Chapter 6 - You're evil

9.1K 642 38
                                    

"Mama! Bibi tadi adalah Mamanya Boruto, sahabatku!"

Sakura tersenyum miris, bahkan Sarada pun tahu siapa wanita itu. Tetapi, apa yang bisa Ia lakukan? Mengadukan hal ini pada Naruto? Ia tidak sanggup melihat Naruto terluka. Naruto sangat mencintai Hinata, Ia bisa melihat dari matanya yang berbinar-binar saat membicarakan Istrinya itu.

"Ne, Sarada-chan. Mau membantu Mama membuat kue? Kalau lebih bisa Sarada-chan makan."

"Benar boleh?"

"Benar. Ayo."

"Ayo!"

Untuk sementara biarkanlah seperti ini. Sakura tersenyum sembari mengelus perut ratanya, perut yang berisi jiwa manusia di dalamnya.

'Apapun yang terjadi, aku akan melindungi kalian. Sampai kapanpun.' Batin Sakura.

Seorang wanita berambut ungu duduk sembari meminum minumannya dan mendengus.

"Maaf, saya terlambat."

"Hn. To the point saja Nyonya Uchiha. Jauhi Sasuke-kun."

Kening Sakura mengernyit, kenapa Ia harus menjauhi suaminya sendiri?

"Maaf? Kenapa jadi saya yang menjauhi suami saya sendiri?"

Hinata terkekeh. "Suami? Apa suamimu itu membelikanmu ini?" Tunjuk Hinata pada cincin berlian yang melingkar di jari manisnya.

Sakura terdiam membuat Hinata menyeringai.

"Suami? Apakah suamimu memberikanmu uang bulanan untuk berbelanja? Apakah suamimu tidur di sebelahmu saat malam hari? Dan apakah suamimu menyentuhmu lagi?"

"...."

"Sudahlah, kembali saja pada margamu Haruno Sakura. Berhenti bermimpi bisa menjadi Uchiha Sakura."

"...."

"Kau itu harusnya sadar diri, Haruno-san. Kau sudah kuno, miskin dan jalang."

"Saya jalang lalu anda apa? Pelacur?"

Hinata menggeram. "Berani-beraninya kau-"

"Apa namanya jika seorang wanita yang sudah memiliki suami dan anak dengan bangganya memamerkan hubungan gelapnya dengan suami orang?"

"Kau! Kurang ajar sekali kata-katamu, Haruno."

"Saya masih Uchiha, Uzumaki-san."

"Well, tidak lagi. Kau akan bercerai. Aku pastikan kalian bercerai."

"Bercerai atau tidaknya kami, biarlah itu berjalan."

"Cih. Kau wanita tidak sadar diri, Haruno-san."

"Anda yang lebih tidak sadar diri, Uzumaki-san. Naruto, sahabat saya sangat mencintai anda. Tapi, apa yang anda lakukan di belakangnya? Anda berselingkuh dengan temannya sendiri. Apa anda tidak malu?"

"Kau-"

Seseorang menghentikan tangan Hinata yang hendak menampar Sakura. Hinata tersenyum sinis.

"Well, selingkuhanmu datang, Haruno-san. Kau mengatakan aku dengan bangga memamerkan hubungan gelapku bukan? Lalu apa bedanya denganmu?! Kau juga berselingkuh!"

Sasori menggeram mendengar ucapan Hinata.

"Apa maksud-"

"Benar, pria ini adalah selingkuhan saya. Tetapi, apa yang anda lihat dari jauh tidak seperti faktanya."

"Wow, cara mengelak yang luar biasa, Haruno-san."

"Sakura, apa maksudnya ini?"

"Sudahlah, ayo pergi."

Sakura mengambil tasnya, menarik Sasori pergi. Hinata menyeringai.

"Well, Haruno Sakura. Aku pastikan kau hancur."

Sasuke mengepalkan tangannya.

"Tadaima."

Sakura terkejut mendapati Sasuke sudah berada di ruang tengah.

"Sasuke, okaerinasai."

"Cih."

Sasuke berdiri mencengkram pipi Sakura. Sakura meringis kesakitan.

"Bagaimana rasanya jalan berdua bersama selingkuhan eh, Sakura?"

Sakura berusaha memberontak tetapi Sasuke makin mencengkram pipi Sakura.

"I...ita..i..."

PLAAKK

Sudut bibir Sakura berdarah akibat tamparan dari Sasuke.

"Ternyata kau memang murahan, Sakura. Kau bahkan mengakui memiliki seorang selingkuhan. Wah. Kau benar-benar hebat."

"Bukan, aku-"

PLAKK

PLAKK

PLAAKKK

PLAKKK

Tamparan terakhir Sasuke sangat keras membuat Sakura jatuh terduduk. Tidak berhenti disana, Sasuke menjambak rambut Sakura.

"Sasuke, sakit...ku mohon....berhenti.."

"Cih."

Sasuke melepaskan jambakannya lalu menendang Sakura, naasnya tendangan Sasuke mengenai perut Sakura.

"Sa...sa...suke...sakit..."

"MAMA!"

Sarada berlari ke arah Sakura lalu memeluk Sakura. Sarada memandang benci Sasuke, Ia terkejut melihat darah mengalir dari selah kaki Ibunya.

"MAMA!!"

Sasuke terdiam, rasa sesak menyelimutinya melihat darah di selah kaki istrinya. Sarada berlari mencari telepon.

"MAMA! MAMA BANGUN MAMA! MAMA!!!" Teriak Sarada sembari menepuk pelan pipi Ibunya.

"Sakura!"

"Nenek! Nenek, Mama nenek. Tolong Mama!"

Mikoto memandang marah pada putra bungsunya lalu memanggil beberapa bodyguard untuk membantu mengangkat Sakura.

"Kau bukan anakku. Kau iblis."

Sasuke termenung di balkon rumahnya. Entahlah Ia merasa sakit yang sangat sakit di dadanya. Darah itu, entah kenapa Ia terpikirkan oleh darah itu.

Lalu, tatapan benci dari putrinya mengingat itu membuat perasaannya campur aduk.
Ia mengacak rambutnya kasar.

Sasuke memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai dan berniat mencukur bulu halus di dagunya, saat ingin mengambil alat cukur Ia menjatuhkan sesuatu.

Sasuke memungut benda itu dan Ia merasa seperti tersambar petir melihat benda tersebut.

Sakura. Sakura hamil?

Maaf kalau kurang dapat feel sakitnya😭
Jangan lupa vote dan komennya yaa, vote dan komen kalian membangkitkan semangat mengetikku❤️
ありがとうございます!つづく~

Sakura, Do I Still Have Another Chance?✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang