01. Sepuluh Bintang

Start from the beginning
                                    

"Nih kalo kamu gak percaya, Ara itu bengek. Kamu bisa denger sendiri lewat telpon." ucap kak Jaehyun kepada kak Nancy.

"Jae!" bentak kak Nancy dari sebrang sana.

Kak Jaehyun kembali memberikan sinyalnya kepadaku. Namun dengan cepat aku menggeleng keras. Tanda tak setuju.

Dengan cepat kak Jaehyun mengambil novel fsog milikku lalu mengacungkan novel itu ke udara, setelahnya kak Jaehyun menunjuk berkali-kali ke arah kamar Mama Jessica. Artinya kak Jaehyun akan melaporkan aku kalau aku gak mau nurutin perintahnya.

Akhirnya aku hanya mengangguk sembari mendengus. Lalu aku mulai menghirup napas dalam-dalam. Setelahnya akupun mulai mengatur pita suara agar bisa menirukan orang yang terkena penyakit bengek.

"Ihikkk ihikkk hikk ihikk ngikk..." Aku sukses menirukan suara orang bengek kepada kak Nancy lewat sambungan telepon.

"Yaampun! Jadi Ara beneran sakit??! Aduh maaf ya dek belum bisa ngejenguk kamu. Kakak usahain besok sore bakalan jenguk." Nada suara kak Nancy sangat khawatir.

Sementara itu kini kak Jaehyun sedang berusaha menahan tawanya sekuat tenaga saat mengetahui respon kak Nancy yang berhasil ditipu oleh suaraku barusan.

"Bagus Ra ini baru adek kesayangan gue."
Ucap kak Jaehyun sembari terkekeh geli lalu mengacak-acak rambut panjangku.

Aku hanya bisa mendengus lalu menimpuk kepala kak Jaehyun dengan sebuah bantal.

***

"Masa tidak ada yang bisa?!" Suara Pak Doyoung menguar di seisi ruangan.

Saat Pak Doyoung melihat beberapa kelompok siswi berbisik-bisik dan para siswa lainnya sibuk memainkan game online, amarah beliau menjadi meluap-luap.

"Brak!"

Suara gebrakkan meja menghentikan aktifitas kami yang sedang sibuk sendiri. Pak Doyoung sudah marah besar.

Hal itu membuat teman-temanku di kelas 12-8 yang notabenenya sangat bobrok dan pecicilan menjadi pendiam dalam sekejap.

"Kalian itu sudah kelas 12! Pikir pakai otak! Masa soal kelas 11 saja tidak bisa?! Nanti saat ujian nasional bagaimana hah? Kalian mau nyontek, atau googling? Silahkan jika itu mau kalian." Rentetan ucapan Pak Doyoung bagai sebuah bom waktu yang membuat ketegangan diliputi rasa cemas di kelasku semakin menjadi-jadi.

Pak Doyoung memang berwajah soft dan ramah. Namun jika sudah berada di dalam kelas, beliau akan berubah menjadi guru yang amat killer. Pokoknya hati-hati ya.

"Cepat kedepan! Kerjakan soal ini!" teriak Pak Doyoung lagi, tentunya dengan nada yang amat dingin - membuat siapapun yang mendengarnya akan merasakan perasaan gugup yang melanglangbuana.

Dengan tangan yang gemetaran, Aku mencoba mengangkat tangan bersedia untuk menjawab soal- soal yang ada di papan tulis.

"Ara mau nyoba jawab pak." ucapku dengan suara yang terbilang seperti sebuah cicitan saja. Aku yang merupakan siswi petakilanpun jika sudah berhadapan dengan kemarahan Pak Doyoung akan menciut.

"Silahkan, jawab." balas Pak Doyoung dingin.

Aku menatap soal itu dengan lamat-lamat. Aku memutar ingatan sejenak berusaha mencari rumus yang tepat untuk mengerjakan soal tersebut. Tak usah menunggu lama, Aku mulai menuliskan jawabannya di bawah soal-soal yang ditulis oleh Pak Doyoung.

Pada sistem yang tampak pada gambar, silinder kiri L luas penampangnya 80 cm2 dan diberi beban 600 kg. Pengisap kanan S, luas penampangnya 25 cm2 sedang beratnya dapat diabaikan. Sistem diisi oli dengan ρ = 0,80 g/cm3. Supaya sistem seimbang maka besar F adalah ?

Jawaban:

Diketahui :

AL = 800 cm2

= 800 x 10-4 m2

As = 25 cm2

= 25 x 10-4 m2

oli = 0,80 gr/cm3

= 800 kg/m3

Ditanya :

F = ?

Jawab :

P1 = P2

= g h

= +800.10. 8

= +64.000

= +64 . 103

6000 . 25 . 10-4 = .800.10-4+64.103

800 = 150.000 + 64.000

800 = 214.000

= 2.675 N


Setelah mengerjakan soal tersebut aku mengulas sebuah senyuman kepada Pak Doyoung.

Dengan berat hati Pak Doyoung memberikan kartu berbentuk bintang itu kepadaku. Asal kalian tahu saja, hari ini aku sudah mengumpulkan sebanyak sepuluh bintang, karena telah menjawab pertanyaan seputar fisika; baik itu tentang hukum kirchoff, ggl, medan magnet, listrik arus searah, dan banyak lagi. Yang terakhir ya menjawab pertanyaan tadi.

Setelah bel istirahat berbunyi dan para siswa-siswi kelasku berhamburan ke kantin. Aku masih betah dengan posisi yang kini tengah berduaan bersama Pak Doyoung si guru fisika killer yang tengah menatapku dengan tatapan dinginnya.

"Gimana Pak? Janjinya harus ditepatin loh, katanya kalau satu hari saya dapat sepuluh bintang di pelajaran bapak. Bapak mau jadi pacar saya." Ucapku dengan senyuman yang sangat cerah.

"Maaf Ara, saya tidak bisa berpacaran dengan kamu, karena saya tidak menyukai wanita."

Ucapan Pak Doyoung barusan bagaikan sebuah ultimatum yang membuatku sangat terkejut bukan kepalang.

****

Next or Nay?

MTMH | DOYOUNGWhere stories live. Discover now