Bagian 9

1.1K 171 22
                                    

Bagian 9

(Batasku hanya sampai sini saja, ternyata)

Pemuda berusia 24 tahun dengan rambut hitam yang berantakan, menatap nanar jasad yang baru kemarin sore terlihat bahagia karena menanti seseorang.

Hatinya terasa kebas ketika berusaha meruntut satu satunya keinginan ayahnya yang belum terpenuhi. Duduk bersama Jooheon untuk bertukar pikiran tentang banyak hal. Makan  malam dalam satu meja, mengenakan pakaian terbaik yang dimiliki agar Jooheon merasa nyaman dekat dengannya. Menantu satu-satunya.

"Ibu, a-aku…" sang ibu dengan sigap memeluk putra satu-satunya yang begitu hancur.

Changkyun tidak tahu apa yang salah disini. Ia hanya kecewa pada Jooheon. Bukan karena Jooheon tidur dengan Jinhee. Tapi karena Jooheon yang ingkar tentang janjinya.

Sejak dulu, Changkyun benci ucapan belasungkawa sebab itu membuatnya semakin merasa kehilangan. Ia hanya terduduk sendu di depan peti ayahnya di salah satu ruang bersemayam. Tidak berniat bangkit atau mengucapkan terima kasih untuk kedatangan orang-orang kemari.

"Apa yang membuat dunia ini berarti jika matahari saja enggan bersinar?" Changkyun menoleh. Mendapati ayah mertuanya sudah duduk di samping.

"Ayah?" tuan Lee merentangkan tangan. Siap menyambut Changkyun untuk masuk ke dalam pelukan terbaiknya.

"Matahariku" ucap tuan Lee ketika Changkyun sudah berada di dalam pelukannya.

"Jangan pernah redup. Kedua ayahmu ini akan sangat sedih" Changkyun hanya mengangguk.

Tidak ada tangis di dalam kehilangannya sebab Changkyun cukup lelah menangis sendirian di dalam sudut hatinya yang basah.

Tatapan kasihan terus membuat Changkyun semakin kecil juga tidak berdaya. Apa yang harus diperjuangkannya lagi? Sedangkan alasannya untuk bertahan sudah pergi.

Changkyun pikir ia bisa. Tapi ternyata tidak. Ia sudah lelah. Semangatnya hilang untuk sekedar bertahan di sisi Jooheon.

Melihat Jooheon yang datang dengan wajah datarnya. Membuat Changkyun ingin sekali memaki. Percuma Jooheon datang sekarang. Ayahnya tidak akan hidup lagi.

"Jooheon-ssi kenapa kesini!?" Changkyun tidak peduli ketika semua mata kini memandangnya dengan terkejut.

"Kedatanganmu sekarang tidak akan bisa membuat ayahku hidup!" Jooheon tidak tahu sebesar apa rasa kecewa yang sudah ia berikan. Tapi mata Changkyun menjelaskan jika ia sangat terluka.

"Maaf" lirih Jooheon.

"Ayahku sangat senang ketika mendengar kau akan mengunjunginya setelah sekian lama. Ia mengenakan pakaian terbaik yang dimiliki. Kemudian tidak mau makan sebelum menantunya datang. Jooheon-ssi apa kau selalu hidup seperti ini? Membuat orang-orang mengerti dirimu, sementara kau tidak pernah mau tahu!?" Changkyun maju untuk mendekati suaminya. Memberi pukulan paling keras diantara sisa tenaga yang ada.

"Changkyun tenanglah" nyonya Im berlari untuk melerai anaknya.

"Tidak bisa bu! Aku sudah sangat sabar bertahan dengannya karena ayah. Tapi apa yang dia lakukan? Aku tidak sama sekali marah ketika kau berkencan dan tidur dengan Jinhee. Tapi aku marah, kenapa kau menyisihkan ayahku!? Apa karena kami sudah jatuh miskin dan menjijikkan?" Changkyun yang sabar dan kuat sudah tidak ada. Hanya tersisa Changkyun dengan ribuan rasa kecewa tanpa obat.

Changkyun mengalami banyak kesulitan dalam menghadapi Lee Jooheon selama 1 tahun pernikahan mereka. Ia tidak bahagia. Harinya terasa melelahkan dengan pertengkaran yang tidak pernah usai. “Aku berpikir kau mulai bisa hidup tanpa aku, iya kan Lee Jooheon-ssi?”. Jalan satu-satunya hanya berpisah, sebab Changkyun tidak ingin lebih banyak tersakiti dan menyakiti.

HEALING (JooKyun)Where stories live. Discover now