Nat & Githa

2.5K 182 0
                                    

Deru laut menenangkan hati dan pikiran yang gelisah. Tercium aroma laut yang semakin membuat tenang untuk seorang yang sedang memetik gitar di pinggir pantai.

Dia memainkan gitarnya di villa yang di belinya. Hanya memetik senar yang semakin lama tercipta alunan musik yang menenangkan. Dia terhanyut dengan musik yang dia mainkan sendiri.

Nat memakai cutinya sebaik mungkin, sekali dalam setahun. 2 minggu cukup untuk menghilangkan penatnya.

Tak terasa dia hanya memainkan gitar itu sampai sore. Dia meletakkan gitar itu di sofa lalu melihat matahari terbenam secara perlahan. Seulas senyuman menghiasi wajahnya.

"I miss you mom, dad." Lirihnya sembari melihat matahari itu yang sudah menghilang dan hanya meninggalkan cahayanya.

Dia berdiri dan menghidupkan semua lampu di villa itu lalu kembali lagi ke balkon teras itu dengan membawa secangkir kopi dan cemilan.

Dia memilih berbaring di sofa itu dan melihat langit malam memperlihatkan bintang dan rasi bintang. Dengan cepat dia bisa mengetahui rasi bintang yang dilihatnya.

"Orion Constellation. Kau rasi pertamaku." Ucapnya sambil tersenyum.

Dia memejamkan matanya sembari mendengar deru air laut dan aroma laut yang dibawa angin malam. Tanpa sadar, dia terisak pelan sambil menutup matanya dengan kedua tangannya.

"Kenapa kalian pergi tanpa membawaku ke sana?"

Nat hanya bisa menangis tanpa berkata-kata. Lelah dengan kehidupannya. Berkali-kali dia berusaha mengakhiri hidupnya, tapi ternyata Tuhan masih menyayanginya.

Menangis sambil ditemani alunan suara laut membuatnya perlahan tertidur. Mobil mewah terparkir sempurna di depan villa tempat Nat berada. Seorang wanita keluar dari mobil itu lalu mendatangi villa milik Nat itu.

Wanita itu melihat Nat tertidur dengan kedua tangannya masih menutupi matanya. Kopi dan cemilannya masih utuh di meja teras itu.

Wanita itu mendekati Nat dan membuka kedua tangan Nat dan terdengar dengkuran halus milik Nat. Wanita itu melihat bekas air mata di pinggiran mata Nat.

Wanita itu tersenyum sedih melihat itu lalu dia mencondongkan badannya mencium kedua mata Nat lalu keningnya.

"Kapan aku bisa melihatmu tersenyum lagi, Nat?" Ucapnya sembari mengelus rambut Nat.

Wanita itu melirik ke bibir Nat, tampak luka kecil disana. Wanita itu mengambil tisu bersih dan bermaksud mengelap darah kering di sana.

Sewaktu wanita itu mengelap pelan bibir itu, Nat terbangun secara perlahan. Itu membuat wanita itu diam membeku. Nat menatap manik mata wanita itu. Sementara wanita itu berusaha menghentikan degupan jantungnya.

"Biarkan darah itu. Aku merindukan mereka." Ucap Nat dengan suara seraknya.

Wanita itu melihat ke mata Nat. Dia melihat pandangan Nat begitu kosong. Dia tahu apa yang Nat pikirkan.

"Apa kau mau ke makam besok?" Ucapnya sambil tersenyum.

Nat tidak menjawab. Dia masih menatap mata wanita itu dan tangannya yang sekarang menggenggam tangan wanita itu. Wanita itu masih mengatur degupan jantungnya.

Nat tersenyum melihat wanita itu yang tidak bergerak sama sekali. Dia mencium punggung wanita itu.

"Temani aku besok ya.. Githa." Ucapnya.

Githa tersentak dengan perilaku Nat yang tiba-tiba itu. Akhirnya dia hanya bisa tersenyum melihat tindakan manis Nat.

"Iya, Nat." Jawab Githa lembut.

Nat bangkit dari tidurnya dan menyesap kopinya yang sudah dingin. Dia menghela napas berat lalu memandang langit malam. Githa hanya diam melihat Nat seperti itu.

"Terima kasih." Ucap Nat.

Githa menaikkan salah satu alisnya. Dia bingung maksud Nat. Nat masih betah melihat langit malam. Dia tersenyum untuk pertama kalinya setelah kasus Alice.

"Terima kasih buat obatnya. Tanganku mulai membaik." Nat menunduk melihat tangannya yang luka waktu kejadian di dapur cafe tempat dia bekerja.

Githa mengerti maksudnya dan hanya mengangguk. Nat berdiri lalu berjalan ke depan pintu villa itu dan berhenti.

"Mau minum apa?" Tanya Nat.

"Eh? Eh ga usah. Aku saja yang⚊"

"Mau teh atau kopi?" Sela Nat. "Mau susu coklat hangat?"

Githa terdiam lalu tersenyum. "Susu coklat hangat 1, chef."

Nat tersenyum mendengar kata 'Chef' itu lalu mengangguk. "Silakan tunggu kak Githa."

Nat membuat minuman Githa sementara Githa menatap langit seolah mencari apa yang dipendam dan diucapkannya ke angkasa.

"Kau memang pintar menyimpan rahasia ya." Ucapnya kepada langit malam itu.

"Iya."

Githa terperanjat mendengar suara Nat tepat di telinganya. Nat berbisik dan meniup telinga Githa. Githa hanya bisa menutup matanya. Degupan jantung Githa semakin menjadi-jadi.

"Kau menikmatinya?" Bisik sensual Nat.

Githa langsung membuka matanya dan menjauhi Nat. Melihat itu Nat tersenyum lebar lalu menyodorkan cangkir berisi coklat hangat.

"Ini susu coklat hangatnya, kak Githa. Silakan menikmati." Senyum Nat.

***

Black Coffee (GXG) {FIN}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang