**
"Bu Clara?" Sapa petugas klinik yang langsung mengambil alih lengan wanita itu. "Aduh, setiap kali ke sini pasti deh begini." Lanjut petugas itu.

Wanita yang disapa bu Clara hanya tersenyum, kemudian ia melirik ke arah Dira. "Kamu, tunggu di sini." Ucap Clara berlalu ditemani perawat, masuk ke ruang pengobatan.

Dira-Dira apes banget lo hari ini, nggak dapet kamar, diomelin mama, sekarang malah sok-sok nolongin tante-tante. Gumamnya sambil garuk-garuk kepala.

"Pokoknya besok, gue harus coba lagi. Mudah-mudahan pak Rektor yang ganteng itu mau bantu. Eh---" Dira memukul-mukul bibirnya. Kok ganteng sih?? Tapi emang ganteng." Ucapnya sambil senyum-senyum sendiri, lalu sedetik kemudian berubah cemberut,"ganteng sih, tapi ngomongnya dingin kaya biang es."

"Ehem..."

Dira menoleh ke arah sumber suara lalu tersenyum kikuk kepada orang itu, seseorang yang baru saja keluar dari ruang pengobatan.

"Maaf ya, agak lama." Clara menghampiri gadis muda yang menolongnya dan duduk bersebrangan di sofa sehingga posisi mereka saling berhadapan. "Jadi, kamu mahasiswa di sini?"

"Saya? Calon mahasiswa baru Tante." Dira melirik kedua tangan Wanita itu yang diperban. "Itu, Tante bisa nyetir?" Sambung Dira, sambil menunjuk ke arah tangan Clara yang diperban. Bukan untuk mengalihkan pembicaraan, tapi memang perhatian.

"Oh... tenang, ada anak saya, terima kasih banyak ya sudah menolong . Maaf -sambil menggoyangkan tangannya yang diperban- nama saya Clara."

"Saya Nadira, panggil Dira aja Tante."

"Oh ya, Dira mau masuk jurusan apa?"

"Saya mau ambil Kedokteran Tante."

"Oh bagus, kamu cocok jadi dokter." Clara melihat Dira mengernyitkan dahinya, "dokter itu harus peka sama lingkungannya. Apalagi sama orang yang butuh pertolongan seperti saya, tadi." Jelas Clara dibalas tatapan lega oleh Dira.

"Tapi saya nggak tahu jadi apa nggak, Tante."

"Maksudnya?" Tanya Clara heran.

"Sepertinya saya nggak jadi kuliah di sini." Ucap Dira tak bisa menyembunyikan kesedihan di wajahnya.

"Loh, kenapa? Kamu sudah daftar, kan?" Clara melihat Dira mengangguk, "lalu apa masalahnya?"

"Hmm itu," Dira tidak yakin apakah Ia harus membicarakan tentang masalahnya kepada orang asing, "nggak pa-pa Tante." Akhirnya Dia urungkan niat itu.

"Kamu nggak percaya sama saya? Siapa tahu saya bisa bantu loh?" Rayu Clara mencoba menggali masalah gadis muda itu.

"Emm, itu, emm...." Dira menggaruk-garuk kepalanya, karena bingung harus mulai darimana. "Mama nggak ijinin!"

"Nggak ijinin kamu jadi dokter? Atau nggak ijinin kamu kuliah di sini?"

"Yang kedua Tante." Jawab Dira merujuk ke pertanyaan kedua Clara.

"Kenapa? Universitas ini cukup bagus kok, apalagi jurusan kedokterannya. Bukannya Tante promosi ya, tapi Tante bisa jamin."

"Bukan karena itu juga Tante..." Jawab Dira Ragu.

"Lalu apa Dira? Apa masalahmu Nak?" Tanya Clara yang mulai gemas dengan Gadis muda itu.

"Ehh, Mama mau aku kuliah di Ausy..." Jawab Dira melas.

"Loh, bukannya itu lebih bagus? Kamu harusnya senang dong!" Ucap Clara menyemangati.

"Aku nggak mau tinggal di sana Tante, aku mau di sini aja."

She is Like YouWhere stories live. Discover now