GARDA

5.9K 1.2K 81
                                    

"The past cannot be changed. The future is yet in your power." - Unknown


Markas Garda

Eks. Kota Tua, Jakarta

25 Februari 2028


Sudah lima tahun Kota Tua tak berpenghuni.

Banyaknya aksi kriminal, kerusuhan dan tawuran yang terjadi satu dekade ini, membuat kota bersejarah itu perlahan sepi pengunjung. Daerah sepi menjadi teritori para mafia—penyeludupan barang gelap, pertarungan antar geng. Lima tahun lalu semua museum dipindahkan ke kota lain dan warganya bermigrasi.

Meninggalkan kenangan di antara bangunan tak berpemilik.

Kalea berdiri tegap dalam balutan tunik hitam, jeans dan boots sebetis, tak lupa kerudung sewarna. Gedung putih kusam setinggi tiga lantai berdiri di belakangnya. Bergaya ala Belanda lawas dengan jendela dan pintu jati. Sayangnya, sebagian gedung ternodai gosong dan bekas-bekas peluru.

Zidan berdiri di belakang Kalea. Menatap tiga sedan yang mendekat. Thunder hitam memimpin di depan, dibawa oleh lelaki kurus berjaket kulit dengan Katana diselempang.

"Dia serius membawa pedang," kata Zidan, bingung.

Kalea menuruni tangga teras, menyambut kendaraan mereka yang berhenti di pinggir jalan. Sabina, gadis tinggi berambut badai dan Cyborg turun dari sedan, membawa koper. Disusul Jemy, turun dari motor dan membuka helm. Mereka memandang gedung tua tak berpenghuni di sekitar, ditambah jalan terbengkalai dengan sisa kerangka mobil bertebaran. Agak seram karena mendung.

"Selamat datang di Kota Tua," sapa Kalea, bertatap kikuk dengan Arda sejenak. "Aku senang semuanya setuju kemari."

"Kau tak akan menjabat tanganku?" tanya Arda, datar.

Kalea tersenyum tipis. "Jangan hisap Markas di hari pertamamu."

Kemudian ia ajak mereka berempat ke gerbang kayu. Dia mengangkat satu tangan dan menyebutkan nama. Cahaya hijau muncul dari gagang pintu, memindai tangannya. Ding! Dia membuka pintu. Para rekrut pun tercengang. Mereka melewati aula depan, berinding putih dengan barisan jendela yang sebagiannya ditutup papan. Lampu chandelier berdebu menggantung di atas.

"Di sini kalian tinggal dan berlatih," ucap Kalea. "Chief akan jelaskan lebih detail."

"Kukira tempat ini punya pagar laser," sahut Jemy, bergema.

Arda mempelajari sekeliling, satu mata robotnya berdesing. "Ada kamera CCTV tersembunyi di setiap sudut. Lantainya berdengung pelan berarti ada pemindai gerak. Jika mendeteksi gerak orang tak dikenal, silent alarm akan aktif. Tembakan bisa muncul entah dari sudut mana."

"Wow! Dari mana kau tau?" Dia melihat ke langit-langit. "Tak terlihat apa pun."

"Aku melihat banyak hal."

Jemy mengejang kaget karena Sabina tiba-tiba muncul di antaranya dan Arda. Menatap serius. "Apa ada hantu di sini?"

Lelaki gondrong itu bingung. "Tidak tau. Aku Cyborg bukan dukun."

Entah kenapa Sabina termenung ke Jemy. "Kau pernah menangkap maling di desamu. Mengempeskan ban motornya dengan mata ninja. Itu keren."

Jemy mengangguk, ngeri. "Dari mana kau tau?"

"Aku melihat yang sedang kau pikirkan," jawabnya, agak malu.

"Serius? Siapa nama mantanku?"

Sabina bingung. "Kau belum pernah pacaran."

GARDA - The SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang