Who is he?

42 1 0
                                    

*MOM TOLD ME*

Aku melihat kedua anakku itu memasuki rumah dengan wajah cemberut. Apa mereka sedang mendapat nilai jelek dari sekolah? Atau, lebih parah lagi, mereka bertengkar di sekolah? Yang benar saja, mereka sudah remaja. Aku yakin mereka akan berpikir dua kali untuk bertengkar di sekolah seperti saat mereka masih bersekolah di sekolah dasar dulu.

Mereka masuk dan melepas sepatu bersamaan. Berjalan menuju arahku dengan bersamaan. Membanting tas secara bersamaan. Lalu mendaratkan pantat mereka di sofa yang aku duduki secara bersamaan pula. Aku melihat kekanan dan kekiri, tempat dimana mereka duduk sekarang. Wajah mereka masih sama cemberutnya seperti saat mereka masuk.

“Kenapa wajah kalian?” tanyaku to the point.

“Kakak kelas itu menyebalkan.” Sergah mereka bersamaan. Aku menghela nafas. Mereka sekarang sedang bertukar pandangan dengan kejam.

“Jangan mengopi ku, Xue.” Ucap Liwei.

“Kau yang mengopiku Wei.”

“Hei-hei. Memangnya kenapa dengan kakak kelas?” tanyaku. Liwei dan Lixue, anak-anakku, bertukar pandangan lagi. Tapi kali ini pandangan mereka seperti berkata ‘siapa yang akan cerita ke mama?’

“Aku selalu diganggu oleh satu gege dari kelas 3. Menyebalkan. Liwei juga. Dia selalu diganggu oleh seorang jie-jie.” Lixue angkat bicara.

“Mereka menyebalkan. Menyebalkan sekali.” Liwei berkomentar. Aku hanya tersenyum-senyum sendiri.

“Kalian pernah ada salah dengan kakak kelas itu?” tanyaku lembut. Mereka berdua terlihat berfikir.

“Mungkin… aku pernah menyenggolnya saat… ah! Pasti dia kesal denganku karena itu! Menyebalkan. Aku ‘kan hanya menyenggolnya sedikit. Salahnya sendiri terlalu melebih-lebihkan hingga terjatuh.” Lixue mengomel.

“Kalau aku… aku… mungkinkah?”

“Mungkin apanya Wei?” tanya Lixue.

“Sebenarnya… sebenarnya saat pertama kali masuk dulu, aku pernah salah membuka loker. Aku kira itu loker temanku, dan aku menemukan, ng… barang wanita. Mungkin dia malu dan kesal padaku.”

“Kau parah, Wei.”

“Salah sendiri kenapa pin lokernya sama.” Liwei menggerutu. Aku sedikit terkekeh. Mereka ini sangat mirip Papanya jika begini.

“Lixue yang cantik, dan Liwei yang imut, kalian hanya butuh kesabaran untuk menghadapi kakak kelas semacam itu. Mereka… mungkin hanya kesal atau… hanya penasaran atau ingin dekat dengan kalian.” Ucapku. Aku mendengar dengusan mereka.

“Mereka itu ingin dekat atau mencelakakan kita? Mereka sangat menyebalkan, Ma. Dan juga, aku ini tampan. Bukan imut. Memangnya, aku Papa? Aku lebih manly dari Papa.” Omel Liwei. Tuhan, dia benar-benar imut. Aku tertawa makin keras.

“Percaya saja pada Mama. Karena Mama dulu juga pernah menjahili adik kelas Mama.” Jelasku. Wajah mereka berubah seketika.

“Mama jahat sekali!!!” teriak mereka berdua. Aku terkekeh. Dasar, anak-anakku ini.

“Omong-omong, siapa orang yang sial itu? Siapa yang mama jahili?” tanya Lixue.

“Orang sial itu? Orang itu malah sangat beruntung bisa kenal Mama. Jangan salah…” aku membela diri.

“Sama saja, Ma” Lixue mengerucutkan bibirnya. “Memangnya siapa orang itu?”

“Orang itu… Papa.”

Mereka tertawa keras, dan aku hanya melihatinya dengan tatapan bingung. Apakah selucu itu? Atau mereka tidak percaya omonganku?

“Tidak mungkin, Ma. Mama ini ada-ada saja. Mama ‘kan lebih muda setahun dari pada papa.” Liwei tertawa keras.

“Mama selalu tidak berkutik didepan Papa. Aku tahu itu.” Lixue menambahi ucapan kakaknya itu. Aku mendengus kesal.

“Mama tidak berbohong kok. Mama dulu adalah kakak kelas yang suka menjahili Papa. Bahkan Papa pernah sampai menangis.” Kataku tak ingin kalah. Tawa mereka perlahan mereda. Aku hanya diam saja, tidak tahu bagaimana cara merespon mereka saat ini.

“Kalau begitu, cerita dong Ma…” Pinta Lixue. Aku membulatkan mata. Cerita? Yang benar saja!

“A-”

“Pokoknya mama harus bertanggung jawab karena membuatku dan Xue penasaran.” Liwei menatapku intens. Aduh, bagaimana ini?

Rahasiaku, dan dia, akan terbongkar didepan anak-anakku yang…

Ah sudahlah.

“Semua bermula ketika…

*

TAHUN AJARAN BARU 2006

MUSIM PANAS

“Wang (Prince) Lu sudah pulang dari korea. Ah… senangnya!”

“Xiao Lu ku, akhirnya kita bisa bertemu… setahun sudah kau meninggalkanku, sayang…”

“Luhan ge… meskipun kau lebih muda dariku, tapi aku tetap memanggilmu gege karena kau sangat tampan. Oh, tuan Lu.”

“Hei-hei. Siapa yang kalian bicarakan itu? Membuat kupingku panas saja.” Aku menggebrak meja. Hatiku sedang kesal. Dan mereka malah berteriak-teriak seperti sedang melihat dewa. Cih, dasar. Apa bagusnya Luhan-Luhan itu?

“Wan Qiaotian, kau tidak tahu siapa Luhan?” tanya Yueyan. Aku mendengus.

“Namanya membuat telingaku sakit.” Aku menunjuk telingaku kesal. Kenapa mereka tidak bisa biasa saja sih?

“Sudahlah, Yue. Qiao hanya tahu dua laki-laki di dunia. Papanya, dan Zhang Yixing, anak SMA kelas satu yang masih bau kencur itu.” Ejek Wanhe. Aku mendengus, lalu berjalan menuju koridor depan kelasku, menghampiri mereka. “Itu lho, yang namanya Luhan. Yang sedang main bola itu! Sangat tampan ‘kan?” Wanhe mengoceh panjang lebar. Aku memandangi anak itu dengan tatapan kosong. Tidak tertarik.

“Apanya?! Bagus Xing-xing kemana-mana.” Aku menghentakkan kaki kesal, lalu kembali kedalam kelas.

=

“Tunggu, Ma, bagaimana bisa Mama jadi kakak kelas Papa? Papa satu tahun lebih tua dari Mama lho.” Liwei memprotes ceritaku. Aku tersenyum.

“Mama ini orang pintar. Mama ikut akselerasi dua kali, saat SMP dan SMA. Maka dari itu kalian berdua pintar, seperti mama.” Anak-anakku itu mengangguk. Mereka berdua memang sempat mengikuti akselerasi di SMP, namun mereka menolak untuk ikut akselerasi lagi di SMA. Mereka berkata kalau akselerasi itu membosankan. Sudah kuduga, mereka mempunyai sikap suka bosan seperti Papanya.

“Lalu, Mama dan paman Zhang benar-benar pernah pacaran?” tanya Lixue. Aku mengangguk.

“Dulu. Duluuu sekali, mama pernah pacaran dengan paman Zhang.” Jelasku.

“Pantas saja Papa sensi setiap paman Zhang kesini.”  Komentar Lixue yang diikuti anggukan Liwei.

“Dan Papa juga selalu ingin paman Zhang cepat-cepat pulang.”

“Sudah, kalian mau mama teruskan ceritanya atau tidak?”

=

Mom Told MeWhere stories live. Discover now