BAB 1

21 3 2
                                    

'Si pembuat Onar'

Terik matahari siang ini sangat menyengat, membuat siapa pun yang merasakannya tak ingin berlama lama berada dalam hawa seperti ini. Tak terkecuali dengan seorang gadis berambut sebahu yang berdiri di halte dengan raut wajah yang begitu masam. Jika kalian menebak gadis itu akan menunggu bus kalian salah besar, nyatanya gadis itu hanya menumpang berteduh. Berteduh dari panasnya terik matahari, bukan dinginnya air hujan. Pahamkan iya?

Gadis itu menggunakan seragam Sma yang terlihat sangat amburadur. Baju yang keluar dengan dasi yang menggantung dipundak sebelah kiri sedangkan tas dipundak sebelah kanan. Tunggu dulu, ini bukan jam pulang sekolah, lalu mengapa seorang siswi Sma ada disini?

Jawabannya cuma satu. Bolos.

Sedari tadi gadis itu terus mengomel tidak jelas karena ia sudah menunggu jemputan selama satu setengah jam lebih.

"Duh lama banget sih" omelnya dari tadi yang tak kunjung berhenti membuat orang orang yang berada disekitarnya merasa sedikit terganggu.

"PANASSSS...." Teriaknya sembari mengibas ngibaskan tangan yang bertujuan mengurangi sedikit saja aura panas disekitarnya, asal kalian tahu kegiatan itu sama sekali tak mengurangi rasa gerahnya. Membuat orang orang sekitar menggeleng gelengkan kepala melihat kelakuan gadis tersebut.

Gadis itu menoleh ke sekitarnya. melongo, melihat orang orang yang sama sekali tak terusik dengan hawa ini malahan mereka terlihat sangat tenang. Mengapa semua orang tenang sekali? Padahal cuaca disini sangat panas. Ia jadi bingung sendiri.

"Pak, bapak gak kepanasan?" Tanyanya pada seorang pria paruh baya yang membawa kardus entah apa isinya ia tak tahu.

Pria itu menggeleng pelan dan tersenyum membuat gadis tadi semakin bingung.

Padahal bapak bapak ini make jaket gumamnya pelan

"Neng itu makanya diem, duduk yang cantik nanti juga ilang sendiri panasnya" jawab lembut seorang wanita cantik dengan kulit sawo matang.

Gadis itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Memangnya apa yang ia lakukan sedari tadi? Rasanya ia tak mengganggu orang orang disekitarnya.

Padahal gue cuma mondar mandir batinnya kesal.

Selang beberapa menit terlihat mobil sport mewah merk Ferrari berwarna merah menyala berhenti didepannya membuat mata gadis tersebut berbinar binar. Ia sudah tahu betul siapa pemilik mobil tersebut.

Kaca mobil terbuka dan memperlihatkan seorang pria dengan rambut coklat dan mata hanzel tak lupa dengan alis tebal yang sangat mendominasi. Pria itu tersenyum pada gadis tadi. Oh bahkan senyumnya dapat melelehkan siapapun yang melihatnya.

"Ngapain lo disana" teriak pria itu sembari tertawa.

Gadis itu menghampiri pria yang berada didalam mobil tersebut "Gue numpang" ucapnya lalu membuka pintu mobil yang sudah ia anggap seperti mobilnya sendiri "Anterin sampe rumah" lanjutnya ketika sudah duduk manis didalam mobil.

"Eh bocah, orang rumah sebelahan jugaa" jawab pria tersebut dengan senyum yang tak pernah pudar diwajahnya.

"Alex lo punya minuman apa haus gue" tanya gadis itu sembari mengelus elus tenggorokannya yang memang sudah terasa sangat kering.

"Nohh dibelakang" jawabnya dengan tangan yang masih menyetir.

Gadis itu menoleh kearah belakang. Betapa terkejutnya ia melihat dua plastik besar berisi makanan ringan kesukaaanya. Sontak ia langsung menyambar plastik itu dengan semangat yang berapi api.

I'm mettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang