6

736 78 9
                                    

Author pov.

Seorang wanita bertubuh mungil
berdiri canggung di tengah-tengah ruangan megah di sebuah mansion elit yang ia ketahui milik seorang pengusaha nan sukses. Sandara Park. Wanita duapuluh empat tahun itu tidak henti-hentinya menggulirkan kedua bola mata hazel nya untuk melihat betapa megahnya ruangan yang disebut ruang tamu tersebut.

"Jadi anda tengah mengandung?" tanya seseorang yang Dara ketahui sebagai kepala pelayan di rumah tersebut.

"N-ne." jawab Dara gugup. Ia takut jika kepala pelayan tersebut berubah pikiran karena kondisi nya saat ini yang tengah berbadan dua.

"Satu bulan ya? Masih sangat muda. Apa tidak apa-apa? Maksudku, apa kau yakin bekerja dengan keadaan yang tengah hamil muda?" tanya wanita paruh baya itu memastikan.

"Aku harus bekerja demi kelangsungan hidup kami." jawab Dara getir mengelus pelan perut ratanya.

"Hm. Baiklah, sesuai dengan kontrak yang telah kau tandatangani, semua maid yang bekerja di sini harus tinggal di mansion ini. Dan satu hal yang lebih penting, jangan pernah membocorkan apapun yang kau lihat dan dengar di rumah ini. Jika kau melanggarnya, maka nyawalah taruhan nya." terang kepala pelayan tersebut. Sejenak Dara berpikir heran, memangnya rahasia apa yang ada dirumah ini hingga nyawa bisa menjadi taruhan? Aneh sekali.

---------

"Bagaimana hyung? Apa kau sudah melihat maid baru mu?" tanya Seungri menghampiri Jiyong yang tengah sibuk berkutat dengan layar komputer dibalik meja kerja nya.

"Kau pikir aku ada waktu untuk melihat-lihat seorang maid? Aku tidak peduli. Enyahlah dari kantor ku! Mahasiswa macam apa kau ini? Tiap hari membolos! Pantas saja kau tidak pernah lulus." Seungri hanya tersenyum miring menanggapi ucapan pedas Jiyong. Itu hal lumrah baginya.

"Aku yakin kau akan kaget saat melihat maid baru mu hyung. Dan ya, jangan berterima kasih padaku nantinya. Aku secara sukarela melakukan nya." Seungri menepuk pundak Jiyong lalu berjalan pergi begitu saja meninggalkan Jiyong yang masih bersikap tidak peduli. Bukan masih, dia memang tidak peduli sama sekali.

---------

17.00 ~

Jiyong berjalan cepat memasuki mansion mewah nya. Pikiran nya saat ini hanya tertuju pada Jin ah, istrinya yang kembali lagi berulah. Saat ini cara yang ia lakukan adalah mogok makan dan tidak ingin keluar dari kamar nya yang membuat para maid pun kewalahan untuk membujuk nyonya nya tersebut.

"BUKA PINTUNYA!" geram Jiyong mengetahui istrinya tersebut telah mengunci pintu kamar mereka.

"Kau tak ingin mendengar kan ku?"

"Baiklah! Kau akan mendapatkan hukuman yang setimpal saat aku berhasil membuka pintu ini!" ancam Jiyong dengan wajah datarnya seolah itu bukanlah perkara yang sulit.

"Ambilkan kunci cadangan!" perintah Jiyong pada salah seorang maid. Dan dalam hitungan menit pintu yang sedari tadi terkunci itu telah terbuka.

Jiyong berjalan pelan seakan sengaja membuat sesosok wanita yang tengah meringkuk di sudut ruangan bergetar ketakutan. "Kau kembali mencoba menguji kesabaran ku baby? Apa permainan kita yang kemarin belum cukup untuk membuat mu jera hm?" Jiyong perlahan mengusap kepala Jin ah, namun itu tidak bertahan lama hingga usapan tersebut berubah menjadi sebuah jambakan kasar yang sukses membuat Jin ah meringis mendongakkan kepalanya.

"A-aku mohon.. Lepaskan.. Aku Ji..." mohon Jin ah dengan susah payah.

"Lepaskan apa baby?" tanya Jiyong main-main lalu menarik rambut tersebut untuk mengikuti langkahnya.

"Akkkk Ji... Sakkittt." rintih Jin ah dengan linangan air mata, tidak tahan lagi dengan perlakuan kasar suaminya itu. Ia tidak pernah mengira jika Jiyong segila ini. Semua perlakuan Jiyong berada diluar nalar nya selama ini. Yang ia tahu hanyalah Kwon Jiyong yang sangat lembut memperlakukan nya. Namun semuanya berubah saat ia melayang kan gugatan cerai kepada suaminya itu.

Jiyong terus berjalan cepat tanpa memperdulikan rintihan Jin ah. Jambakan pada istrinya tersebut baru ia lepaskan sesaat setelah mereka memasuki ruangan bawah tanah yang terdapat di ruangan kerja Jiyong.

-

"Bersihkan kotoran di ruang bermain ku dengan cepat." perintah Jiyong pada Gummy kepala pelayan nya.

-

Akhirnya Dara mengerti dengan maksud perjanjian kontraknya. Sekarang ia tau apa rahasia besar mansion ini.

Ia tidak habis pikir, tuan nya yang hanya ia ketahui namanya ternyata adalah seorang psiko gila. Ia menatap iba pada sesosok wanita yang kini tengah terbaring tidak sadarkan diri dengan tubuh telanjang yang dipenuhi luka sayatan. Ia ingin menolongnya, namun itu bukan kuasanya. Ia hanya diperintahkan untuk membersihkan ruangan hina tersebut.

Dara tersentak kaget saat tiba-tiba seseorang masuk kedalam ruangan rahasia tersebut lalu berjalan santai menggendong sesosok tubuh lemah yang sedari tadi terbaring di lantai. Dan yang membuat ia lebih kaget lagi ia lah. Pria itu. Pria yang sama yang telah pertama kali menyetubuhi nya selain mantan suaminya. Bahkan ia diperlakukan sangat kasar oleh pria bejat tersebut. Kwon Jiyong. Ah bodoh! Kenapa ia bisa lupa jika pria bejat yang pernah menyetubuhi nya juga bernama Kwon Jiyong!

Mereka sempat beradu pandang sebelum Dara memutuskan untuk menundukkan kepalanya dengan cepat.

"Mata itu. Mata hazel itu seperti tidak asing." batin Jiyong sesaat namun ia memutuskan untuk tidak terlalu ambil pusing.

"Dara!" panggil Gummy sesaat Jiyong telah keluar dari ruangan tersebut.

"N-ne."

"Kenapa kau banyak berkeringat seperti itu? Kau baik-baik saja?" Gummy meneliti raut Dara yang sudah terlihat pucat.

"Ani. Aku baik-baik saja." kilah Dara menghapus keringat di pelipis nya dengan punggung tangan.

"Baguslah jika kau baik-baik saja. Ini, antarkan ini ke kamar tuan Jiyong." Gummy memberikan Dara sebuah kotak P3K. Mau tidak mau Dara harus mengantarkan nya. Ia berharap Jiyong tak mengingatnya, itu akan lebih mudah untuk nya bekerja di mansion ini.

Tok tok ~

"Masuk!" sahut seseorang di dalam kamar.

"T-tuan.. Saya ingin mengantar-"

"Aishhh kau baru ya?! Aku tidak suka maid latah! Bicara dengan benar!" Jiyong menarik kasar kotak yang sedari tadi Dara pegang. "Kenapa kau hanya berdiri? Obati luka istriku!" perintah Jiyong yang membuat Dara reflek bergerak cepat untuk mengambil perban di dalam kotak tersebut.

"Yak! Kau bodoh ya?! Ckk kau ingin langsung memperban luka nya?!" decak kesal Jiyong yang membuat Dara menundukkan kepalanya takut. Seperti nya ia harus mulai terbiasa menundukkan kepala untuk menghadapi amukan majikan nya itu.

"Maaf tuan." ucap Dara pelan. Sangat pelan.

"Kau benar-benar membuat ku muak! Siapa namamu?!" Jiyong menatap tajam tubuh yang sedang menunduk di hadapan nya.

"D-dara-maksudku Sandara Park." Dara memberanikan diri untuk menatap tuan nya itu. Tunggu mata itu. Jiyong lagi-lagi merasa tidak asing dengan hazel dihadapan nya itu.

"Da-ra? Kau?!"


.
.
.

TBC

Hurt✔Where stories live. Discover now