10|Rindu dan Doa

Mulai dari awal
                                    

💕🏡💕

"Mau makan dulu enggak?" tanya Agung padaku, yang jalan mengekorinya. Tak mau orang lain berpikir negatif tentang kami Agung jalan dua langkah di depanku. Dia menghargaiku, juga dengan jilbab yang kupakai.

"Ehh, kita belum sholat Ashar loh Gung udah jam enam belas lewat sembilan belas," ucapku tersadar saat melihat jam yang tertera di layar ponselku.

Agung berhenti "Iya tah?" tanya Agung melihat jam di tangannya.

"Yaudah sholat aja dulu, baru Pulang. Musholanya di ujung sana." Tunjuk Agung arah mushola yang dekat tempat bermain anak.

💕🏡💕

"Fath," sapa mama lembut namun mampu menyadarkan aku dari lamunan ku.

"Lagi ngapain diluar? Melamun ya?" tanya mama yang ntah dari kapan memerhatikan aku yang duduk di teras depan rumah menjaga nino yang bermain sepeda.

"gak ma, lagi jagain ni-" ucapku terputus saat mencari yang di jaga sebagai alasan tak ada lagi di sekitar ku, entah berapa lama aku Melamun sampai tak sadar nino hilang.

"Ehh, nino nya kemana?" tanyaku mulai khawatir dan beranjak dari tempat duduk ku mencari nino.

"Itu nino udah masuk kedalam fat," Kata mama menatap ku sendu

"Astagfirullah, maaf ma." Aku menunduk merasa bersalah.

"Kamu kenapa?" tanya mama khawatir, mungkin mama melihat kemurungan ku, ntah kenapa saat sendiri aku merindukan nenek dan semua kegiatan yang ada di kampung. Walaupun sudah setahun di Bandung tak bisa membuat ku melupakan semua kegiatan dikampung.

"Gak papa ma cuman kangen nenek aja, hehe," jawabku jujur, tersenyum memaksa pada mama.

"Kalau kangen doain aja Fath, yang nenek butuhin sekarang kan hanya doa dari kita sayang."

"Iya ma."

"Yaudah sana masuk udah malam, belajar gih bentar lagi UN kan?"

"Iya ma."

Aku bersyukur mama tidak pernah berubah, sejak awal aku mengenal beliau sampai saat ini menjadi mama ku, mama tak pernah membedakan ku dengan nino, bahkan selalu memperhatikan kebutuhan ku.

***

Udara sejuk masih terasa di kota yang super sibuk, setengah tujuh pagi lalu lalang kendaraan sepeda motor, ojek online, taksi, mobil pribadi, angkot dan bus trans berlomba-lomba melajukan kendaraan mereka masing-masing berusaha untuk tidak saling mengganggu aktivitas satu dan yang lainnya.

Bus adalah transportasi yang ku pilih untuk digunakan menuju sekolah bersama Agung dan beberapa teman yang satu komplek dengan ku.

Aku memerhatikan seseorang yang baru saja duduk disamping ku, menyapa ku dan tersenyum ramah, seorang wanita cantik, bulu mata lentik, berjilbab syar'i terlihat anggun dengan gamis abu-abu senada dengan jilbab nya. Anak kuliahan tebak ku. beliau mengeluarkan mushaf kecil bersampul pink dari dalam tas dukung yang dia letakkan di pangkuannya dan mulai membacanya.

Masyallah Ada kekaguman ku terhadap beliau, semangat beliau dalam membaca Al-Qur'an yang tak kenal tempat, dan memanfaatkan waktu dengan baik, dari pada bengong di atas bus lebih baik membaca Al-Qur'an, mungkin begitu cara pandang mba yang ada disamping ku saat ini. suara halus bacaan beliau pun terdengar sangat merdu dengan tartil dan bacaan yang jelas, yang mungkin hanya aku yang mendengar karena bacaan yang teramat lembut dan aku terlalu pokus pada beliau.

"Shodaqor allahalazim" ucap wanita itu sambil menutup mushaf dan memasukkan kembali kedalaman tas.

Lalu beliau melihat ku membuat ku kembali tersadar terlalu memperhatikan beliau, aku gelagapan seperti tertangkap basah sedang mencuri sesuatu dari nya. Saat ini menoleh keluar jendela aku melihat Beliau tersenyum dan membuat ku urung menoleh.

Where Is My Calon Imam? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang