BAB 13 || TAMU TAK DIUNDANG

3.7K 233 5
                                    

Raesha mengerjapkan mata beberapa kali untuk menyesuaikan intensitas cahaya yang menembus cela-cela jendela kamarnya.

Sejak semalam Raesha merasakan sakit pada ulu hati yang membuatnya sulit tertidur. Hal itu berlanjut saat ia bangun untuk shalat subuh. Karena belum ada tanda-tanda akan membaik, perempuan itupun memutuskan untuk kembali tidur dan baru bangun di jam setengah tujuh pagi.

Sebenarnya hal seperti ini bukan pertama kalinya terjadi pada Raesha. Perempuan itu memang memiliki riwayat sakit maag akut sejak dulu. Dan semalam maagnya kambuh karena keteledorannya sendiri.

Kemarin Raesha melewatkan makan siangnya. Alhasil sesampainya di rumah setelah pulang kerja, perutnya terasa melilit. Makan malamnya bahkan tidak habis karena kesusahan menahan rasa sakit.

Jika penyakitnya kambuh, biasanya Raesha hanya minum obat anti nyeri yang membutuhkan waktu minimal satu hari untuk benar-benar pulih. Karena hal itu ia terpaksa izin tidak masuk kerja. Selain memberi tahu orang-orang di Cafe, perempuan itu juga sudah meminta izin langsung kepada Ibu Wina.

Usai membasuh wajah dengan air hangat di kamar mandi, Raesha berniat untuk membuat sarapan sebagai pengganjal perut sebelum minum obat. Di waktu yang bersamaan handphonenya berbunyi.

Raesha kembali masuk ke kamar untuk mengambilnya kemudian menjawab panggilan video dari Nawra melalui aplikasi WhatsApp.

"Assalamualaikum," sapa Raesha saat di layar handphonenya menampakkan wajah Nawra.

"Waalaikumsalam, Mbak bagaimana keadaanya?" tanya Nawra di seberang sana tampak khawatir.

"Alhamdulillah sudah sedikit lebih baik dari tadi subuh," ujar Raesha sambil menarik satu kursi di sampingnya untuk duduk. Setelah mengangkat telepon, Raesha berjalan kembali ke dapur.

Nawra menghembuskan napas lelah sekaligus lega. "Pasti Mbak Raesha sakit karna kemarin terlambat makan siang. Gara-gara aku yang ngajakin ngobrol, kan?" ujarnya merasa bersalah.

Raesha menggelengkan kepala tidak setuju dengan penuturan Nawra. "Bukan salah kamu Nawra. Ini murni kecerobohan aku sendiri yang lupa makan, aku pikir bakal baik-baik aja meskipun gak makan siang."

"Mbak Raesha terlalu baik sampai gak mau nyalahin orang lain. Terus Mbak lagi ngapain, udah sarapan?" Nawra terlihat sedang duduk di salah satu kursi di hadapan meja barista. Kondisi cafe masih sepi karena memang masih terlalu pagi.

Pertanyaan Nawra dibalas gelengan kepala oleh Raesha.

"Loh Mbak, kenapa belum makan. Jangan sampai sakitnya tambah parah gara-gara terlambat makan lagi," ucap Nawra tak habis pikir. Yang sakit Raesha yang kelimpungan dirinya.

"Iya aku tau. Sebenarnya tadi aku baru mau buat sarapan, tapi keburu kamu telfon." Raesha masih duduk di kursi meja makan sambil memandangi layar handphonenya dengan penampakan wajah imut Nawra yang terlihat kesal padanya.

"Jangan Mbak, jangan buat sarapan sendiri. Mbak Raesha harus istirahat, biar aku aja yang minta Mas Azzam buatkan makanan untuk Mbak. Nanti diantar ke sana," tawar Nawra. Dia berharap Raesha tidak akan menolak.

Raesha tidak langsung mengiyakan. Setelah menimbang, akhirnya perempuan itu mengangguk. Sebenarnya dia juga merasa belum sepenuhnya kuat untuk bekerja berat seperti memasak, tapi delivery sama sekali tidak terlintas di pikirannya.

"Ya udah kalau gitu Mbak Raesha istirahat aja, tunggu sebentar lagi makanan bakal sampai di rumah Mbak. Oke?" Nawra tersenyum di balik layar handphone Raesha, sebelum sambungan terputus gadis itu sempat membuat gerakan kiss bye dengan tiga jarinya di tempel di bibir kemudian dimajukan ke arah layar.

PERANTARA MENUJU SURGA (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang