9. Eccedentesiast

2.9K 454 208
                                    

Semua terjadi begitu cepat.


Mendung seolah memayungi.
Gemuruh guntur sangat terasa di atas kepala semua orang yang menyaksikan. Terlebih Seongwoo. Seluruh pasokan oksigennya seakan direbut paksa. Sesak, ia kesulitan bernafas

Ia sudah bergerak untuk menyusul Daniel di bawah sana. Namun Jihoon dengan tanggap menahannya dan langsung membawa Seongwoo jauh dari pinggir jurang.

Seongwoo tidak memberontak, ia tidak berteriak ataupun menangis, namun siapapun tahu dunia seakan tiada artinya lagi.

Pandangan matanya menatap kosong pada ujung tebing, Jihoon masih memeganginya erat, seolah tahu sang Omega akan kembali nekat menyusul Daniel.

"Hoon, tolong katakan aku sedang bermimpi," lirihnya.

Jihoon bungkam. Bukannya tidak ingin, namun ini sangat nyata untuk sekedar dikatakan mimpi.

"Hoon, cubit atau pukul aku. Tolong bangunkan aku dari mimpi buruk ini," pintanya memelas.

Jihoon 100% yakin, cubitan atau pukulan sekalipun tidak akan berpengaruh untuk Seongwoo. Pemuda itu akan tetap menyangkal semua ini. Hal terberat. Kehilangan seorang mate.

Rintik hujan pun tak mau kalah, turun tidak begitu deras, bersamaan dengan anggota keluarga K-klan lainnya yang datang memberi bantuan. Sepertinya atas perintah Daniel.

Dengan perlahan Jihoon menarik Seongwoo, ia tidak ingin sang Omega sakit lagi selain hatinya. Sudah cukup sakit hati yang tak akan mudah sembuh, jangan sampai tubuh kurus itu juga, karenanya tidak akan ada harapan kehidupan lagi.

Seongwoo yang penuh luka tidak bergeming, ia menolak Jihoon dan tetap berada di posisinya dengan tatapan kosong. Semua orang menyaksikan dengan pilu. Air mata pun bersatu dengan tetes hujan.

Beberapa guards lain sedang memeriksa kedalaman jurang, juga mencari setitik harapan keberadaan Daniel yang sebenarnya mustahil ditemukan, mengingat tebing jurang begitu curam.

Mina tak kalah terkejut, luka di tubuhnya bukan apa-apa lagi, ia berjalan terseok ke arah Seongwoo. Ia terpuruk, namun dia juga tahu siapa yang paling terpuruk.

"Oppa," lirihnya, dengan air mata yang membanjiri pipi.

Seongwoo menoleh pada Mina, rasa sakitnya menguar. Semakin dalam dan menusuk. Menyadarkannya bahwa semua ini begitu nyata.

"Ayo kita pulang, Oppa. Kita kumpulkan orang-orang terbaik untuk mencari Daniel oppa!" usul Mina membuat Seongwoo tergugah, ada secercah harapan!

Namun...
Ia enggan bergerak dari sana, ia tidak mau meninggalkan Daniel seorang diri di bawah sana.

"Tidak Mina, biarkan aku menunggu di sini." Seongwoo bersedekap, bajunya sudah basah kuyub, semakin menampakan kondisi tubuh yang memprihatinkan. Lukanya juga belum pulih membuat Mina semakin menangis.

Jihoon mengarahkan beberapa orang guards untuk membawa Mina dan Seongwoo. Setidaknya memberikan pertolongan  lebih lanjut pada luka yang ada di tubuh mereka.

Mina kehabisan tenaga, hanya bisa pasrah sambil memejamkan mata.

Sementara Seongwoo menolak, ia memberontak, entah darimana kekuatannya berasal. Ia bersikukuh untuk tetap tinggal.

Hari semakin gelap, Jihoon memutuskan untuk tetap tinggal dengan Seongwoo. Ia mencari cara untuk merayu Seongwoo kembali. Hanya tersisa mereka berdua, dengan beberapa guards yang mengawasi.

Di kegelapan hutan, suara kaki menginjak ranting dan rumput membuat Jihoon semakin awas. Ia berdiri, memasang pertahanan saat menyadari tidak hanya satu orang asing yang datang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 18, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dawn - OngNielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang