"Kami lagi oy, kami lagi". Ucap Aqilla.
Aqilla mengajak teman-temannya yaitu Rani, dan Fawnia.
"Okee, satu dua tiga!".
Setelah foto tadi, Aqilla masih ingin minta foto dengan temannya yang lain. Kali ini bersama Mika dan Adel.
"Baiklah.., satu dua tigaa!".
Dan ternyata itu belum selesai, ia kali ini mengajak Fahmi untuk berfoto bersamanya,juga Mika dan Adel.
Setelah itu, Elina memintaku untuk memfotokan dirinya berdua Fahmi.
"Kami, kami!". Ucap Elina.
"Duhh.., gak usah deh". Tolak Fahmi.
"Ayolah..". Mohon Elina.
Dan akhirnya Fahmi mau untuk diajak berfoto. Aku yang melihatnya hanya bisa tersenyum melihat ekspresi Fahmi.
Kemudian dilanjutkan oleh beberapa perempuan dikelasku berfoto dengan Kevin.
Setelah itu, Nita ingin difoto berdua Kevin saja.
Lalu setelahnya, beberapa perempuan dari kelas lain juga ingin difoto bersama Kevin olehku.
"Woaa, Kevin emang populer". Batinku bicara.
Setelah itu, aku melihat Elina yang sepertinya ingin juga berfoto bersama Kevin. Melihat itu, aku pun menyuruh mereka untuk berfoto bersama.
"Woy, kalian bedua, foto-foto". Ucapku.
Setelah aku memfoto mereka, aku melihat ke arah Linda yang sedang bersama Ratna, Sherly, Safira, Shinta, dan Humaira.
Aku rasa mereka malu, untuk meminta fotokan olehku, tapi aku yakin mereka juga ingin difoto, aku pun mendatangi mereka.
"Woy, kalian belum foto nih, ayo foto".
"Ahaha, iya nih kami belum ka". Ucap Linda
"Ahaha, jadi aku ini dipanggil kaka atau paman?". Batinku bicara.
"Oke satu dua tiga!".
Lalu aku memfoto Maya yang sedang bersama Janah. Memfoto Delya dengan Yuki, lalu semua perempuan dikelasku. Lalu para lelaki kelasku lagi, dan banyak lagi.
Sampai akhirnya bapak Wawan datang, dia lalu menyuruh semuanya untuk berkumpul, dan membikin pose untuk berfoto bersama.
Seharusnya saat ini aku juga ada disana ya kan, tapi aku tak bisa berbuat apa-apa. Aku sudah cukup bersyukur bisa menyaksikan mereka dan memfoto mereka.
Akhirnya mereka selesai membikin fose untuk berfoto.
"Oke Khida, kami siap". Ucap pak Wawan.
"Baik, satu dua...!".
"Tunggu!". Ucap Linda tiba-tiba.
"Ada apa Linda?". Tanya Aqilla.
"Tiba-tiba dadaku terasa agak sakit". Ucap Linda sambil menyentuh dadanya.
"Eh Khafidu!, kenapa lu nangis!?". Tanya Kifli.
"Ahaha kenapa lu Khafidu?". Ucap Agus.
"Entahlah, air mataku keluar sendiri". Ucap Khafidu sambil mengusap air matanya.
"Dadaku juga terasa sesak nih". Ucap Elina.
"Kalian kenapa sih?". Tanya Fahmj
"Tunggu, aku juga merasa sesak didada". Sahut Rolan.
Semuanya tiba-tiba merasakan bahwa dadanya sesak atau agak sakit, bahkan beberapa ada yang meneteskan air matanya. Bapak Wawan melihat ke arahku dan tersenyum dengan matanya yang berair.
Air mataku menetes, aku mengerti apa yang terjadi dan kenapa ini terjadi. Ini semua terjadi karena bapak Wawan tadi menyebutkan namaku.
Ternyata, walaupun aku telah dihapuskan dari ingatan mereka, perasaanku bisa terhubung kepada mereka.
"Sial!, aku jadi ikut menangis".
Aku mengusap air mataku. Lalu menarik nafas.
"Woooy, ayolah aku paham kalian sedih berpisah, tapi ini saatnya berfoto, ayo tegarkan diri kalian sebentar saja, simpan tangisan kalian dulu". Ucapku.
"Jadi ini karena perasaan sedih kita akan berpisah ya?". Tanya Aqilla.
"Ahaha, kok bisa samaan gitu ya". Ucap Jovita.
"Iyaaa, terharuu aku". Ucap Rani.
"Gue aja sampai ikutan loh, sial!". Ucap Kifli.
"Ahaha, iya dongg, kelas kita kan hebat". Ucap Agus.
"Yaudah-yaudah, ayo foto dulu". Ucap pak Wawan.
"Hm baguslah, itu membuat mereka tenang". Batinku bicara.
Aku lalu mengarahkan kameraku bersiap untuk memfoto mereka.
"Oke, siap!, satu dua tiga!!".
.
.
.
Acara perpisahan selesai, beberapa siswa masih berada disekolahan untuk mempuaskan diri mereka bersama teman-temannya.
Aku mendatangi pak Wawan di kantor untuk mengembalikan kameranya.
"Ini pak, terima kasih ya pak, saya jadi dapat melihat acara perpisahan teman-teman saya". Ucapku Sambil menyerahkan kamera.
"Sama-sama, kau tak apa-apa kan Da?". Ucap pak Wawan.
"Ah, saya gak papa kok pak hehe". Jawabku.
Pak Wawan berdiri lalu memelukku.
"Kau tahu Da, kau itu hebat". Ucap pak Wawan saat ia memelukku.
"Te..terima kasih pak". Ucapku sambil nangis terisak-isak.
.
.
.
Manusia seperti Sebuah BUKU.
Cover depan = tanggal lahir
Cover belakang = tanggal kematian.
Tiap lembarnya, adalah tiap hari dalam hidup kita dan apa yg kita lakukan.
Ada buku yg tebal, ada buku yg tipis. Ada buku yg menarik dibaca, ada yg sama sekali tidak menarik. Setidaknya itulah yang pernah kulihat disuatu bacaan.
Kalau begitu, aku ibarat seorang karakter yang dihapuskan dari cerita chapter milik teman-temanku.
Mungkin karakterku dihapus dari beberapa buku. Tapi setidaknya, masih ada beberapa bekas yang dapat sedikit dilihat walau itu dihapus ya kan?. Apalagi jika itu tertulis tebal ya kan?
.
.
Aku adalah protagonis dalam ceritaku. Chapter ini telah selesai. Saatnya membuka lembar baru yang masih bersih, untuk menulis chapter kehidupanku yang baru.
Thę Ěñď.
YOU ARE READING
Turn Off Program[REVISI]
Mystery / Thriller[END]Khida dan teman-teman di kelasnya diundang oleh seseorang kesebuah tempat yang tidak diketahui secara detail lokasinya, orang itu mengakatakan ingin membantu menghibur khida dan teman temannya berlibur setelah UN, bahkan orang itu juga mengunda...
Epilog
Start from the beginning
![Turn Off Program[REVISI]](https://img.wattpad.com/cover/183969942-64-k908508.jpg)