12 # Go Garuda!! Fly away!!

59 19 9
                                    

#yo yang suka layangan🙋Vote dulu yaa#

****
Meskipun sudah melihat Candi Borobudur ratusan kali di dalam gambar-gambar. Baru sekali ini Jo melihat candi itu dalam wujud yang sebenarnya. Luar biasa besarnya, bahkan halamannya pun sangat luas.

Matahari terang benderang menyinari tempat itu. Siang nanti pasti akan sangat menyengat seandainya saja mereka belum menemukan tempat yang teduh dan nyaman seperti di bawah pohon bayan ini. Gembul bilang untuk menemukan tempat yang nyaman buat main, Tialah ahlinya. Ucapan ini membuat Gembul mendapatkan dua buah es kucir dari gadis itu, yang merasa tersanjung.

"Jo, Tia ini juga jago memasak lho. Kau harus cicipin nasi goreng buatan dia!" Gembul memuji lagi, tapi kali ini Tia sepertinya tidak akan memberinya es kucir lain dari termosnya yang mungil.

"Benar juga, Mbul. Kita dapat tempat yang strategis. Anginnya akan bertiup dengan baik dari arah bukit sana." Kata Jo sambil menunjuk bukit kecil di belakang mereka. Sejak tadi ia berputar-putar merasakan arah angin dan memperkirakan kecepatannya.

"Strategis itu apa?" Gembul berbisik pada Danu yang duduk di sampingnya di atas rumput.

"Strategis itu enak, Mbul. Menguntungkan. Masa' gitu aja nggak tahu?!"

Hasnah mengeluarkan botol air dari tas punggungnya dan menyodorkannya kepada Jo. Saat itulah Tia menyikut Danu memberi isyarat.

"Mau minum, Jo?"

"Trimakasih." Jo baru saja mau mengangkat botol itu ke bibirnya saat Bisma dan Gagas datang. Mereka semua terkejut melihat hidung Bisma berdarah.

"Kenapa kau, Bis?" Kempling terbelalak dan nyaris berteriak melihat darah yang begitu banyak sampai menetes di kemeja Bisma.

"Kita hampir didiskualifikasi...."

"Apa?! Kenapa?" tanya mereka nyaris bersamaan. Bisma langsung duduk di rumput sambil menundukkan kepalanya. Sementara Tia meremukkan sebuah es kucir dan memberikannya pada Bisma untuk mengompres hidungnya.

"Didiskalifikasi itu apaan?"

"Di keluarkan. Tidak boleh ikut lomba lagi" Danu menjelaskan pada Gembul.

"Ada anak kota di sana, aku nggak sengaja dorong dia. Eh dianya malah mau berkelahi! Aku udah minta maaf padahal!"

"Emang sialan tuh anak! Teman-temannya juga! Kamu sih, nggak mau melawan Bis!" Gagas masih menggebu ingin menghajar anak itu.

"Emangnya kenapa kok mau dikeluarkan?"

Danu melirik Gembul dengan jengkel. Anak ini LOLA-nya (loading lambatnya) minta ampun.

"Makannya dengerin tuh mereka ngomong! Makan melulu!"

Seketika Gembul menghentikan gerak mulutnya mengunyah es batu mendengar nada sewot Danu.

"Anak kota yang mana sih?"

"Itu dia" Gagas menunjuk rombongan Tohar Siranggeng yang masih mencari tempat beberapa meter dari mereka. Namun tampaknya satu-satunya tempat teduh yang akan mereka temukan adalah di bawah payung Imas yang berwarna merah besar.

"Lihat aja lagaknya! Puih!"

Jo mengeriyipkan mata saat mengenali anak itu. Ia bahkan melihat orang tuanya juga bersama mereka. "Bryan?!"

"Kamu kenal Jo?"

"Itu kan anaknya Tohar Siranggeng! Itu, kontraktor yang mau buat hotel di sekolah kalian!"

"Hah?!.... yang bener Jo!"

"Pantes aja tengilnya minta ampun! Biar aku kasih pelajaran sekalian dia!" Gagas mengepalkan tangannya dan menyerbu maju, tapi ia menabrak tubuh Danu dan Kempling yang membuat pagar di depannya. Sifat emosional anak ini kadang-kadang memang kelewat batas.

Go... Thunderfly...!! Lintasilah langit...!! (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang