Bab 14 Mencoba mengerti

24.4K 3.4K 82
                                    

Novia tidak berani mengajak bicara Raihan sejak kejadian di tempat praktek milik Raihan. Pria itu seakan menarik diri. Memang tidak marah kepadanya, hanya sedikit bicara.

Novia sendiri juga tidak mau bertanya karena takut Raihan akan menjauh. Hatinya merepih saat membaca untaian kata yang tertulis di buku itu. Bagaimana Raihan bercerita tentang kesepiannya sejak ditinggal kedua orang tuanya, lalu pernikahan mereka yang ternyata juga sepi.

Novia bahkan semalam menangis karena membaca Raihan sebenarnya ingin segera mempunyai keluarga yang utuh. Istri dan anak yang bisa menghangatkan hatinya.

Novia merasa sangat bersalah saat ini.
Dia bahkan tidak bisa tidur lagi, mencoba untuk mengenyahkan perasaanya Novia menatap Raihan yang tertidur pulas di sebelahnya.

Novia menatap alis mata yang bertaut, dan bulu mata yang kini menempel di pelupuk mata. Pria di depannya ini sangat tampan.

Novia mengulurkan tangan untuk menyibakkan helai rambut yang menutupi dahi Raihan. Tapi tiba-tiba pria itu mengerjapkan matanya. Membuat Novia memekik terkejut. Mata tajam itu menatapnya.

"Owh maaf."

Novia tergeragap saat Raihan tiba-tiba terbangun. Novia beringsut mundur.

"Kamu ada yang sakit?"

Suara parau khas bangun tidur terdengar. Raihan kini beranjak bangun dan mendekatinya. Novia refleks menggelengkan kepala.

"Enggak."

Raihan belum sepenuhnya sadar karena pria itu kini sudah ada di dekatnya persis. Nafas hangatnya menerpa wajahnya.

"Kenapa terbangun malam-malam? Kamu mimpi buruk?"

Novia hampir menangis saat melihat wajah Raihan yang khawatir. Dia mengerjapkan matanya untuk menghalau air matanya. Lalu tangannya terulur dan melingkar di leher Raihan. Pria tampak terkejut dan membelalak.

"Maafkan aku."

Dia menarik Raihan dan kini wajahnya berada di lekuk leher Raihan. Pria itu awalnya kaku dan tidak bergerak tapi kemudian saat mendengar isakan Novia, Raihan langsung menarik Novia untuk di peluknya. Kini posisi mereka berganti. Raihan berbaring di atas kasur dengan Novia berada di pelukannya. Tangis Novia makin terdengar, karena dia tidak bisa mencegah air matanya. Dadanya terasa sesak dan butuh untuk menangis.

Raihan terdiam begitu lama, membiarkan dirinya menangis. Hanya usapan lembut di kepalanya yang membuat Novia tahu kalau Raihan peduli.

Setelah beberapa saat isakan itu akhirnya mereda. Raihan sudah bisa mengatur nafasnya. Dia beringsut untuk menjauh tapi Raihan menahannya

"Jangan meminta maaf kepadaku dek."

Suara itu begitu lembut terdengar. Novia menatap Raihan kali ini dengan mendongak dan mendapati Raihan sedang menatapnya.

"Aku....mas...aku..."

Tapi ucapan Novia terhenti saat bibir Raihan sudah menempel di bibirnya. Terasa begitu hangat.
Ciuman itu terasa lembut membuat seluruh tubuhnya bergetar. Saat Raihan menjauh, pria itu segera merengkuhnya kembali.

"Tidurlah. Kita butuh istirahat."
Entah kenapa setelah mendengar itu, mata Novia terpejam dan kantuk mulai terasa.

*****

Saat akhirnya Novia terbangun, semuanya terasa begitu nyenyak semalam. Raihan membangunkannya untuk melaksanakan shalat subuh. Lalu setelahnya Novia melihat Raihan yang kini duduk di sebelahnya di atas kasur. Pria itu sudah tampak segar setelah mandi.

"Kamu tidak mimpi buruk semalam?"

Novia langsung menggelengkan kepala karena sangat senang Raihan sudah bersikap seperti biasa. Tidak menjadi diam dengan tiba-tiba.

"Mas...maafkan aku ya. Kemarin terlalu lancang."

Tapi Raihan menggelengkan kepalanya.

"Jangan singgung itu lagi. Please..."

Dan Novia tahu, kalau Raihan memang belum bisa menerima rahasianya sudah diketahuinya. Novia menganggukkan kepala.

"Maaf."

Novia menunduk dan kini mengaitkan jemarinya. Tapi kemudian dia meraskaan jemarinya digenggam oleh Raihan.

"Aku bisa menerima asal kamu gak menyinggung hal itu lagi. Semua tentang masa lalu kita tutup saja."

Novia mendongak dan kini mengerjap saat melihat Raihan.

Pria itu seperti memohon. Ada penderitaan di kedalaman matanya. Novia sadar, dia sudah menorehkan luka yang dalam kepada Raihan.

Tapi kemudian Novia menganggukkan kepala. Tahu kalau itu adalah batasnya Raihan.

"Baik mas."

Raihan akhirnya menganggukkan kepala lalu mengusap rambutnya lagi.

"Aku pegang janji kamu."

Bersambung

Baru sempet ketik itupun dikit ya. Masih kontrol ke rs nih. Votement yoooo

Pengantin BayanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang