21

691 75 11
                                    

Flashback

10 hari yang lalu

.

.

Jiyong pov.

Untuk yang ke dua kalinya bagiku untuk memasuki sebuah club malam. Jika saat itu aku ketempat ini karena Jin ah, maka saat ini aku ke sini dikarenakan Dara.

Aku hanya bingung dengan diriku sendiri, kenapa ada rasa penyesalan di saat diriku tak sengaja menjadi penyebab keguguran nya. Kenapa aku menyesal? Aku tidak memiliki perasaan apapun padanya bukan? Entahlah, bahkan dengan perasaan sendiri aku tak begitu yakin.

Malam ini aku hanya sendiri, duduk diam meneguk habis botol alkohol yang jelas-jelas tidak cocok dan tidak pernah ku minum. Tunggu, ini yang kedua bagiku meminum alkohol, dan untuk yang kedua ini, aku tidak tahu perbuatan gila apa yang akan ku lakukan nanti nya.

22.00

Aku pulang dalam keadaan mabuk berat, untung saja aku membawa sopir untuk menyetir, jadi aku bisa selamat sampai rumah.

Kaki ku terus berjalan gontai menaiki anak tangga hingga tiba didepan pintu kamar ku. Namun saat melihat pintu kamar lain yang berada di depan kamarku, membuat niatku untuk beristirahat mendadak berubah.

Aku membuka kasar pintu bewarna putih itu, menampakkan sosok wanita mungil yang tengah menatap kaget kepada ku.

Deg

Hazel itu, saat aku melihat mata itu sembab entah kenapa, aku tak tau penyebab nya, hatiku terasa berdenyut.

Perasaan apa ini? Ini bukan yang pertama kalinya aku jatuh cinta, namun kenapa untuk yang kali ini hatiku dipenuhi oleh keraguan?

.
.
Dan entah setan apa yang merasuki ku, aku kembali menambah luka pada dirinya. Aku memaksa untuk meniduri nya yang jelas-jelas baru saja keguguran. Ya, kalian bisa sebut aku pria brengsek atau pun bajingan. Karena memang itulah kenyataannya.

-
8.00

Rasa pusing menyerang ku saat pertama kali membuka mata. Hendak duduk dari tidur, aku baru menyadari jika aku tidak sedang di kamar ku. Dan kejadian-kejadian semalam kembali berputar di ingatan ku.

Benar, ini kamar Dara, dan semalam aku telah memaksanya intuk memuaskan nafsu bejat ku.

Deg

Shit! Jantung ku kembali berdegup saat melihat wajah polos yang sedang tertidur itu. Wajah damainya benar-benar membuat hati ku yakin bahwa,

Aku telah jatuh pada dirinya

Aku ingin melihat lebih lama wajah bak malaikat itu, namun aku sadar diri. Aku sendiri yang telah berulang kali menyakiti malaikat itu, aku adalah iblisnya disini.

Bukan dia yang tak pantas untuk ku, tapi akulah yang tak pantas untuk nya.

Sekarang aku tahu kenapa hati ku sempat ragu, karena

Ini bukan lagi sekedar obsesi, ini adalah cinta yang sesungguhnya.

Jika dulu aku selalu mengekang dan me-otoriter kehidupan wanita yang aku yakini sebagai orang yang kucintai. Tapi tidak kali ini, tidak saat aku baru tau apa itu cinta yang sesungguhnya.

Cinta tidak bisa dipaksa dan dibatasi. Cinta bukanlah sebuah obsesi, aku tak akan memaksa nya untuk tetap berada di sisiku, dan aku tak akan pernah membatasi kebebasan nya lagi. Ia berhak untuk memilih kebahagiaan nya, dan aku tau diri jika aku hanya lah sumber dari semua kesengsaraan nya.

Flashback end.

-

Sudah terhitung sepuluh hari berlalu saat aku dengan bejatnya memperkosa Dara. Ya memang benar memperkosa bukan? Walau ia istri sah ku tapi tetap saja aku telah menyetubuhi nya secara paksa. Maka itu tidak bisa dikatakan bercinta.

Seperti yang telah ku janjikan, aku tak akan pernah memaksa dan membatasi nya lagi. Aku memberikan semua kebebasan pada hidupnya, bahkan jika ia ingin bercerai dariku pun aku akan menyanggupi nya, walau aku tak yakin apa aku bisa bertahan hidup tanpa kehadiran nya di sisiku.

Aku sedang menonton TV di ruang tengah yang sudah menjadi rutinitas ku selama tujuh hari belakangan, tepat nya tujuh hari saat fisik Dara sudah kembali pulih dan wanita itu mulai sering atau bisa disebut selalu keluar rumah untuk menemui Bom. Ya hanya itu yang ku ketahui saat wanita itu keluar rumah, karena aku tidak ingin memata-matai nya tanpa seizin nya.

Aku akan mempercayai nya sepenuhnya. Bahkan jika ia berkhianat pun aku akan berusaha untuk menerima nya, karena aku mencintai nya dan juga selama ini akulah yang bodoh menyia-nyiakan cinta tulus yang diberikan wanita itu pada ku.

Aku yang salah, aku yang brengsek dan akulah yang bajingan. Jadi aku tak akan pernah menyalah kan nya lagi.

Aku sangat ingin meminta maaf padanya, namun di saat menatap hazel nya yang penuh dengan siratan luka membuat mental ku ciut untuk mendekati nya dan takut jika saja aku menyakiti nya kembali.

Bukan karena arogan saat sepuluh hari ini aku tak ingin berbicara ataupun bertatap muka dengan nya. Dan juga bukan karena gengsi saat aku berpura-pura acuh dan seolah-olah tak menghawatirkan nya. Namun karena rasa takut dan rasa bersalah lah yang membuat ku seakan-akan bersikap dingin padanya, istriku, Sandara Kwon.

Sandara Kwon? Apa aku masih pantas menyematkan marga ku pada wanita berhati malaikat itu? Apa ia pantas menyandang marga dari seorang iblis seperti ku?

Iblis?

Ah mendengar sebutan itu membuatku mengingat sosok eomma yang selalu memanggil ku dengan sebutan itu.

'Anak iblis! Aku menyesal telah melahirkan mu!'

Ya kira-kira itulah kalimat rutin yang selalu aku dengar disaat kecil dulu.


-
"Aku mencintai mu, maafkan aku, dan aku sangat menyesal." -jiyong

"Aku mencintai mu, selalu memafkan mu, dan masih dengan hati yang sama." -dara
-

"Aku tak akan membiarkan kan kebahagiaan hadir dalam kehidupan mu!" -jaejoong

"Setuju!" author😂

-

.
.
.

TBC

Hurt✔Where stories live. Discover now