[13]

410 70 26
                                    

Di saat Jihoon bertarung antara hidup dan mati, Daehwi menatap meja makan dengan nanar. Menu malam ini adalah semur iga sapi. Satu mangkuk nasi mengandung 200 kilokalori, iga sapi 650 kilokalori, sup kacang merah 120 kilokalori, dan lain-lain. Hasil hitungan kalori yang baru saja dilakukannya membuat Daehwi semakin sakit kepala.

"Kau tidak makan?”

Nyonya Lee bertanya dengan raut wajah ceria. Beliau tadi berhasil menang taruhan waktu bermain go-stop dengan temanteman pemandian air panasnya. Beliau berhasil mengantongi kurang lebih 30.000 won.

”Tidak mau. Aku mau diet saja.”

Gadis itu bertekad bulat. Saat ini yang paling penting untuk dilakukannya adalah mendapatkan pria tampan sebagai kekasihnya. Lalu target berikutnya adalah menjadi glamor.

”Apa yang terjadi kepadamu? Sudahlah. Kita hidup apa adanya saja."

Nyonya Lee berkata sambil menyuapkan satu sendok nasi ke dalam mulutnya. Akan tetapi Daehwi tak mengacuhkannya dan melangkah meninggalkan ruang makan.

”Tidak mau. Memangnya Eomma tadi tidak lihat Jihoon? Dia terlihat langsing sekali. Eh, maksudku... dia kurus sekali.”

“Lalu kenapa? Memang dengan badan sekurus itu mungkin akan membuatnya cocok dengan berbagai jenis model pakaian, tetapi menurutku tidak sehat. Dia juga jadi tidak cantik."

“Eommaaa!”

Supaya tidak semakin tergoda dengan aroma makanan yang menyusup masuk ke hidungnya, Daehwi memutuskan untuk naik ke lantai dua. Namun kehadiran seseorang membuatnya terkejut dan menghentikan langkah. Orang itu adalah Malaikat Oh Sehun.

Penampilan pria itu tidak berubah. Tetap dengan kemeja putih yang dipadukan dengan jas berwarna hitam. Di mata Daehwi pria itu terlihat tinggi, dengan wajah yang cenderung pucat dan tingkah laku yang agak mencurigakan.

”Sedang apa kau di situ? Mengagetkan saja.”

“Apakah Anda tahu ke mana Agassi pergi?”

Malaikat itu bertanya kepada Daehwi tanpa peduli sebelumnya gadis itu yang sudah lebih dulu bertanya kepadanya. Meski sudah berkeliling mencari, pria itu masih belum berhasil menemukan Jihoon.

Agassi? Ooohh... maksudmu Jihoon?”

Pria itu mengangguk. Suara pria itu pelan sekali sampai hampir tidak terdengar. Perilakunya juga begitu. Ia tidak terlalu banyak bergerak.

”Tadi Daniel Oppa datang dan mengajaknya pergi makan malam."

”Bajingan itu.... Jadi tadi pria itu datang ke sini?"

Pria di hadapannya itu bisa saja terlihat pendiam, tetapi nada bicaranya barusan terdengar penuh dengan emosi. Mendengarnya Daniel pun jadi bertanya-tanya bagaimana karakter pria itu sebenamya. Kalau diamati lebih jauh, pria itu ternyata juga menarik sekali.

Tunggu dulu! Benar juga. Semakin dilihat, pria ini tidak buruk juga. Kulitnya terlalu putih untuk ukuran pria, tetapi kalau terkena matahari sedikit saja pasti bisa menjadi lebih gelap. Lalu sorot matanya juga menarik. Astaga... pria ini tinggi besar.

Moon In The Spring. NielWinkWhere stories live. Discover now