"Baiklah."
Akhirnya Raihan mengeluarkan ponsel dan menelepon Rania.

"Udah."
Raihan kini meletakkan ponselnya ke atas meja. Lalu tangan pria itu beralih untuk menggenggam jemarinya. Lalu dibawanya jemari itu ke depan mulutnya. Novia terkesiap saat kecupan di ruas-ruas jarinya.

"Aku memuja tangan ini."

Novia hanya menghela nafasnya karena sikap Raihan yang begitu manis ini.

"Dokter Raihan."

Suara penuh semangat itu mengalihkan mereka berdua. Rania dengan wajah berseri sudah berdiri di depan meja mereka.

"Rania. Please..."
Raihan menunjuk kursi yang ada di depan mereka. Rania langsung mematuhinya. Wanita dengan semerbak harum melati itu malah membuat Novia menutup hidungnya. Dia mual.

"Saya cuma ingin menegaskan kalau istri saya adalah dokter Novia. Tidak ada yang lain dan saya tidak berniat untuk menceraikannya ataupun berpoligami. Saya rasa itu sudah membuat kamu paham."
Ucapan telak itu tentu saja membuat Rania langsung terlihat muram.

Novia hanya menunduk dan menunggu reaksi Rania. Ini kejam memang, tapi kadang-kadang wanita seperti Rania perlu perlakuan seperti ini.

"Saya mencintai dokter melebihi istri anda."

"Astaghfirullah."

Novia mendengar Raihan mengucapkan itu. Lalu tangan Raihan terulur ke bahu Novia. Membawanya masuk ke dalam pelukan hangat suaminya itu.

"Maaf kalau selama ini saya bersikap memberi harapan. Tapi tidak ada yang istimewa diantara kita. Saya mencintai istri saya."

Novia perlu untuk membantu Raihan. Dia kini menatap Rania yang wajahnya sudah tampak memerah.

"Kamu cantik Rania. Masih banyak pria lain di luar sana yang akan menjadi suami kamu. Lagipula saya tidak mau berbagi dengan siapapun. Terimakasih waktumu yang telah terbuang dengan menemani suami saya."

Rania kini beralih menatapnya. Satu tetes air mata sudah menetes di pipinya.

"Saya tetap mencinta Dokter Raihan."

Setelah mengatakan itu Rania langsung beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan mereka berdua.

*****
"Drama banget gak sih?"

"Iya."

"Terlalu sinetron ya?"

"Huum."

Novia tengah tidur di atas paha Raihan saat ini. Sore ini mereka memutuskan untuk duduk santai di taman belakang rumah Raihan.

"Kok mas suka sama cewek drama gitu."

Celetukannya membuat Raihan menunduk dan mengusap rambutnya dengan lembut.

"Bukan suka, cuma dia dulu tuh orangnya easy going gitu. Enak diajak bicara cuma itu."

"Aku padahal di London gak punya temen cowok juga."

Sindirannya tentu saja membuat Raihan menghentikan gerakan tangannya.

"Gak boleh."

Novia hampir tersenyum saat mendengar nada cemburu itu.

"Mas aja bisa temenan sama Rania sampai dia baper. Masa aku gak boleh?"

Novia niatnya menggoda Raihan tapi pria itu kini malah terlihat muram. Novia tentu saja berusaha bangkit dan duduk. Lalu menatap Raihan yang terdiam.

"Mas..."

Tangan Raihan menangkup wajah Novia, lalu perlahan ciuman itu terasa. Begitu lembut tapi intens.

"Aku masih merasa bersalah tentang itu dek. Apa yang bisa aku lakukan untuk membuatnya benar?"

Bersambung

Ngantukkk hoaaahhmm..

Owh iya udah open po ya mas rasa cinta




Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.
Pengantin BayanganWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu