"Temui Ayah mertuamu," ucap Nyonya Jung sebelum memalingkan muka sembari mengulum bibirnya rapat.

Taeyong menelan ludahnya kasar, memandangi Jaehyun yang tengah terduduk dengan tatapan kosong tak jauh dari sebuah peti yang dihiasi bunga berbagai rupa. Lelaki mungil itu menghapus kasar air matanya, memberikan salam terakhir kepada Tuan Jung yang telah menutup mata dengan tenang. Setelah melakukan prosesi penghormatan terakhir, Taeyong beralih menatap Jaehyun disampingnya, CEO muda menundukkan kepala sopan lalu berucap. "Terima kasih telah datang, Taeyong-ah."

Mengangguk pelan, Taeyong mengusap bahu Jaehyun yang kembali menunduk dan meneteskan air mata. "Kau harus tabah dan kuat, jaga ibumu baik-baik." Ucapnya sebelum menoleh sekilas pada Nyonya Jung yang masih berdiri dan menyapa para pelayat yang terus berdatangan. "Aku pergi ke meja tamu dulu." Katanya dan dibalas anggukan lemah oleh Jaehyun.

Taeyong beranjak dari posisinya, berjalan ke sisi ruangan yang lain dari rumah duka Asan Seoul Medical Centre dimana para pelayat tengah meminum soju dan menyantap makanan yang disediakan. Lelaki mungil itu berjalan pelan sembari menahan isakan, bahkan ketika ia telah membantu para pelayan membereskan piring dan botol bekas di meja yang telah kosong, Taeyong tak henti-henti meneteskan air mata.

Jika saja waktu bisa diputar kembali, Taeyong tak ingin lari dari sang Ayah mertua dan mengabaikan semua panggilan juga pesan berisi penjelasan Tuan Jung tentang kesalahpahamannya bersama Jaehyun selama ia di Jepang tiga tahun lalu. Andai saat itu Taeyong tak berpura-pura acuh, mungkin ia bisa membujuk lelaki paruh baya itu untuk berobat agar kanker darahnya tak berujung merenggut nyawa Ayah mertuanya. Tapi semuanya sudah terlambat, ia hanya bisa menyesali semuanya ketika mendapat kabar jika Tuan Jung telah meninggalkan dunia untuk selama-lamanya.

"Pulanglah, Taeyong. Kau sudah bekerja sangat keras hari ini." Ucap Joy yang masih mendapati si lelaki mungil membersihkan satu persatu meja bagi pelayat. Hari sudah gelap, namun Taeyong masih saja berkutat dengan aktifitasnya untuk membersihkan piring dan botol bekas.

"Tidak, Joy. Aku akan pulang setelah membereskan semuanya." Balas Taeyong sembari tersenyum tipis lalu kembali membersihkan meja.

"Pulanglah," Pergerakan Taeyong terhenti saat mendengar suara parau Nyonya Jung dibelakangnya. Menoleh, ia menatap wanita itu dengan pandangan sendu. "Apa kau tak mendengarkan ku? Pulanglah, Taeyong." Wanita paruh baya itu mengulang ucapannya.

"Tapi, Eomo-nimㅡ" Taeyong menjatuhkan bahu lalu menunduk dalam ketika melihat tatapan datar Nyonya Jung, "Ne, aku pulang."

"Kembali lah esok hari, di krematorium Jangrae ." Ucap Nyonya Jung sebelum meninggalkan Taeyong juga Joy yang masih terduduk di samping meja tamu.

Setelah berpamitan dengan Joy, Taeyong berjalan lunglai ke pintu utama Asan Medical Center Funeral Hall, dimana sang mertua telah disemayamkan selama tiga hari. Namun ia baru datang pada hari terakhir karena urusan mendadak di Jepang seolah tak membiarkannya kembali ke Korea lebih awal. Lelaki mungil itu menghentikan langkah saat mendapati Jaehyun baru saja memasuki gedung itu, sedari tadi ia memang tak mendapati sang mantan suami sejak para pelayat telah pergi.

"Kau akan pulang sekarang?" Tanya Jaehyun saat berdiri dihadapan Taeyong dan dibalas anggukan oleh lelaki itu. "Hm, hati-hati." Ucapnya sebelum berlalu meninggalkan sang mantan istri yang masih berdiri ditempat semula.

Taeyong menipiskan bibir, menghembuskan nafasnya pelan sebelum keluar dari gedung itu. Ia masih merasa canggung berinteraksi dengan Jaehyun, perpisahan mereka tiga tahun lalu bisa dibilang tak cukup baik dan pertemuannya kali ini pun juga jauh dari kata baik. Wajar jika sosok itu bersikap datar padanya.

When We Meet | Jaeyong ✓Where stories live. Discover now