8. Pengalengan dan Segala Pengalaman

17.4K 1.3K 8
                                    

PDF SUDAH TERSEDIA DI AKUN KARYAKARSA ANINDASTINK

Pengalaman itu bisa di dapat dari mana saja kok.

-Anak Magang yang Ingin Diakui!-

"Kusut banget sih batiknya.” Aku memadang prihatin batik yang akan aku kenakan.

Aku ingat betul kalau kemarin sudah menyetrikan batik satu ini sampai kelimis tapi bagaimana bisa masuk tas keluar-keluar jadi selusut ini.

No problem ajalah, lagian nggak akan ada yang berniat benar-benar ngeliatin gue,” kataku memutuskan untuk tidak menyeterika batikku.

Aku mengenakan pakaianku kilat, setelan batik coklat yang di padukan dengan kulot hitam kemudian mengambil pengering rambut.

Suara bising langsung memenuhi ruangan saat kunyalakan pengering rambutnya.

"Anjir! Kiki! Niat banget sih pagi-pagi udah berisik!”

Aku tertawa melihat wajah kusut Lia yang keluar dari kamar mandi. Bukannya menghentikan, aku justru semakin menjadi-jadi sambil mengibaskan rambutku saat mengeringkannya.

Lia terbelalak. “Heh! Congor cupang! Bisa diem nggak?!” teriaknya kesal.

Aku tertawa lagi. “Hahaha… selow dong Buk! Masa pagi-pagi udah marah-marah aja, malu tuh sama air yang belum kering di wajah.”

Lia cemberut. “Bad mood tahu nggak!”

What happened, Baby?” tanyaku.

Aku mematikan pengering rambut dan merapikannya kembali.

“Pacar gue balik nanti. Nggak jadi nunggu gue balik Jakarta dulu.”

Rahangku melesat. “Sialan! Dasar ya manusia taken. Kerjaannya galau nggak jelas gitu. Kaya gue dong, jomblo tapi bahagia. Anti-galau-galau-time.”

Lia memandangku sinis. “Susah emang curhat sama jomblo. Bukan dapet solusi tapi malah dapet meriam!”

Aku tertawa sambil geleng-geleng heran. “Udah ah, galau mulu. Siap-siap gih, udah di tunggu.”

Lia tidak lagi menanggapi. Kami sibuk mengurusi persiapan masing-masing.

Aku memasukkan barang yang kubutuhkan dalam tasku sambil menggigit roti yang sudah disiapkan oleh petugas hotel.

“Ki, minta parfum dong. Lupa bawa gue.”

“Di meja tuh.”

Lia mengambil parfumku, sekon berikutnya suara teriakkannya melengking memenuhi kamar.

“Astaga! Ini parfum manusia apa parfum setan! Nyong-nyong banget!”

Aku cengengesan pada Lia. “Biasa Ya, parfum selow. Murah meriah sepuluh ribu tiga.”

“KIRANA!!!”

And I'm thankful that this room is soundproof!

***

Di acara seminar, selain menjadi peserta, aku, Lia dan Bang Verza ditugaskan untuk menjaga resepsionis.

Kebetulan sekali seminar pagi ini lebih banyak dihadiri oleh karyawan humas junior yang masih bening-bening. Jadi tambah semangat jaga resepsionis. Lia sampai-sampai tidak tahan untuk tidak menunjukkan senyum tiga jarinya setiap kali peserta membubuhkan tanda tangan mereka.

KIRANA ANAK MAGANG | TAMAT ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang