Maaf

4K 245 5
                                    

Nat POV

Ada apa dengan hari ini? Semua kejadian hari ini berputar di kepalaku. Sekarang aku berada di mobil orang yang katanya minta maaf.

"Aku minta maaf ya, Nat." Lirihnya.

Kemudian kembali ke suasana yang hening. Hanya suara radio yang meramaikan suasana. Aku memandang suasana malam di Batam.

Kakiku benar-benar sakit, besok pasti bengkak. Kulihat cewek itu fokus menyetir. Dapat kulihat wajah paras bule-nya terlihat lelah.

Tanpa sengaja kami jadi saling tatap. Mata birunya seakan menyala dalam gelap. Mata biru itu cukup meneduhkan. Walau begitu aku memutuskan kontak lebih awal.

"Sudah lampu hijau." Ucapku datar.

Dia sedikit terkejut dan segera mengekor mobil lain. Mataku sedikit ngantuk, tapi aku masih sadar diri. Aku cuma numpang dan dia tidak tahu rumahku.

"Rumahmu blok apa?" Ujarnya.

"Blok D."

Kudengar suara tahan tawanya. Aku menoleh cuek kearahnya.

"Kamu cuek ya."

Tak peduli, kuputar mataku asal lalu kulihat ada  motor menyalip dekat mobil sehingga cewek ini terkejut.

"Holy s*it!" Teriak cewek itu.

Aku hanya tersenyum mendengarnya. "Makanya jangan melamun.

Dapat kulihat cewek itu memanyunkan mulutnya dan menggerutu. Pada akhirnya aku pulang dengan selamat. Selama perjalanan kami hanya diam-diaman.

"Terima kasih." Aku hendak membuka pintu mobil.

Tiba-tiba tangannya menahanku keluar. Aku heran dengan sikapnya. Dia minta maaf lagi? Sudah muak aku dengar seharian.

"Apa?"

"Aku bantu kau keluar."

Dia keluar dari pintu lalu berjalan memutari mobilnya dan sekarang ada di depan pintuku. Dia membuka pintu lalu mengulurkan tangannya. Perlahan aku keluarkan kakiku yang sehat dan setelahnya yang terkilir.

"Pelan-pelan." Ucapnya sedikit berbisik.

Aku mengangguk lalu dia mulai memapahku pelan. Rasa sakit mulai menjalar ke kakiku. Pintu pagar di buka omku dan anjingku di kandangin ternyata.

"Kenapa kak?" Tanya omku.

"Cuma terkilir, om." Sahutku.

Om ikut membantu cewek itu memapahku. Sekarang aku di baringkan di kasurku. Duh, orang luar masuk kamarku. Aku paling tidak suka kalau bukan keluarga yang masuk kamarku.

"Udah, kak Nat baringan aja dulu. Ini temennya?"

Om menoleh kearah cewek itu. Kulihat dia tersenyum kikuk dan mereka berjabat tangan.

"Om-nya Nat, Andreas." Ucap

"Loisa Fyffe, om."

Om Andre terkejut, aku tahu kenapa dia terkejut tapi aku tak peduli. Aku memijat kakiku pelan-pelan sambil meringis. Sewaktu aku meringis sambil merem tiba-tiba kurasakan tangan halus dan lembut membantuku memijat kakiku. Ku buka mataku, Loisa si cewek itu masih mengobrol dengan om Andre dengan tangannya memijat kakiku.

"Kalau gitu om ambil minum buat kalian ya."

Om Andre pamit keluar kamar dan saat itu juga tangan halus Loisa menjauh. Aku tak peduli yang penting aku masih memijat kakiku.

"Kamu rebahan saja, aku yang pijat." Ucapnya.

Sebelum kurespon tiba-tiba masuk sepupu dan kedua adikku ke kamar. Mereka menaiki tempat tidurku dengan kasar.

"Arrgg!! Pelan-pelan woii!" Teriakku.

"Eh hati-hati." Ucap lembut Loisa sembari mengelus kakiku.

Mereka menatap kakiku yang mulai bengkak. Dio, sepupuku yang paling akrab memukul kakiku dengan santainya.

"Auuww!! Woi sakit dodol!!"

"Gitu aja pun." Dio tersenyum sinis.

"Kenapa emangnya kok bisa gini?" Tanya Yehez, adik bungsuku si tukang jahil. Dia menekan-nekan kakiku dengan jarinya.

Ku tepis tangan mereka. Sakitnya luar biasa sekarang. Aku tidak mau ada yang menyentuh kakiku sedikit pun.

"Jangan ada yang pegang."

Mereka mengangguk. Lalu Dio mengulurkan tangannya ke arah Loisa.

"Aku Dio sepupu kak Nat paling kece." Ucapnya dengan senyum tengilnya.

"Loisa." Senyumnya.

"Aku Yehez dan ini kak Rista, adiknya kak Nat." Ucap Yehez sembari menunjuk Rista yang memainkan hpnya.

"Aku Rhea adiknya bang Dio." Rhea mengulurkan tangannya ke Loisa.

"Loisa." Senyumnya sembari membalas uluran tangan Rhea.

Pintu kamarku di ketok om Andre. Dia menaruh nampan berisi minuman dan sedikit cemilan ke nakas samping kasur.

"Eh jangan ribut, biarin kak Nat istirahat. Ayo turun." Akhirnya om Andre mengusir bocah-bocah tengil.

"Nikmati waktu berdua." Om Andre menutup pintu kamarku.

Aku bingung maksudnya. Tak kuhiraukan dan langsung ku ambil soya botol dan ku minum. Loisa kelihatannya canggung, yah walaupun begitu aku sodorkan cemilan yang ada di nakas.

"Nih, makan dulu sebelum pulang." Ucapku sembari memberikan bolu. "Oh, maap belum cuci tangan."

Loisa tetap menerima bolu itu dengan wajah kesalnya. Dia belum mengeluarkan suaranya lagi.

"Aku pulang dulu." Ucapnya sembari berdiri dengan bolu di mulutnya.

Dia menatapku begitu intens dan lama. Aku jadi sedikit salah tingkah. Sewaktu mau meminum soyaku, dia memukul kakiku.

"Auww!!" Sontak ku teriak.

"Aku kembali besok.. hmm.. besok kita ke dokter saja." Ucap Loisa yang masih melihatku.

Hendakku buka mulut tapi..

"Tidak ada bantahan."

Aku hanya bisa menelan ludahku. Cewek ini mengerikan. Dengan terpaksa aku mengangguk dan dia tersenyum puas.

"Itu untuk permintaan maafku karena bikin kamu pincang." Dia berbisik di telingaku.

Rasa geli membuatku menggeliat lalu ku gesek-gesek telingaku. Kulihat dia tersenyum geli dan dengan isengnya dia meniup telingaku.

"Ck, sudahlah." Kesalku sambil mendorongnya.

Dia melambaikan tangan dan hendak membuka pintu kamar. Aku mau berdiri untuk mengantarnya pulang.

"Kau disini saja. Jangan banyak bergerak." Titahnya yang langsung membuatku diam.

Senyumnya melengkung dengan indah di wajahnya lalu keluar dari kamar begitu saja. Aku memegang dadaku.

"Apa yang barusan terjadi? Apa aku jadi Secret Admirer lagi?"

Aku hanya bisa menggigit bibir bawahku sambil merasakan detakan hebat di dada.

***

Black Coffee (GXG) {FIN}Where stories live. Discover now