Mobilnya kini terpakir mulus di tempat khusus yang sudah disediakan. Sama seperti hari-hari lain, ia memang terbiasa datang pagi. Selain menghindari macet, udara pagi dirasa lebih menyenangkan untuk memulai aktifitasnya.

Jangan salahkan dia kalau kini semua mata tertuju kepadanya, selain karena dirinya adalah seorang rektor, kenyataan yang sulit ditolak oleh mata-mata itu adalah bahwa dia masih muda. Faeyza Radista, tinggi, tampan, murah senyum, pinter, baik hati, rajin menabung, dan yang paling-paling penting adalah S. I. N.G.L.E. So, Perfect!!

"Pagi Ka, eh... Pak...!" Sapa salah seorang mahasiswi yang salah tingkah, entah sadar atau tidak hanya mengenakan pakaian tidur sambil menenteng peralatan mandi dengan handuk melingkar di lehernya.

"Selamat Pagi... " Sapa balik Eyza ke Mahasiswi itu, tak lupa dengan senyum manis yang sengaja ia cetak di wajahnya.

"Arrrgghhh..."

"Beruntung banget sih"

"Uhhh.... Mau dong disenyumin juga!"

"Duhhh, gemes jadi pengen bungkus..."

Sayup-sayup celotehan itu memudar seiring langkah kaki yang ia percepat.

Parkiran mobil khusus rektor- entah siapa yang punya usul- berada di dekat Asrama wanita.

Kejadian barusan, sudah menjadi makanan sehari-harinya. Dikerumuni oleh mahasiswinya yang entah janjian atau tidak, sudah berkumpul di sana seolah menunggu dirinya hanya untuk bertegur sapa.

**
"Please Pak, tolong saya. Saya harus dapet kamar di asrama kampus ini, saya harus tinggal di sana, please??" Ucap seorang gadis memelas.

Eyza berhenti sejenak melihat pemandangan yang tak biasa di ujung koridor, tepat di atas kepala gadis itu tergantung sebuah nama ruangan yang bergoyang-goyang pelan --Bagian Administrasi--- tertiup angin.

"Saya akan kasih uang ke bapak, berapa yang bapak mau?" Lanjut gadis itu sambil mengeluarkan beberapa lembar isi dompetnya.

"Maaf dek, asrama sudah full, kamu sewa kosan saja di dekat sini. Lagian kosan di sini bagus-bagus fasilitasnya dibandingkan di asrama." Jawab laki-laki di balik jendela yang hanya terbuka setengah.

"Ng... nggak bisa pak, saya hanya boleh tinggal di asrama yang dikelola kampus, please pak tolongin saya." Lagi-lagi gadis itu memelas.

Eyza hanya menggeleng-geleng pelan melihat tingkah gadis itu.

"Kenapa geleng-geleng Pak?" Tanya seseorang yang tiba-tiba saja muncul dari belakang.

"Eh, Pak Sapto. Nggak pa-pa Pak." Ucap Eyza santai menjawab pertanyaan Pak Wakil Rektor itu.

"Semuanya sudah kumpul Pak?" Tanya Eyza pada laki-laki yang saat ini sama rapihnya dengan dirinya.

"Sudah Pak, mari masuk."

"Oke, oke, mari." Ucap Eyza melangkah masuk ke dalam ruangannya diikuti laki-laki itu.
*****

"Jadi, kira-kira siapa nanti yang akan menggantikan saya selama saya cuti?" Tanya laki-laki gagah, yang usianya sudah paruh baya. Wajah blasteran yang mulai berkeriput itu berdarah campuran Jerman, dia biasa disapa Mr. Rayen.

"Saya belum dapat bocoran Mister. Tapi sepertinya ayah saya sudah menyiapkan pengganti Mister."

"Oke, oke...saya harap Mr. Van segera menghubungi saya, saya tidak mau mata kuliah saya sampai kosong tak ada pengajarnya." Ucap Mr. Rayen sambil membetulkan kacamatanya yang merosot, "kalau begitu saya pamit, karena besok saya sudah harus terbang ke Jerman untuk bertemu putri saya." Lanjutnya.

She is Like YouOù les histoires vivent. Découvrez maintenant