Percobaan

295 29 7
                                    

  "Sayang, dasi mana yang ingin kau pakai hari ini?" tanya Yuri lembut, seperti biasanya, seperti setahun yang lalu.

  Kyuhyun menunjuk dasi di tangan kiri Yuri, sehingga sang istru meletakkan kembali dasi di tangan kanan kembali ke laci. Tangannya dengan mahir memakaikan dasi itu di kerah kemeja sang suami.

  "Kau mau pergi hari ini, Yuri?" tanya Kyuhyun. Sang istri terlalu lama di rumah dan di kamarnya sendirian. Ada baiknya ia pergi berbelanja atau sekedar jalan-jalan untuk melepas jenuh terhadap keluarga dan khususnya Catherine yang menjadi-jadi.

  Yuri mengangguk kecil. "Aku akan pergi ke apotik untuk membeli vitaminmu yang sudah habis. Kau butuh banyak vitamin untuk menjaga kesehatanmu." ujar Yuri sambil tersenyum tipis ke Kyuhyun. Pria itu tertegun, sudah lama tak melihat senyuman itu dari sang istri sama sekali.

  Tak pernah sekalipun ia merasa jenuh menikahi Yuri. Memiliki pikiran berselingkuh saja sudah tidak ada lagi. Dikarenakan perjanjian lima tahun yang lalu, ia justru menemukan pasangan hidupnya yang sesungguhnya. Tempatnya bersandar setiap harinya dalam suka maupun duka. Seseorang yang mengalami banyak masalah hidup semenjak berada di sisinya sebagai istri.

  Cantik, cerdas, beretika.

  Tiga kata itu cukup untuk menjelaskan bagaimana seorang Kwon Yuri itu. Kyuhyun mencium bibir sang istri lembut, melumatnya dengan penuh perasaan. Yuru di sisi lain menikmatinya, sesekali membalas lalu menarik diri.

  "Berangkatlah bekerja. Hati-hati di jalan." pesan Yuri. Kyuhyun menganggukkan kepalanya. Melihat Yuri sudah mulai kembali seperti sebelumnya membuat hatinya terasa lega dan nyaman. Keduanya melangkahkan tungkai keluar kamar dan mendapati Catherine bersiap-siap berangkat sekolah.

  Yuri menghampiri gadis itu lalu menutup resleting ranselnya yang terbuka. "Kau pulang jam berapa, Catherine? Biar supir dapat menjemputmu tepat waktu." tanyanya perhatian. Catherine menoleh lalu menjawab asal, "Jam empat sore. Aku tidak pergi kemana-mana hari ini.".

  Wanita itu menganggukkan kepalanya. Ia lalu mencium Anastasia di pipi. "Semangat bersekolah, Anna sayang." ucap Yuri ke si bungsu. Ketiganya lalu meninggalkan rumah dan menyisakan Yuri sendirian. Ia kemudian mengganti pakaiannya, berdandan tipis lalu juga meninggalkan rumah, mengendarai mobilnya ke apotik.

  "Aku ingin kedua ini sebanyak satu kotak kecil masing-masing." ujar Yuri sambil menunjukkan apa yang tertulis di layar ponselnya.

  Sang apoteker mengangguk lalu segera mengambilkan apa yang diinginkan Yuri, memasukkannya ke dalam plastik lalu menyerahkannya setelah Yuri membayar. Tentu saja apoteker itu tak mengenalinya, Yuri menggunakan masker di wajahnya.

  Ia tak lagi pergi ke tempat lain setelah itu dan kembali ke rumah. Yuri berbaring di atas kasur dan menyalakan musij keras-keras dari ponselnya. Menatap halaman dari jendela kamarnya yang besar kosong. Ia melewatkan makan pagi dan siang dengan melakukan itu.

  Bibi Jung di luar merasa khawatir dengan sang nyonya rumah. Pasalnya, ketukan di pintu dan panggilan pun sama sekali tak dijawab atau dibalas. Wanita itu kemudian menghubungi si tuan rumah, Kyuhyun, melalui pesan.

###

  Catherine sedang mengambil kelas tambahan di sekolah saat ini karena hari sudah sangat sore. Ia tentu saja duduk dengan mereka yang berasal dari kalangan elite juga, kelompok anak-anak berpengaruh.

  "Terkadang aku iri denganmu, Catherine. Kau bertingkah seperti ini hingga pulang malam dan ibumu sangat mencemaskanmu. Kita semua tahu, ibumu itu adalah ibu tiri. Namun, dia benar-benar menganggapmu sebagai anak." ujar Hanji, anak mantan menteri lingkungan hidup.

  Semuanya mengangguk kecuali Catherine. "Ibu tiriku bahkan tidak pernah peduli denganku. Dia hanya menginginkan harta ayahku saja. Tapi, ibumu selama ini selalu berada di sampingmu, Cath." kata Juyeon, putri politikus ternama.

  Catherine terdiam mendengar semua celotehan teman-temannya itu.

  "Andai saja aku punya ibu seperti Kwon Yuri itu, mungkin aku tidak akan mabuk dan merusak diriku seperti sekarang ini. Dia menyayangi anak tirinya dengan tulus."

  "Oh—! Bukankah dulu ibumu tertusuk karena menyelamatkanmu di pasar dengan ayahmu? Ia mempertaruhkan nyawanya hanya untuk kau yang anak tirinya, daebak!"

  Pembicaraan terhenti ketika guru mulai melangkahkan kedua kakinya mendekati kelompok mereka. Semuanya langsung kembali mengerjakan soal yang diberikan barusan mengenai matematika itu. Catherine berpikir keras. 'Dulu bahkan kita sedekat nadi, namun sejak aku mengatakan itu kepadamu dan kau memintaku untuk menganggap dirimu sebagai seorang sekretaris, rasa bersalahku menumpuk menjadi benci,' batinnya.

  Ia memandangi kertasnya hampa. 'Padahal, dulu aku yang menyatukan kau dan appa. Aku yang menginginkanmu menjadi ibuku. Namun, apa yang sekarang terjadi padaku?' batinnya.

  Rasa bersalah yang kemudian menumpuk menjadi benci itu membuat Catherine hanyut dalam ingatan dan perasaannya yang selama ini bercampur aduk dan berkecamuk dalam hati. Tak pernah ia merasakan hal seperti ini dalam hidupnya. Ia tahu ia sangat salah dan selama ini menyakiti hati wanita itu terus menerus. Semua karena egonya semata.

  Bahkan ia merasakan bahwa selama ini ia merasa sangat jauh dari sang ibu, ayah, juga adik tirinya, Anastasia. Tak pernah ada canda tawa bersama lagi dalam keluarga itu sejak ia menginjak usia remaja dan duduk di bangku kelas tiga sekolah menengah atas, mempersiapkan ujian.

  Setiap kali ia belajar dan tertidur, ia selalu terbangun dengan susu dan kudapan di atas meja belajarnya. Juga dengan selimut hangat di punggungnya. Saat ia pulang mabuk di pagi hari, ia terbangun dengan wajah tanpa riasan, aksesoris terlepas, sepatu terlepas dan pakaian terganti.

  Semua berkat Yuri.

  Semua pandangan dan pemikirannya buyar ketika sekretaris sang ayah yang dulu menggantikan Yuri, Seohyun, datang dan berbisik sesuatu kepada sang guru di depan kelas. Semua kini memperhatikannya. "Catherine, cepat kemasi barang-barangmu dan pulanglah." ucap sang guru dengan raut wajah khawatir.

  Catherine menatap Seohyun bertanya-tanya. Sepersekon kemudian, ia menangkap kode bahwa sesuatu telah terjadi dan merupakan keadaan yang sangat urgent sehingga Catherine harus segera pergi dari sekolah. Sesuatu yang tidak diketahui Catherine. Apa yang telah terjadi? Apa yang sedang terjadi?

  Ia langsung memasukkan barang-barangnya ke dalam tas lalu berlari meninggalkan kelas bersama dengan Seohyun. "Apa yang terjadi? Mengapa aku harus pulang cepat? Bahaya apa? Tolong jelaskan dan jangan buat aku bertanya-tanya!" cecarnya dengan beberapa pertanyaan sekaligus.

  Seohyun yang masih berlari di samping Catherine kemudian menjawab pertanyaannya dengan satu kata yang kemudian membuat Catherine semakin cepat berlari menuju mobil yang menunggu di parkiran sekolah. Tubuhnya mendadak gemetaran setelah mendengar jawaban tersebut.

  Buruk? Siapa yang diserang? Ayahnya sudah mundur dari dunia politik? Lalu apa yang sebenarnya terjadi saat ini? Mengapa ia seperti hewan yang tidak tahu apa-apa?

to be continued.

Loving You in Every WayWhere stories live. Discover now