah dan rekan kerjanya berulang kali, teror yang ia terima dari para pelaku kejahatan, hingga kematian rekan kerja yang selama ini selalu bersamanya dan terjadi tepat di depan matanya, bagaimana seorang manusia, terlebih perempuan sepertinya, bisa bertahan dari perasaan hancur? 

***

Matahari telah mengintip saat Kwonjoo terbangun. Jam sudah menunjukan pukul setengah tujuh pagi sementara ia baru mendapat 2 jam tidur setelah bersusah payah memejamkan matanya. Penyesalan itu selalu datang, berkamuflase menjadi mimpi buruk yang tak pernah berakhir. Namun Kwonjoo tahu, semua perasaan itu akan sedikit terobati jika ia bisa menemukan kebenaran yang dicarinya.

Ponselnya berdering tepat saat Kwonjoo menyuapkan sesendok sup untuk sarapan paginya. Itu adalah panggilan telepon dari Jin Seoyul. Tidak biasanya, pria itu menelponnya sepagi itu.

"Ya, ada apa Seoyul-ssi?"

"Centerjang-nim, maaf menelponmu pagi-pagi seperti ini. Aku sudah mendapatkan nama-nama anggota SOU yang datang saat itu, dan dari status laporan kejadian ada satu orang yang tidak mengirimkan laporannya." jelas Agent Jin.

"Kau tahu siapa?" 

"Aku hanya mendapatkan namanya saja. Namanya Kwon Harim, dari divisi satu tim SOU.  Orang itu juga sepertinya personel SOU yang menembakkan pelurunya kepada Do Timjang. Tapi sayangnya, aku masih mencoba mendapatkan data dirinya."

"Tidak apa-apa, aku akan langsung ke kantor SOU pagi ini. Terima kasih Seoyul-ssi, Sugohaseyo.."

Kwonjoo menutup teleponnya dan menatapi semangkuk sup, seperempat mangkuk nasi dan sepiring kecil kimchi beserta banchan-nya dengan ragu. Ia lalu meletakkan sendok makannya dan bergegas ke kamar mandi untuk bersiap pergi.

***

Dengan bantuan maps, tak membutuhkan waktu lama bagi Kwonjoo untuk tiba di kantor KNP SOU (Korean National Police Special Operation Unit) meski itu adalah kunjungan pertamanya ke kantor tersebut. Kwonjoo kembali membuka ponselnya, memastikan nama dan foto Kwon Harim sebelum menuju ruang kantor divisi satu yang tidak begitu ramai.

"Maaf mengganggu, apa saya bisa bertemu dengan Kwon Harim?" tanya Kwonjoo pada seorang pria yang sedang sibuk di meja kerjanya.

"Nugusijyo? (Anda siapa ya?) Tidak semua orang boleh sembarangan masuk ke kantor ini" kata pria itu sedikit ketus.

"Poongsan Jibang Gyeongchalcheong , Golden Time Team Centerjang, Kang Kwonjoo-imnida" Jawab Kwonjoo dengan tegas sambil menunjukkan ID Card kepolisiannya. Gestur tubuh pria yang awalnya terlihat ketus itu melembut setelah tahu pangkat Kwonjoo yang lebih tinggi darinya.

"Saya mendapatkan daftar status laporan SOU team ini untuk insiden penembakan satu bulan lalu, aku perlu bertemu dengan Kwon Harim untuk memverifikasi sesuatu."

"Sayang sekali, Harim saat ini sedang mengambil cuti panjang. Mungkin anda bisa menemuinya di apartemennya."

"Bisakah kau memberikan alamatnya? Ini sangat penting."

"Sebentar ya.." Pria itu meninggalkan Kwonjoo dan pergi ke komputernya untuk mencetak sesuatu, kemudian kembali menghampiri Kwonjoo dan menyerahkan selembar kertas data diri atas nama Kwon Harim itu.

Kwonjoo membaca sekilas data diri Kwon Harim yang tertera pada kertas tersebut. Alamat apartemennya tidak terlalu jauh, jadi ia bisa segera pergi untuk menemuinya.

"Terima kasih sudah membantu saya. Sugohaseyo." Tanpa berbasa-basi, Kwonjoo segera bergegas meninggalkan Kantor KNP SOU, dan pergi ke Hoseon Apartment. Dengan derap langkah kaki yang cepat menuju mobilnya, Kwonjoo menghubungi timnya.

"Park hyeongsa, Goo hyeongsa, aku mengirimkan alamat seorang personel SOU, bisa kah kalian temui aku di sana?" ujar Kwonjoo melalui in ear earphone-nya.

"Ne, centerjangnim!" jawab Para detektif.

"Park Eunsoo, maaf tapi tolong gantikan aku sementara di call center.

"Aku mengerti." jawab Agent Park.

Semua menuju tugasnya masing-masing. Kwonjoo membawa laju mobilnya dengan cepat, menuju daerah Mapo, berharap mendapatkan titik terang secepatnya. Ia hanya membutuhkan 15 menit perjalanan menuju apartemen milik Kwon Harim, hampir bersamaan dengan tibanya mobil dari detektif Dispatch Team.

"Ini apartemennya? Nomor 304?" tanya Park Joong-ki. Kwonjoo mengangguk cepat dan ketiganya bergegas masuk. Namun langkah Kwonjoo terhenti tepat di depan kotak surat. Kedua detektif Dispatch Team pun mengikuti arah langkah Kang Kwonjoo yang sibuk mencari kotak surat nomor 304 yang ternyata dipenuhi lembaran amplop surat.

"Sepertinya dia tidak ada di rumahnya?" ucap Gwangsoo sambil mengambil beberapa lembar amplop dari kotaknya.

"Kita lihat dulu saja ke apartemennya, ayo" ujar Park Joong-ki. Mereka pun melanjutkan langkahnya ke lantai 3 Hoseon Apartment.

Tepat di hadapan pintu apartemen 304, tampak tumpukan kertas-kertas brosur, dan totebag berisi beberapa kotak susu. Ketiganya saling bertatapan dalam satu pikiran. Namun mereka tetap harus memastikan keberadaan Kwon Harim di sana.

"GYESIMNIKKA? (apa ada orang di rumah?)"Park Joong-ki maju selangkah sambil menekan bel pintu nomor 304 tersebut lalu mengetuknya dengan keras. Ia mengarahkan telinganya pada daun pintu dan tidak terdengar apapun. Kang Kwonjoo juga mencoba mendengarkan sesuatu yang ada di dalam apartemen tersebut. Namun di dalam apartemen itu benar-benar nihil suara.

"Dia pasti sudah meninggalkan apartemen ini cukup lama" ucap Gwangsoo sambil mengangkat lembaran-lembaran brosur di tangan kanannya. Kwonjoo yang awalnya bersemangat, kini merasa kecewa. Tapi tepat saat itu seorang wanita paruh baya menghampirinya.

"Kalian siapa ya? Ada perlu apa? Pria yang tinggal di sini sudah lama tidak terlihat." ujar wanita tersebut.

"Apa ibu tahu dimana?" tanya Joong-ki. Ibu itu menggeleng dan berlalu meninggalkan ketiganya dalam keadaan bingung. Mereka tidak tahu petunjuk lain selain alamat apartemen Kwon Harim. Keduanya terdiam mencoba mencari langkah selanjutnya. Mereka hanya memiliki sisa waktu dua hari untuk bisa menemukan kebenarannya. Tapi, tiba-tiba saja dalam keheningan itu, muncul panggilan darurat dari pusat kendali call center.

"Code Zero! Code Zero! Laporan atas nama Hwang Inha, 52 tahun,  alamatnya berada di 50-2 Haebit-ro, Yongsan-gu. Dia melaporkan kalau anaknya, bernama Min Soyun, 21 tahun, yang telah satu bulan menghilang, menelponnya dan mengatakan kalau ia sedang disekap oleh seorang pria tidak dikenal. Silahkan tim pergi menuju rumah orangtua korban untuk penyelidikan lebih lanjut."

"Di sini Park Joongki, kami menerima laporan dan akan segera berangkat" respon Joong-ki. "Gwangsoo-ssi, kamu tetap di sini dan mencari tahu informasi tentang Kwon Harim dari para tetangganya. Park Joong-ki segera pergi ke Haebit-ro untuk menemui keluarga Min Soyun."

"Baik, kami mengerti!" Keduanya langsung bergegas meninggalkan Kwonjoo yang bergegas kembali ke kantor sambil berbicara dengan Agent Park melalui in ear earphone yang terkoneksi dengan radio kepolisiannya.

"Park Eunsoo, bisakah kau hubungkan telepon korbannya padaku?"

"Baik, aku mengerti!"

===================================================


SEEKINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang