T U J U H

11.5K 753 18
                                    

Dimas sedang berada di toko ketika istrinya menelepon. Belum ia mengucapkan salam. Ismi sudah berbicara dengan cepat.

"Apa?" Dimas telat mencerna informasi yang Ismi katakan.

"Dynara sakit. Kita harus membawanya ke rumah sakit," ulang Ismi.

Dimas segera keluar dari kantornya yang berada di lantai tiga setelah sebelumnya memberitahu pada karyawan kepercayaannya.

Dimas mengendarai mobilnya lebih cepat dari biasa. Tiga puluh menit kemudian ia sudah sampai di depan rumah teman kecilnya itu.

Ismi membuka pintu gerbang lalu segera masuk. Dimas sempat mengucapkan salam meski tahu pemilik rumah tidak akan menjawab.

"Pah, di sini," ucap Ismi.

Dimas berjalan ke arah suara. Mendapati Dyanara tergeletak lemah di atas ranjang.

"Ada apa dengan Dyn, Mah?" tanya Dimas yang tidak menyembunyikan rasa khawatirnya.

"Sakit. Suhu badannya tinggi."

Dimas sudah akan bertanya lagi.

"Sudah, Pah. Jangan banyak nanya. Kita harus cepat membawanya ke rumah sakit."

Dimas mengangguk. Ia membopong tubuh Dynara.

Wanita sakit itu bergumam.

"Tenang ya, Ra. Kita ke rumah sakit," ucap Dimas.

Ismi melirik. Mengabaikan sesak yang tiba-tiba datang. Berjalan cepat mengimbangi langkah Dimas. Ia membuka pintu penumpang. Menaruh kepala Dynara di pahanya.

Dimas menutup pintu rumah Dyn. Lalu segera duduk di belakang kemudi. Melajukan kendaraan keluarga itu menuju rumah sakit.

Dalam perjalanan ke rumah sakit tidak terhitung berapa kali Dimas menegok ke belakang. Memandang iba wanita singel itu.

Brankar rumah sakit membawa Dynara ke ruang pemeriksaan.

Ismi duduk di kursi yang berjajar rapi. Mengatur napas.
Dimas tersenyum lalu pergi dan kembali dengan sebotol air mineral.

"Ini, Ma." Dimas mengansurkan botol minuman itu.

Ismi tersenyum menerima botol minuman dari Suaminya mengucapkan terima kasih.

Dimas menatapnya. Ismi yang ia kenal memang seperti ini. Selalu peduli pada oranglain. Simpati dan empatinya begitu besar. Dulu, istrinya ini adalah seorang Relawan. Namun, semenjak mempunyai anak ia mengurangi kegiatan lapangan.

Tiba-tiba Dimas ingat sesuatu. Untuk apa Ismi berada di rumah Dynara. Baru ia ingin bertanya. Perawat datang meminta dia dan Ismi untuk menemui Dokter.

Pasangan suami istri masuk ke ruang Dokter.

"Bagaimana keadaan Dynara, Dok?" tanya Ismi.

Dokter menjelaskan keadaan Dynara. Ia kemungkinan terkena gejala tipes dan menyayangkan mengapa baru dibawa ke rumah sakit.

Ismi menjelaskannya permasalahannya. Dokter menangguk.

"Baiklah Pak, Bu. Sebaiknya Pasien diopname karena akan ada pemeriksaan lebih lanjut." Dokter memberikan saran.

Ismi dan Dimas menyetujui. Mereka segera mengurus administrasi.

Dynara tergolek lemah di brankar. Jarum infus terpasang di punggung tangan kiri. Ia sudah menjalani tes darah untuk memastikan penyakit yang diderita. Wajahnya sudah tidak sepucat tadi.

Ismi masuk ia mengucapkan salam. Dynara menjawab hanya dalam gerakan bibir. Ismi tersenyum mendekati.

Wanita berjilbab lebar itu berdiri di samping ranjang. Menggenggam tangan Dyn lalu meletakan punggung tangannya di kening Dynara. Memastikan suhu tubuh wanita lemah itu.

Yang Kedua (END)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang