XXIV - Harus pergi

141 39 6
                                    

Jangan berekspetasi terlalu tinggi pada cerita ini, maaf jika tidak memenuhi standar kalian dan ending nya totally mess.

Selamat membaca, jangan lupa ya nanti sore adalah final Produce X 101. Semoga pick kalian debut.






💗💗💗






Terhitung seminggu sudah Luna dan Hyunbin hilang kontak sejak Hyunbin mengantar Luna pulang dan melihatnya berpelukan dengan Jungmo.

Sebenarnya ini yang Luna inginkan, harusnya ia senang. Tapi nyatanya ia sedih, ia rapuh, ia hancur. Sepertinya memang ia sudah jatuh terlalu dalam pada pesona sang bulan.

Bahkan saat otaknya berkata tidak, hatinya tetap berteriak mengatakan bahwa ia rindu Hyunbin, rindu Bulannya.









Denting notifikasi ponsel membuat Luna tersadar dari lamunannya, pesan dari Jungmo.

Kak Mogu
Siap-siap sekarang, aku jemput 10 menit lagi
18:10

Luna
Mau ke mana kak?
Aku males keluar
18:11
read

Jungmo tidak ada niat untuk membalas pesan Luna, yang ada di pikirannya sekarang adalah ia harus segera menjemput Luna.

Bahkan sepanjang perjalanan pun pertanyaan Luna sama sekali tidak direspon, ditambah wajah serius Jungmo yang sedang menyetir membuat Luna mengurungkan niat untuk banyak bertanya.




















"Ayo," akhirnya setelah sekian lama bungkam laki-laki itu bersuara, menarik lengan Luna dengan terburu-buru.

"Kak ngapain kesini?"

Luna kebingungan sendiri saat Jungmo melepas tangannya dan berkata "masih ada waktu."

"Apanya? Kita ngapain kesini?"



"Tuh," Jungmo membalikan tubuh Luna yang semula menghadapnya jadi memunggunginya kemudian sedikit mendorong gadis itu.

"Samperin gih," katanya sebelum pergi menjauh meninggalkan Luna dan berseru, "SUKSES!"






































"Hai?"

Yang disapa bukan membalas sapaannya tapi malah menangis.

"Ck, nangis lagi."

Luna masih menangis, bahkan tangisnya bertambah kencang saat tubuhnya ditarik dan dipeluk.

"Jangan nangis dong sayang."

S A Y A N G.

"Lah makin kenceng? Diem nggak, cium nih."

"Ih nyebelin."

Sebuah tinju melayang ke perut Hyunbin, pelakunya tidak lain tidak bukan adalah Luna.

"Diliatin orang Lun, sumpah beneran kalo nggak diem cium ya?"

"Nggak mau, nggak usah cium-cium. Cium Moon Sua aja sana."

"Nggak mau, maunya cium Moon Luna."

Rasanya semua perasaan kecewa dan kesal Luna hilang saat itu juga, hatinya terlalu lemah.

"Moon Sua sepupu gue Lun, rumah dia yang bakal nampung gue selama di sana. Makanya apa-apa tuh nanya, jangan salah paham."

"Aku nanya juga kak Bulan bakal tetep pergi kan?"

Hyunbin menghela napas dan melepas pelukannya, ia tatap Luna dalam-dalam.


































































"Lun, gue sayang sama lo.





















Tapi gue tetep harus pergi."

"Nggak boleh, jangan."

"Kalo balik gue bawain oleh-oleh yang banyak."

"Nggak mau."

"Lun," Hyunbin menghela napasnya, bingung. Ia harus pergi, tapi tidak rela juga meninggalkan Luna.

"Tungguin gue, 5 taun aja. Abis itu gue balik. Aduh, kok ditampar sih?"

"Gila ya kak? 5 taun aja? Dikira 5 taun sebentar?"

Hyunbin masih mengusap pipi kirinya yang ditampar Luna, lumayan perih.

"Yaudah ikut aja yuk?"

"Tambah gila!!!"

"Trus gimana Lun, gue harus kuliah biar bisa kerja, biar bisa punya uang, biar bisa nikahin lo, biar—lah ngapain buang muka?"

Padahal Hyunbin sedang menjelaskan alasannya pergi tapi Luna malah membuang pandangannya ke arah lain.

"Malu."

"Kok malu sih? Kenapa coba? Oh, nikahin lo?"

"Ih nggak usah diulang!"

"Kan katanya lo males pacaran sama gue, trus gue juga pernah bilang nggak mau pacaran sama bocah kayak lo. Yaudah gue nikahin aja langsung, ada masalah?"

Hyunbin tidak tau bahwa sekarang Luna sudah lemas mendengarnya, diajak nikah tiba-tiba siapa yang tidak terkejut.

"Kak, aku baru naik kelas 12. Kalo kakak lupa."

"Kan nggak sekarang nikahnya Lun, atau mau sekarang?"

"IH!"

"Lo suka gue Lun?"

"Perlu dijawab?"

"Lo sayang gue Lun?"

"Masih nanya juga?"

Hyunbin mengusak rambut Luna, lalu memeluknya erat.

"Luna, dengerin ya. Saling suka atau saling sayang nggak harus ditandai dengan pacaran, atau pun misalnya pacaran nggak harus di resmikan dengan sebuah pertanyaan yang akan dijawab ya atau tidak. Kita saling tau perasaan masing-masing, yang terpenting adalah kita sama-sama jaga perasaan satu sama lain. Kalo ada kata pacaran pasti ada kata putus Lun, dan gue nggak mau kalo seandainya kita pacaran trus putus."

Hyunbin menghela napas sebelum kembali melanjutkan kalimatnya.












"Lo terlalu berharga, gue nggak mau kehilangan lo."

Through The Night || Moon Hyunbin ✔Where stories live. Discover now