Friendzone - Dua puluh empat

400 34 10
                                    

— Moment Nathan, Bianca dan Raihan dari beberapa tahun ke belakang —

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Moment Nathan, Bianca dan Raihan dari beberapa tahun ke belakang

***

    "Jangan membuat semuanya rumit, bee."

Raihan sudah mengetahui segalanya kecuali-kejadian tak terduga di Mansion— Bianca dan Nathan bergantian menceritakan kepada raihan beserta alasan kenapa mereka di nikahkan di atas sebuah perjanjian yang dipenuhi syarat-syarat.

Kini yang tersisa hanyalah Bianca dan Raihan karena nathan sedang menghadiri meeting selama hampir satu jam, mungkin akan lebih lama lagi.

    "Aku, membuat rumit? Rai, kamu setuju dengan pernikahan ini?"tanya bianca dengan wajah memelas.

Selama ini raihan berada dipihaknya, ada apa gerangan? Keputusan bianca untuk tidak menyetujui pernikahan ini sangatlah jelas dan tentu saja itu yang harus ia lakukan. Tetapi kenapa ia merasa semua orang ingin dirinya menerima keputusan itu, begitu saja?

   "Ya, aku setuju. Ini adalah kabar gembira!"ujar raihan dengan antusias.

    Bianca menghela napas panjang,"Kenapa?"

    "Aku yang seharusnya bertanya, kenapa kamu bersikeras menolak?"

    "Apakah aku harus menyetujuinya?"

    "Bi, apakah kamu perlu menanyakan hal ini? Oh ayolah kamu akan bahagia pada akhirnya."

    "Aku akan bahagia? Apa maksudmu?"

    "Jangan berpura-pura bodoh, itu sangat menyebalkan, kamu tau?"

    "Hubungan aku dengan nathan tidak akan berhasil seperti hubungan kita rai."

    Raihan berjalan memutar lalu duduk di samping bianca dengan tubuh yang menghadap wanita itu. Raihan memandangi mata bianca yang dipenuhi dengan ketakutan—ketakutan akan banyak hal—

    "Jangan khawatir bi, kamu akan baik-baik saja..."tenang raihan seraya menepuk kepala bianca.

    Bianca menunduk, bahunya bergetar. Wanita itu menangis—akan ketakutannya. Raihan mengembuskan napasnya perlahan kemudian menarik bianca mendekat ke arahnya. Wanita itu menangis tersedu-sedu di dada raihan sementara raihan mengusap-usap kepala bianca.

"Mereka akan membuatku menyerah kepada pekerjaanku, rai. Aku tidak sanggup melakukannya. Mereka mengambil tindakan tanpa berdiskusi denganku lalu dengan seenaknya membuatku menyetujui pendapat mereka."

"Kamu seharusnya jujur saja."

"Papaku pasti akan memanggilku seorang yang egois."

       Raihan memejamkan matanya karena ia tidak bisa lagi menanggapi ucapan bianca. Raihan menyadari bahwa keputusan ini telah merugikan bianca tetapi apalah daya semuanya sudah ditentukan. Bianca tidak bisa mengubahnya.

Friendzone✔Where stories live. Discover now