Flash Back

0 0 0
                                    

A Girl's journey
#AGJ
================

Part 3. Flash back.

"iih... Beruntung kali boru ku ini. Ganteng kali si abangnya." Tante Mery mengerling kearah Bang Topan sambil tangan terulur mencubit pipiku. Aku hanya tersipu.

Tersipu yang akhirnya kusadari tak diperlukan.  Bang Rey memang ganteng. Kulit putih bersih, hidung yang tidak terlalu mancung namun tidak juga pesek. Proporsional dengan bibir tipis dan bola mata elangnya. Tak hanya wajah, ia juga unggul dalam kriteria lain. Lulusan universitas bonafide meski masih kategori nasional bukan internasional. Setelah itu, memperoleh jabatan strategis di perusahaan telekomunikasi yang terkenal dengan tagline owsem nya.

Tetapi, tiada manusia yang sempurna. Dan begitu juga dengan seorang Rey Gutama Hasibuan. Aku menyesal tak mengenalnya dengan baik sebelum pertunangan kami. Berwajah ganteng, berpendidikan tinggi dan karir yang cerah.

Aku terpesona. Namun ibarat benih yang baru saja disemai ditanah kosong, hubungan ini membuatku lelah. Lelah karena hanya aku saja yang selalu menyiram dan memupuknya. Tanpa ada timbal balik dari ia yang kuharapkan menjadi teman hidupku kelak.

"Bang, nanti pulangnya cepat kan? Kita nonton yuk?" ajakku suatu hari melalui telepon. Bang Rey, tak suka jika aku datang ke kantornya dengan alasan ia tak ingin membawa urusan pribadi ke kantor. It's not profesional things to do. Tegasnya.

"Belum tau." jawabnya tanpa basa basi.
"Ini hari sabtu lho, bang."
"Hmm..."
"Bang..." nada suaraku sedikit mulai mendesak. Sudah hampir sebulan kami tidak bertemu. Mengobrol pun jarang. Padahal kami sudah bertunangan setahun lebih. Tapi, hubungan ini tak seperti pasangan lainnya.
"Kita liat nanti." cklak. Panggilan diakhiri.

Menyisakan rasa kesal, sebal, marah dan harga diri yang terluka sebagai seorang wanita.

Aku mentari
tapi tak menghangatkanmu
Aku pelangi
tak memberi warna hidupmu
Aku sang bulan
tak menerangi malammu
Akulah bintang
yang hilang ditelan kegelapan
Selalu itu yang kau ucapkan padaku
Sebagai kekasih yang tak dianggap
Aku hanya bisa mencoba mengalah
Menahan setiap amarah
Sebagai kekasih yang tak dianggap
Aku hanya bisa mencoba bertahan...

Tak dianggap. Ya... Itulah penyebab perih dihatiku. Bila saja tahu sifat aslinya seperti ini. Aku pasti menolak dijodohkan dengannya.

"Hei, bureg!"
Suara bariton menyentakkan lamunan. Hingga hampir saja aku tersedak coffe latte yang baru saja kuseruput.

Seorang lelaki cengengesan dibelakangku. "Jumpa juga kita disini, ya." Dengan wajah tersenyum, ia menarik kursi dan duduk dihadapanku.

"Anto?" aku sedikit surprise dengan kehadiran lelaki ini. Sejak tahun pertama kuliah, aku tahu ia memendam rasa padaku. Namun entah apa yang menyebabkan ia tak pernah menyatakannya.

Berwajah lembut khas suku jawa yang selalu dihiasi senyum. Dengan kulit hitam manis dan rambut ikal yang dipotong rapi. Perawakannya sedang namun ia sangat aktif dan enerjik. Anto sangat menyenangkan diajak bicara, meski kadang menyebalkan saat ia memanggilku dengan nama julukan burek. Singkatan dari boru siregar, marga dari papaku.

Namaku yang cantik 'Putri Arina Siregar' berubah norak nenjadi 'burek' karena ulahnya. Namun aku tak bisa lama-lama marah pada Anto karena selalu ada saja yang bisa dijadikannya bahan obrolan. Hingga tak terasa, sudah lebih dua jam kami mengobrol.

Kulirik jam dipergelangan tanganku, hari sudah sore. "To, sudah sore nih. Time to go home." aku minta izin untuk undur diri dari reuni dadakan kami.

Anto menggedikan bahu, "okey. Kamu pulang naik apa?"
"Gampang, ada taksi." tadi aku memang sengaja tak membawa mobil, karena kupikir nanti aku akan bersama dengan Bang Rey.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 12, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A girl's JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang