Memiliki Hati

10 1 0
                                    

Di sebuah taman dekat perhutanan, seorang gadis kecil bernama Elizabeth sering bermain disana. Suatu ketika Elizabeth sedang memetik bunga, ia melihat kucing hitam yang melihat kearah dirinya. Melihat keimutan kucing tersebut Elizabeth menghampirinya, tapi kucing tersebut kabur ke arah hutan. Elizabeth tidak memikirkan kemana ia pergi, Elizabeth hanya ingin mengejar kucing tersebut.


"Tunggu kucing manis.." ucap Elizabeth sambil berlari. Tiba-tiba saja kucing tadi terjatuh ke dalam semak-semak belukar. Elizabeth pun segera menyelamatkannya, membersihkan luka kucing tersebut dengan bajunya yang ia sobek.


"Nah..sekarang kau akan baik-baik saja." Elizabeth mengelus kepalanya

"Terima kasih..."

"Kenapa kau berlari saat aku mengejarmu, Kucing?"

"Karena aku ingin...sesuatu.."

"Sesuatu...?" Kucing itu diam tidak menjawab apapun

Hari mulai gelap, saatnya Elizabeth kembali ke rumah.

"Sebaiknya kita pulang, berbahaya bermain saat malam akan tiba.."


Elizabeth membawa kucing tersebut ke rumah, memberi makan, serta memberi tempat tidur. Mereka bermain seperti telah mengenal satu sama lain, tidak peduli akankah sekarang sudah tengah malam atau segera menjelang fajar.


Saat sedang bermain, Si kucing hitam itu kabur melompat ke jendela dan berkata.

"Ikuti aku.." sambil berlari menuju hutan.

"Tunggu!!.." Elizabeth pun kabur dari rumahnya untuk mengejar Si kcing hitam. Si kucing hitam berlari sangat cepat, sampai membuat Elizabeth kelelahan

"Kucing..dimana kau..?" perlahan berjalan menyusuri hutan, sampailah dia di tengah hutan. Disana terdapat 1 pohon tua dimana Si kucing hitam menunggu Elizabeth.

"'Cing, tolong jangan pergi begitu saja, aku takut sendirian.." Elizabeth menghampiri si kucing hitam dan memangkunya.

"Maafkan aku.."


Elizabeth dan Si Kucing tersebut tertidur di bawah sinar bulan yang terang serta pohon tua yang teduh sampai pagi menjelang.


Saat Elizabeth terbangun ia melihat banyak sekali warga-warga mengelilinginya. Dia bertanya, tapi tidak ada yang menjawab pertanyaannya. Salah satu warga mengambil Si kucing hitam, yang sudah membusuk dari tangan Elizabeth.


"Segera kubur kucing ini.." ucapnya sambil memberikannya kepada warga lain.

"H-hey!! Mau mau apa kau dengan kucingku—" saat ingin mengejar Si Kucing hitam Elizabeth telah di ikat ke pohon tua yang ia tiduri semalam karena itu dia tidak bisa bergerak kemana pun.

"L-lepaskan aku!!! Kembalikan kucingku!!!!." Elizabeth pun mengamuk marah ke warga-warga disekitar.

"Kalian telah mengambil semua yang aku sayangi!! Tidakkah cukup bagi kalian?!!" Elizabeth terus mengamuk dan menjerit-jerit. Saat itulah seorang lelaki datang dengan pisau belati ditangannya, sambil berkata.

"Bagaimana kalau kau, gadis manis ikut bersama mereka?" Elizabeth tidak menanggapi perkataan lelaki tersebut dan terus mengamuk, tubuhnya gemetar. Elizabeth takut.


Pisau belati milik lelaki tadi ditusukkan kepada Elizabeth. Ia sekarang sangat kelelahan tangannya mendingin, ia merasakan cairan hangat mengalir dari dadanya, pandangannya mulai kabur, tak kuat menahan rasa sakit ia pun tertidur kembali.

Tak lama suara yang ia kenal terdengar.


"Elizabeth bangun..Ini aku.."

Elizabeth perlahan membuka matanya dan melihat sesosok lelaki muda sepantaran dengannya. Elizabeth mengusap-usapkan matanya.


"Suara ini, apa kau Si kucing hitam..?"

"Aku bukan kucing hitam, aku saudara kembarmu.. Kau mengingatku'kan, Petra...?"

"Kau..saudara kembar.." saat sedang memikirkan lelaki yang ada dihadapannya. Ia bertanya.

"Dimana para warga? Dan dimana kita..??" dia melihat sekitar

"Mereka pergi, aku mengusirnya..mana mungkin aku meninggalkan saudaraku sendiri.." Elizabeth terdiam, ia tidak tahu apa yang harus ia katakan. Lelaki tersebut meraih tangan Elizabeth.

"Ayo Petra, mereka menunggu kita.." Lelaki itu menarik tangan Elizabeth.

"M-Mereka..??" Elizabeth berjalan bersama lelaki tersebut.


Kemudian, Elizabeth melihat sesosok yang ia kenal dari kejauhan. Memanggil namanya.


"Pantera, Petra.." suara panggilan lembut dari ibu Elizabeth, ia melambaikan tangannya.

"Kemarilah anak-anakku.." suara besar nan merdu juga memanggil mereka, ialah Ayah Elizabeth.

"Ibu..Ayah dan Pantera..kalian..." Elizabeth terdiam.

"Ayo, Petra.." Pantera menarik tangan Petra menuju orang tua mereka.


Rasa bahagia, sedih, terharu melanda hati Petra yang telah lama hilang. Kesakitan, penderitaan serta kesengsaraan sekarang telah menghilang dari kehidupan Petra. Menjadi Elizabeth membuat Petra sangat tertekan, bahkan ia telah lupa akan nama saudaranya sendiri.


Petra tak perlu kembali lagi ke taman itu, ia bisa hidup dengan tenang dengan keluarganya sekarang. Tak perlu lagi bersembunyi dari kejaran warga, tak perlu lagi dikucilkan hanya karena keluarga Petra berbeda dari yang warga lain.


Yang Petra tau, mereka juga memiliki hati

Memiliki HatiWhere stories live. Discover now