🐻 Polar Bear • 28

Depuis le début
                                    

Kayra ikut duduk di sebelah Rama. Gadis itu merenggangkan sedikit tubuhnya yang terasa kaku.

"Kak Kay, ikut Nada ke atas, yuk. Ke kamar Nada," ucap Nada dengan matanya yang berbinar lucu.

"Boleh, ayo." Kayra bangkit dan membiarkan tangannya digandeng Nada.

Sementara semua mulai menduduki sofa—sekedar melepas penat yang hadir selama berkendara, salah satu orang yang bekerja di vila ini menyuguhkan minuman segar yang membuat semuanya berucap terima kasih.

"Ah, seger!" seru Billa saat minumannya berhasil melewati kerongkongan.

Seruan Billa rupanya membuat Rama membuka mata. Laki-laki itu mengambil satu gelas yang masih utuh dan diminumnya hingga setengah. Lalu bangkit, tanpa suara ia melangkah menaiki tangga, menuju kamarnya.

Gelagat Rama tadi, rupanya Billa saksikan dengan cermat. Ia merasa beruntung bisa berlibur bersama laki-laki yang tengah banyak digandrungi anak gadis itu.

Tangannya lantas menepuk-nepuk pelan lengan Raya yang duduk di sampingnya. "Rama ganteng banget, Ray!"

Raya melirik sekilas lalu kembali menatap Arjuna yang tengah menunjukkan sesuatu di ponsel.

Sementara di sana, Didi menatapnya kurang suka.

***

Tepat malam pukul delapan, di sofa yang terletak tak jauh dari kolam renang, semua telah memutuskan untuk bermain outbound esok hari.

Sementara yang lain masuk ke dalam karena hawa dingin yang semakin menusuk kulit, Rama dan Kayra justru masih di tempat, sibuk dengan gadget mereka masing-masing.

Kayra yang sibuk memotret dirinya, dan Rama yang sibuk membaca artikel mengenai bisnis.

"Eh, Ram. Fotoin gue, dong." pinta Kayra dengan wajah menghadap ponsel sebelum kemudian ia ulurkan pada Rama.

Rama menutup ponselnya, meletakkannya begitu saja di meja dan menerima ponsel Kayra.

"View yang bagus di mana ya, Ram?"

Rama berpikir sebentar. "Di belakang vila, bagus."

Kayra mengerjap kurang yakin. "Belakang vila?"

Laki-laki itu mengangguk. Sambil membawa serta ponsel Kayra, ia berjalan ke arah belakang vila. Gadis itu tentu saja mengekor, penasaran dengan tempat seperti apakah yang dimaksud Rama.

Biasanya sih, kalo belakang rumah gitu, identik sama hutan, halaman kosong, atau gak,

Mata Kayra terbuka lebar. Kuburan.

Glek!

Kayra lalu menggeleng cepat, sebisa mungkin menyingkirkan pikiran negatifnya jauh-jauh.

"Lo ngapain?" tanya Rama yang telah berbalik, menatap Kayra dengan kepala sedikit miring ke kiri.

Gadis itu lalu menyudahi gelengannya. "Hah? Eng—wow," pukaunya tiba-tiba, saat mata cantik itu berjumpa dengan pemandangan khas malam hari.

"Gue baru tau di belakang rumah ada pemandangan seindah ini."

Kayra berjalan ke pembatas, membiarkan angin dingin menerpa wajahnya.

Polar Bear • (SUDAH TERBIT)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant